Cinta sepihak

147 7 0
                                    

"Karena hakikatnya mencintai seseorang adalah ikhlas, jikalau engkau ikhlas mencintainya maka engkau juga akan ikhlas merelakannya dan menanggung semua rasa sakit yang datang karenanya."

-Cinta seorang santri

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Happy Reading


Tak terasa pernikahan Alfatih dan Safiyah akan segera dilaksanakan. Alfatih kini sedang mengajar, ia masih sempat mengajar bahkan belajar sebagai mahasiswa. Ia belum sempat untuk pulang karena jadwalnya masih banyak.

Disiang hari setelah selesainya tugas belajar mengajar, Alfatih bersantai di depan asramanya bersama teman-temannya. Ia mengambil kesempatan ini untuk memberikan undangan pernikahan yang sudah ia rancang bersama dengan Safiyah

"Saya punya ini." Alfatih memberikan sebuah undangan pernikahan kepada temannya

"Apa ini?" tanya salah satu temannya

"Hah? Menikah?" salah satu dari mereka terkejut kecuali Musa yang duduk di tengah-tengah mereka

"Iya, datang ya?" Ucap Alfatih

"Kamu kenapa tiba-tiba gini? Nggak bilang dari kemarin-kemarin gitu?" tanya temannya

"Iya Tih, kenapa nggak dari kemarin?" timpal yang lain

Alfatih terkekeh dan mengangguk "Tidak dari kemarin karena undangannya baru jadi, lagi pula masih ada sepuluh hari lagi. Datang saja tanpa hadiah, saya sudah senang dengan kedatangan kalian," ucapnya

"Ini resepsi di pondok abi kamu?"

"Iya, calon istri ku hanya ingin ijab qobul saja dirumahnya namun aku ingin resepsinya nanti di pondok abi karena calon istriku akan tinggal bersamaku." jelas Alfatih

"Oke deh, nanti kita datang rame-rame." sorak gembira teman-temannya

Pada suatu sore Alfatih keluar dari masjid, ia habis melaksanakan sholat ashar dan mengaji. Ia berjalan menuju kebun teh namun sebelum sampai di kebun teh Alfatih di panggil oleh seseorang

"Mas Alfatih mau kemana?" tanya seorang gadis cantik berpakaian syar'i itu

"Saya ingin mencari udara segar saja, Ning." jawab Alfatih

Gadis itu tersenyum, ia mengangguk "Mas Alfatih, saya boleh minta waktunya sebentar nggak untuk bertanya?" tanya gadis itu

Alfatih menganggukan kepalanya tanpa menatap gadis itu. Gadis itu tersenyum dan ia pun menarik nafasnya untuk mempersiapkan dirinya berbicara kepada Alfatih

"Mas Alfatih suka tipe perempuan yang seperti apa?" pertanyaan gadis itu berhasil membuat Alfatih mengerutkan keningnya, sebuah hal privasi yang tak perlu itu ungkapkan namun ia tetap harus menjawab

"Em... Sepertinya orang yang memiliki hobi yang sama dengan saya yaitu bermain sepak bola dan menyukai pantai." Alfatih menyebutkan ciri-ciri dari calon istrinya yang tak lain adalah Safiyah

Gadis itu menganggukan kepala namun dengan sirat wajahnya menjadi murung. Alfatih yang melihat sekilas wajah itu pun kurang enak hati, ia paham sekarang kenapa gadis ini selalu bertanya hal-hal yang kurang berguna atau bahkan privasinya.

Alfatih teringat seuatu hal, ia menyodorkan sebuah undangan pernikahan dirinya kepda gadis itu

"Maaf Ning, saya ingin menyampaikan ini kepada abah anda. Namun karena sudah bertemu dengan anda disini, jadi tolong sampai ini kepada abah anda dan keluarga," ucap Alfatih menyodorkan sebuah undangan pernikahan milik dirinya

Cinta Seorang Santri (Segera Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang