Muhammad Hamzah Al-Safi

137 3 0
                                    

Di pukul tiga pagi kurang lima belas menit, Safiyah terbangun dari tidurnya. Ia merasakan mulas dibagian perutnya namun sesaat hilang, ia mengecek jam di dinding yang menunjukan waktu sholat tahajjud, ia menoleh pada sang suami yang masih terlelap. Dengan hati-hati, ia mengusap pipi sang suami yang bisa ia jangkau, usapan itu amat lembut dan nyaman hingga membuat Alfatih membuka matanya perlahan.

Bibir Safiyah berkedut membentuk senyum walau sesaat ia meringis merasakan perutnya yang masih terasa mulas walau sesaat kemudian hilang. Alfatih membuka matanya sempurna dan tersenyum kala melihat Safiyah lah yang ada dihapannya. Ia mendekati sang istri dan mengecup kening sang istri dengan manis.

"Kenapa bangun sayang?" Tanya Alfatih kepada sang istri

"Nggak papa, cuma mau bangunin kamu buat tahajjud bareng aja." ucap Shafiyah

Alfatih tersenyum lebar dan mengusap surai tebal sang istri yang lembut dan lurus. "Mau sekarang tahajjud nya, sayang?"

"Mau banget!" Seru Safiyah

Alfatih bangun dari tidurnya dahulu sebelum Safiyah, ia membantu sang empu untuk duduk dahulu. Safiyah mengambil nafas dan meringis kecil karena rasa mulasnya kembali datang. Alfatih memperhatikan sang istri dan menatap istrinya yang meringis itu.

"Kenapa sayang?" Tanya Alfatih

"Mules mas." ucapnya dan Alfatih langsung melebarkan memasang wajah panik

"HPL nya sekarang sayang?" Tanya Alfatih

"Harusnya dua hari lagi mas," ucap Safiyah sembari mengusap perutnya

"Sakit ya? Aduh gimana nih, mas nggak tau harus apa, kita ke rumah sakit sekarang?"

"Nggak mas, kita sholat aja dulu terus nanti kita siap-siap buat ke rumah sakit setelah subuh aja." ujar Safiyah menenangkan sang suami

"Tapi kamu kesakitan sayang, jadi kita-"

"Mas, Fiyah nggak sakit, baru sekedar mulas aja, mas jangan panik. Lebih baik kita sholat dulu aja mas, nanti habis subuh kita siap-siap." ujar Safiyah kembali

Alfatih mengangguk, sebelumnya ia menatap sang istri dahulu dan membantu sang istri untuk berjalan. Ia menjadi yang paling awal mengambil wudhu, setelah itu ia menanti sang istri yang sedang buang air besar dahulu selama lima menit. Dengan baju yang sudah ia ganti dengan lengan panjang, Alfatih meminta sang istri untuk memegang lengannya sebagai sanggaan berjalan.

Keduanya kini melaksanakan sholat tahajjud dan setelah beberapa saat adzan berkumandang, keduanya langsung melaksanakan sholat subuh bersama dan tadarus, awalnya Alfatih melarang tadarus kepada istrinya namun sang istri kekeh untuk tadarus dengan memeluk dirinya dari samping. Setelah tadarus selesai, Safiyah memutuskan untuk mandi terlebih dahulu dan rasa sakit di perutnya berangsur membaik namun setelah mandi justru sakitnya datang kembali.

"Sudah sayang?" Tanya Alfatih kala melihat Safiyah yang berbalut handuk kimono panjang berjalan dengan perut besarnya

"Udah mas, mas udah siapain semuanya?" Tanya Safiyah

"Udah, mau mas bantu keringkan rambut?"

"Nggak perlu, mas mandi aja, nanti Fiyah juga mau keluar kamar." ucapnya

"Sendirian?"

"Ya mas, nggak papa. Mas jangan khawatir, Fiyah cuma mau ngomong sama umi aja kok." ucap Safiyah

"Nanti biar mas yang panggilkan umi kesini aja, sayang." ujar Alfatih

Safiyah menggelengkan kepalanya. "Nggak mau, Fiyah pokoknya mau ke umi."

"Sayang-"

"Udah mas mandi sana!" ujarnya yang membuat sang suami tak bisa lagi membantah

***

Cinta Seorang Santri (Segera Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang