Sebuah mimpi

196 10 0
                                    

Malam menyapa, setelah sholat isya dan mengerjakan beberapa kegiatan sebelum beristirahat. Alfatih kini merebahkan badannya diatas ranjang dengan tangan yang menjadi bantal tumpuan dan mata yang di pejamkan. Lelah, adalah kata yang menggambarkan dirinya saat ini namun ia sangat menikmati kelelahannya sebagai pengajar dan santri

Dua posisi yang ia sandang membuatnya cukup sulit menyesuaikan diri, bagaimana tidak?.
Ia harus belajar sebagai seorang pengajar atau ustadz dan harus belajar juga sebagai santri. Dua posisi yang cukup sulit itu membuatnya lelah, namun semua sudah ketentuan. Banyak yang bilang Alfatih beruntung, karena umurnya yang masih muda ia sudah menjadi seorang ustadz namun ia juga lelah diposisi yang ia jalani sekarang

Alfatih menutup matanya perlahan dan terlelap. Ia tidur dengan posisi menghadap ke atas dan tangan dibelakang kepala sebagai penyangga

***
Disebuah taman dengan bunga yang indah, Alfatih berdiri di tengah-tengah taman tersebut. Ia membawa seikat bunga tulip berwarna putih yang indah. Ia berjalan mencari seseorang yang menjadi tujuannya, saat sedang berjalan samar-samar terdengar suara yang memanggil namanya

"Alfatih"

"Alfatih"

"Alfatih"

Suara manis terdengar di telinga Alfatih, ia mencari kesana-kemari bahkan mengikuti arah suara tersebut

"Alfatih"

Suara itu terdengar kembali, Alfatih semakin penasaran dan terus mencari keberadaan suara tersebut.

"Alfatih"

Kembali terdengar, Alfatih berpikir sejenak dan menemukan jawaban. Suara itu adalah, suara gadis yang ia temui kemarin malam di masjid. Alfatih berlari melewati bunga-bunga yang mekar dengan indah. Ia tak perduli dengan apapun, tujuannya hanya mencari sumber suara yang memanggil namanya sejak tadi

Nafasnya terengap-engap, ia berhenti kala menemukan seorang gadis berabaya putih dengan wajah yang manis dan senyum yang amat menawan. Alfatih tersenyum melihat gadis tersebut ia mendekat pada gadis tersebut dan saat tangannya terulur untuk menggapai sang gadis, gadis itu justru menghindar dan berkata

"Alfatih, aku tunggu kamu" Ucapnya dan pergi dari hadapan Alfatih. Cahaya terang membuatnya silau, ia menutup mata dan ketika matanya terbuka kembali gadis itu tak ada di depannya

"Hei, kemana kamu, jangan pergi"

"Jangan pergi, aku mohon, jangan pergi"

"Alfatih..., Alfatih..., Al..,"

"Alfatih bangun, Fatih bangun Fatih"

Matanya terbuka dan seketika ia duduk lalu melihat sekelilingnya yang tak ada bunga atau bahkan gadis itu, ia berada dikamar asramanya dan Musa yang berada disampingnya

"Fatih, kamu kenapa?" Tanya Musa sedikit khawatir

Alfatih mengusap wajahnya dan mengerjapkan matanya

"Musa, dimana dia?" Tanya Alfatih
"Dia?, dia siapa?" Tanya Musa bingung

Alfatih menengok kesana-kemari mencari sesuatu

"Dia, dia tidak ada?" Tanya Alfatih kembali

Musa semakin bingung dengan sahabatnya yang tiba-tiba bertanya saat baru bangun tidur, ia tak tau siapa yang Alfatih cari karena nyawanya belum terkumpul sempurna

"Dia siapa Fatih?, aku tidak tau dia yang kamu maksud itu siapa?"

Alfatih mengusap wajahnya dan menggusar rambutnya kebelakang lalu mengucap istighfar

Cinta Seorang Santri (Segera Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang