Mimpi yang sama

161 6 0
                                    

Alfatih memutar tubuhnya kebelakang setelah melaksanakan shalat ashar nya. Dibelakangnya, Safiyah yang sudah tak mengenakan riasan tersenyum kepadanya. Alfatih mengulurkan tangannya untuk dikecup sangat istri, Safiyah mengambil tangan suaminya dan mengecupnya
Alfatih tersenyum dan mencium kening sang istri.

Menikahi seorang Safiyah adalah mimpi baginya. Abinya benar, mendoakan orang yang mampir di mimpinya dengan sebuah pesan tersembunyi bisa mendekatkan dirinya dengan orang itu

Bukti adalah Alfatih yang terus mendoakan Safiyah dalam sepertiga malamnya untuk seorang Safiyah sebagai gadis yang selalu mampir dalam mimpinya, kini nyata menjadi pendamping hidupnya

"Safiyah, saya ada hadiah untuk kamu." Alfatih membelai pipi sang istri

"Hm? Hadiah apa mas?"

"Sebentar, saya ambil dahulu." Alfatih beranjak dan mencari sesuatu dalam kopernya, ia kembali lagi membawa sebuah papper bag dan menyodorkan kepada Safiyah istrinya

"Ini apa?"

"Buka saja, ini untuk kamu."

Safiyah menurut dan membuka papper bag tersebut yang ternyata berisi jilbab serta cadar. Ia tahu, sepertinya Alfatih menyuruhnya bercadar tak hanya sewaktu di hari pernikahannya namun di hari-hari setelah ia menjadi istri Alfatih

"Cadar?" gumam Safiyah

"Iya, pakai ya? Kamu itu amat cantik, jujur saja saya cemburu jika ada yang memuji kamu didepan saya." ucap Alfatih

Safiyah tersenyum dan membuka salah satu cadar itu. Ia mencoba kembali mengenakan cadar, jujur sedikit pengap namun lama-kelamaan ia nyaman

"Bagus nggak mas?"

"Cantik."

"Cadarnya?"

"Kamu."

Safiyah bingung, ia menunjuk dirinya sendiri dengan telunjuknya "Safiyah mas?"

Alfatih mengangguk "Iya, Safiyah cantik."

Mata Safiyah menyipit, ia tersenyum malu karena pujian itu. Tangannya memegang pipinya yang panas dan Alfatih tersenyum lalu menggenggam tangan Safiyah

"Sayang?" panggil Alfatih

"Y-ya mas?" Safiyah gugup karena panggilan itu

"Apa kamu sudah bisa jatuh cinta kepada saya?"

Mata Safiyah mengerjap, pertanyaan itu patut dilontarkan oleh Alfatih. Mengingat mereka menikah dengan waktu perkenalan yang amat singkat.

Safiyah tersenyum dan mengangguk. "Sudah, Fiyah sepertinya mulai jatuh cinta mas."

"Benarkah?" Tanya Aku dengan binar dimatanya

"Em, tapi nggak tau juga. Tapi hati Fiyah nyaman kalau liat mas, jantung Fiyah berdebar kalau deket mas. Fiyah sepertinya jatuh cinta sama mas."

"Sejak?"

Safiyah mendongak menatap suaminya "Nggak tau, kayanya pas pertama kali Fiyah liat mas dan mas masuk dalam mimpi Fiyah."

Dalam mimpi? Apa Safiyah bermimpi hal yang sama sepertinya? Atau hanya kebetulan saja. Entahlah, hati Alfatih merasa senang mendengarkan ucapan Safiyah yang berkata ia sudah mulai jatuh cinta padanya

"Mimpi? Kamu mimpiin saya?" tanya Alfatih dan Safiyah menganggukan kepalanya

"Apa kamu juga ikut berjuang untuk kita?" tanya Alfatih

"Berjuang?"

"Iya, apa kamu juga berjuang mendoakan saya dalam setiap doamu?"

Safiyah terdiam, ia bingung menjawabnya. Namun semenjak melihat Alfatih dia lebih sering berdoa untuk jodohnya "Fiyah selalu berdoa untuk jodoh Safiyah mas, tapi Fiyah nggak menyebut nama siapapun dalam doa Fiyah."

Cinta Seorang Santri (Segera Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang