Suka Safiyah Aqilah

191 8 0
                                    


Hi selamat malam

Jika mau baca utaman vote sebagai apresiasi!

Vote kalian amat berarti untuk saya sebagai author

Terima kasih

Happy reading
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Sejauh apapun jarak, jika di hati saling bertautan untuk mencintai, maka jarak itu tak ada artinya."

-Cinta seorang santri

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.



Malam hari setelah selesainya acara resepsi, Alfatih dan Safiyah berkumpul dengan keluarga besar mereka. Banyak yang mereka bicarakan, mulai dari mengenal satu sama lain sampai pembicaraan ala orang tua pun ada. Safiyah duduk bersama anak muda dari keluarga suaminya, ia memangku ponakan kecilnya yang berumur lima bulan sambil berbincang dengan beberapa sepupu dari suaminya.

Alfatih mengajak bermain Kamila dengan berbicara dan memberi candaan pada bayi kecil itu. Safiyah tersenyum sesekali tertawa karena candaan sang suami, Amina sedang adik berbicara dengan Bella, sepupu dari Safiyah yang umurnya terpaut tak jauh darinya walau Bella lebih tua dari Amina tapi obrolan mereka tak pernah habis sedari tadi.

"Sayang?" panggil Alfatih

"Iya mas?" wanita bercadar itu menoleh pada sang suami

"Amina benar, kayanya kita harus punya yang selucu ini." ucap Alfatih sambil memainkan tangan Kamila

Mata Safiyah melebar, ia menatap suaminya yang tersenyum pada Kamila sesaat lalu kepadanya.

"Mas, apaan sih."

"Kenapa? Nggak mau yang lucu kaya gini?" Alfatih menaikkan alisnya

"Ish, mas mah...." rengek Safiyah dan Alfatih tertawa gemas lalu mengusap puncak kepala Safiyah

Amina menatap tingkah kakaknya kepada sang istri. Ia menyunggingkan senyum melihat pemandangan manis itu, kakaknya terlihat amat menyayangi Safiyah walau terhitung mereka belum terlalu kenal namun keromantisan mereka bagai dua orang yang sudah kenal lama.

"Mbak, siap ya? Aku temenin kamu setelah ini." batin Amina dan tersenyum dibalik cadar nya

***

Di kamar, Alfatih membantu Safiyah menata bajunya di lemari. Alfatih juga membantu merapihkan beberapa barang milik sang istri seperti tas-tas, skincare dan make up serta beberapa sepatu dan sandal milik sang istri ia tata rapi.

Setelah rapi, Alfatih meminta kepada sang istri untuk mengganti bajunya dan bersih-bersih. Ia menunggu sang istri sambil memasang foto pernikahannya di dinding dan juga di nakas kamarnya. Ia tersenyum menatap foto pernikahannya dengan Safiyah, wanita yang masuk kedalam mimpinya dan wanita yang kini bisa ia cintai sebesar mungkin telah resmi ia miliki.

"Mas Alfa." Safiyah keluar dari kamar mandi

Alfatih menoleh dan tersenyum "Dalem, sampun sayang?" tanya Alfatih

Safiyah berjalan menghampiri sang suami dan mengangguk sambil tersenyum. Wajahnya terlihat lebih cerah dan segar karena ia sehabis membasuh wajahnya.

"Mas habis ngapain?" tanya Safiyah

Cinta Seorang Santri (Segera Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang