Melamar

144 6 2
                                    

Muhammad Bakri, seorang abi dari Muhammad Alfatih sedang berada di ndalem pondok pesantren Al-Jannah. Sore hari di satu minggu yang lalu, sang putra mengabarinya bahwa ia akan melamar seorang gadis incarannya.

Ya, seorang Alfatih sedang mempersiapkan dirinya untuk melamar seorang Safiyah di malam hari nanti. Dia, Bakri dan Gus Alim akan mendatangi rumah Safiyah untuk mengutarakan niat baik dari Alfatih

"Abi, beneran restui Al?" tanya Alfatih pada sang abi

Bakri mengangguk "Iya, abi udah bilang iya dari tadi kamu masih nanya aja."

Alfatih menghela nafasnya dan tersenyum "Kali saja abi berubah pikiran gitu," ucap Alfatih

"Kamu ini sudah bertanya ke abi hal yang sama sampai dua puluh kali, dan abi sudah berkata hal yang sama dua puluh kali juga. Kamunya ini jadi rempong dan cerewet cuma masalah ini." omel sang abi yang tak habis pikir dengan anak laki-lakinya yang menjadi cerewet hanya karena masalah restu darinya

Alfatih tersenyum menyeringai dan menggaruk kepala bagian belakangnya yang tak gatal. Sedari tadi saat abinya datang, Alfatih terus menerus bertanya hal yang sama yaitu apakah abinya merestui nya?

***

Pintu terketuk, setelah tiga bulan Alfatih kembali lagi kerumah ini. Rumah yang ia kunjungi tiga bulan lalu kini ia datangi kembali dengan niat untuk silaturahmi dan menjadikan gadis di dalam rumah ini sebagai pasangan hidupnya

"Assalamu'alaikum." Gus Alim mengetuk pintu

"Waalaikumsalam." Seorang laki-laki membukakan pintu

"Mas Afif, selamat malam." sapa Gus Alim

Afif tersenyum, ia mengangguk dan mempersilahkan keduanya untuk masuk kedalam rumah. Faqih yang sedang bersantai dengan rokok di tangannya diruang keluarga pun di panggil oleh sang putra

Alfatih melihat Safiyah sedang bermain dengan keponakan barunya, tak lain adalah anak dari Afif yang berjenis kelamin perempuan

"Kamila ponakanku amatlah cantik, seperti ibunya tapi tidak dengan ayahnya yang biasa saja." ucap Safiyah mengajak berbicara dengan Kamila si bayi kecil itu

"Mulutnya ya, cowok ganteng gini dibilang biasa aja," timpal Afif pada adiknya

"Memang biasa saja bapak anak bayi ini, iya kan mbak?" ledek Safiyah yang diangguki oleh Afifah sang kakak ipar

Afif menjitak kening adiknya, menurut Afif adiknya begitu menyebalkan sedari dulu tak pernah tak ada pertengkaran diantara mereka. Saat ini setelah ia menikah pun, ia kira adiknya akan berubah nyatanya sama saja, ditambah istrinya sekarang malah ikut menyebalkan sama seperti adiknya

"Gus Alim, silahkan duduk Gus," ucap Faqih mempersilahkan tamunya untuk duduk walau agak heran karena tak biasanya Gus Alim dan Alfatih serta satu orang pria lagi datang ke rumahnya tanpa ada acara atau manaqib dan sebagainya

"Terima kasih pak." Gus Alim duduk begitu juga dengan Alfatih dan abinya

"Fifah, ambilkan minum nduk," ujar Faqih pada mantunya

"Baik pak, sebentar."

Alfatih memperhatikan Safiyah yang sedang menggendong ponakannya walau masih kaku. Bibir Safiyah terus berbunyi, mengajak bayi kecil itu berbicara

"Bayi kecil, saya bisa gendong kamu yuhu... Bayi kecil yang manis ini gemesin banget, aku makan pipi kamu."

Ocehan Safiyah membuat Alfatih terkekeh gemas. Ia mengalihkan pandangannya kala menantu dan istri dari Faqih membawakan makanan ringan dan minuman

Cinta Seorang Santri (Segera Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang