bocah kurang ajar

89 4 0
                                    

Kini kehamilan Safiyah sudah genap dua bulan, dan didua bulan ini, Safiyah mengalami morning sickness yang membuat dirinya selalu lemas diwaktu pagi setelah subuh. Di pagi hari ini Safiyah tengah berada di kamar mandi dengan Alfatih dibelakangnya. Suami dari Safiyah tersebut menjaga sang istri agar tak jatuh nantinya.

Pijatan lembut pada tengkuk leher Safiyah membantu sang istri untuk mengeluarkan isi perutnya. Ia menyandarkan tubuhnya setelah selesai membuang isi perutnya yang sebenarnya tak keluar apapun. Alfatih mengangkat tubuh Safiyah yang masih mengenakan mukena dan ia merebahkan sang istri di atas ranjang.

"Sayang kamu tunggu sebentar ya?" ujar Alfatih yang langsung diangguki oleh Safiyah

Alfatih lari ke dapur, ia mengambil satu air jahe dalam kulkas dan memanaskannya di kompor. Air jahe itu sengaja dibuat setiap hari oleh Sara untuk Safiyah, ia pernah membaca di internet bahwa jahe dapat mengurangi rasa mual pada seseorang. Jadi dengan inisiatif seorang ibu, Sara membuatkan stok air jahe setiap hari dalam kulkas.

Alfatih membawakan air jahe tersebut ke kamar dan ia kembali mendengar suara Safiyah sedang mual di kamar mandi. Dengan segera ia mendatangi Safiyah dan memegang kedua pundak sang istri.

"Mas." panggil Safiyah dan menyandarkan kepalanya pada dada Alfatih
"Iya sayang ini mas disini." ucap Alfatih lalu mengangkat kembali tubuh sang istri

Ia membuka mukena milik Safiyah dan mengusap surai sang istri ke belakang. Ia mengecup kening sang istri lalu mendudukkan istrinya dengan bantal yang menjadi sandara punggungnya.

"Sekarang minum dulu air jahenya ya sayang?" ucap Alfatih

"Iya mas, makasih." Safiyah dengan pelan meneguk air jahe tersebut hingga tandas kemudian ia meminta Alfatih untuk duduk di sampingnya

"Peluk mas." pinta Safiyah manja
"Iya mas peluk kamu." Alfatih memeluk Safiyah dengan hangat

Usapan lembut terasa hangat di lengan Safiyah, trimester pertama ini nyaris membuatnya kesulitan beraktivitas dipagi hari. Ia bahkan sekarang jarang tadarus pada pagi hari ini karena mual yang tak bisa ditahan. Setiap pagi ia selalu membuat Alfatih sigap untuk dirinya, melayani dirinya dan membantu dirinya yang sedang dalam masa seperti ini.

Ia sangat berterima kasih kepada sang suami karena sang suami lah yang membuat ia akan segera menjadi seorang ibu dan karena sang suami yang bertanggung jawab membuatnya merasa tak terabaikan. Ia jujur khawatir diwaktu kehamilan trimester pertama seperti ini, ia mendapat beberapa cerita tentang seorang perempuan yang tak diperhatikan oleh suaminya padahal sedang pada masa kehamilan trimester pertama yang nyaris membuat semua wanita kesulitan.

"Mas Alfa." panggilnya sembari mengusap dada sang suami

"Nggih sayang, pripun?" tanya Alfatih menundukan kepalanya

"Makasih ya mas," ungkapnya

Kening Alfatih mengerut bingung "makasih? Untuk apa kamu terima kasih sama mas sayang?"

Safiyah tersenyum dan menyamankan posisi kepalanya di dada sang suami. "Makasih karena mas udah selalu ada disaat ini, makasih karena mas rela untuk tinggalin pondok demi aku. Makasih juga mas selalu kasih aku ketenangan dan nurutin semua permintaan ngidam aku, maaf ya kalau aku repotin mas, aku janjii nanti akan jaga bayi kita mas. Aku janji akan selalu sehat disaat mas akan kembali ke pondok nantinya."

Alfatih termenung mendengarkan ucapan dari sang istri. Sekarang ia paham, bagaimana rasanya jika Safiyah ia tinggal begitu saja jauh darinya di saat kehamilannya ini. Mungkin saja Safiyah lebih memilih pulang ke desa dibandingkan ia harus menunggu kepulangan Alfatih yang entah kapan.

Alfatih mengusap kepala sang istri dan beralih mengecup puncak kepala tersebut. Ia akan selalu memberikan kehangatan selama empat bulan ini sebelum akhirnya ia akan pergi ke pondok dan kembali saat sang istri akan melahirkan nanti.

Cinta Seorang Santri (Segera Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang