31 || Our Problem II

518 101 32
                                    

Gue padahal enggak mau belanja
Di sini niatnya cuma mau mengamati doang. Tapi gue jadi kepikiran dulu gak sempet mau beliin kak Julian kemeja.

Akhirnya gue desain sendiri tapi sampai sekarang masih gue keep. Mau gue jadiin baju dan kasih buat hadiah anniversary satu tahun kita.

Masih ada beberapa bulan lagi. Gue gak tau apakah masih mau memberikan barang itu ke kak Julian atau milih ngasih hal yang lainnya.

Masalahnya kita lagi dalam mode berantem. Buat apa gue memikirkannya sekarang toh masih lama juga.

Jadi gue berharap kita baikan ya?

Tentu aja!

Siapa yang mau berantem mulu? Gak kan? Tiap chat sama telepon kita akhir-akhir ini isinya cuma emosi sih.

Kak Julian yang biasa nenangin gue masih sensi sama gue yang masih kerja di butik.

Sumpah deh, sejak kapan kak Julian tuh jadi gak dewasa gini?

Salah sepertinya gue lagi kerja malah mikirin kak Julian. Sekarang gue jadi ngelihat dia ada di sini. Di depan sana, gue lihat sosoknya sedang memilih milih pakaian.

"Lovely?"

Gue menoleh ke arah pak Arjuna yang sedang memanggil gue.

Terus gue kaget, bu Anjani gak ada disekitar sini malah cuma ada pak Arjuna.

Lalu gue lebih kaget saat melihat ke depan, kak Julian masih berada di sana. Itu memang kak Julian! Bodoh! Gue pikir gue cuma ngejalu!

Tapi kenapa kak Julian di sini?

Gue baru mau pergi buat nyamperin kak Julian. Gatau ya kaki gue reflek aja mau mendekati dia.

Sayang langkah kaki gue terhenti bahkan sebelum sempat gue melewai tubuhnya pak Arjuna.

Di sana... kak Julian enggak sendirian melainkan bersama Sandra. Ya, wanita itu.

Gue langsung membeku di tempat. Mereka belanja bareng? Wah kelihatan serasi banget. Dan kak Julian juga santai memilih milih pakaian.

Mereka mengobrol banyak. Dan kak Julian juga menatap ke sekitar mencari-cari sesuatu yang bagus, sepertinya.

Gue reflek berbalik dan bersembunyi di belakang tubuh pak Arjuna. Gak mau sampai bersitatap mata sama kak Julian.

Punggung gue sempat bertabrakan sama punggung pak Arjuna yang keras. Dia tersentak tapi memilih diem dan gak negur gue sama sekali.

Dan pak Arjuna tetap diam selama beberapa waktu. Ada kali lima menitan gue berdiam di sana sampai gak sadar air mata gue udah menetes banyak.

Semoga nggak ke sini!

Semoga nggak ke sini!

Pergi aja kalian berdua!

Itu yang terus gue rapalkan dalam hati.

"Mereka sudah pergi. Kamu masih mau di sini?" suara bariton pak Arjuna membuyarkan gue.

Gue reflek mendongakan kepala dan berbalik ke arah pak Arjuna. Lalu saat pandangan gue menyebar ke belakangnya, kak Julian dan Sandra emang udah nggak ada di sana lagi.

"Maaf ya pak," ucap gue menyeka air mata gue dengan tangan. "Kita emang lagi berantem, tapi sekarang gapapa. Ayo nyusul bu Anjani... tadi bu Anjani kemana ya?" gue tersenyum dan ingin bergegas pergi.

Pak Arjuna mensejajari langkah kaki gue yang terburu-buru.

"Apa karena saya?"

Gue reflek berhenti dan menoleh ke pak Arjuna. Barusan itu pak Arjuna ngomong lembut banget ke gue.

LOVEIANWhere stories live. Discover now