Adi Sutjipto International Airport
Gue dan Lovely akhirnya turun di bandara Adi Sutjipto Yogyakarta. Gue menghirup dalam-dalam udara di sekitar.
Jogja ya?
Kota kelahiran gue yang sangat jarang gue kunjungi bahkan nggak pernah sejak puluhan tahun yang lalu.
Gue bener-bener jauh dari keluarga besar ternyata. Cuma deket sama almarhum kakek, ayah angkat mama.
Sebenernya ada yang menganggu pikiran gue. Gue khawatir banget karena papa gue kan bisa disebut sebagai anak pembangkang ya?
Gue takut nggak disambut atau malah lebih kejam di usir! Kalau gue sendiri mah nggak papa. Lah ini gue sama Lovely.
Huft gue kan udah bersiap dengan konsekuensi yang akan gue hadapi! Kenapa sekarang malah bimbang!
Lagipula keluarga nenek dan kakek aja mengiyakan gue datang. Itu artinya emang mereka mengharapkan gue kan?
"Kak Ian," panggil Lovely mengelusi lengan gue.
Dia tau gue banyak pikiran karena gue diem-diem selalu menatap keluar jendela pesawat. Lovely selalu bisa me-notice hal-hal kecil.
"Sini aku bawain tasnya sayang, berat ya?"
"Enggak kok. Aku bawa sendiri aja."
Gue mengangguk. Gak mau maksa Lovely. Keluar dari pintu, gue disambut seseorang yang melambaikan tangan ke gue. Gak cuma satu orang deh melainkan berdua.
Itu om sama tante kalau di Jawa dipanggilnya paklik sama bulik. Gue udah di telepon kalau bakal ada yang jemput gue. Beneran ternyata. Padahal gue udah sedia gmaps sama jaga-jaga mau pesen taksi online aja.
Gimana nih cara gue mengawali percakapan?
"Mas Ian?"
Belum juga gue buka mulut, gue udah lebih dulu dipanggil sama tante gue.
Apa tadi katanya... mas?
"Mas Ian sama Mbak Vely kan? Ayo ayo masuk mobil, kakek sama nenek udah nunggu kalian."
Mereka sama sekali enggak kaku ke gue dan Lovely malah terkesan ramah buanget. Alhasil kita langsung masuk ke dalam mobil.
Melewati jalanan Jogja menuju rumah kakek di sore hari yang masih lumayan panas ini, mereka sesekali melempar pertanyaan ringan ke gue.
Tiap kali si tante keceplosan nanya pertanyaan berat, si om langsung ganti topik pembicaraan. Beliau juga negur istrinya pakai bahasa jawa.
Mungkin artinya, hush jangan nanya hal gituan. Bukan hak kita. Biar kakek yang bertanya nanti.
Mungkin loh mungkin.
Mereka ngomong campur pakai bahasa Jawa dan Indonesia jadi gue sebisa mungkin nerjemahin sendiri.
Gak berapa lama kita sampai di sebuah rumah. Rumah yang amat megah bernuansa Jawa. Bener rumah ini ada di ingatan gue.
Lovely sampai tercengang melihatnya. Jujur saja gue juga kalau belum pernah ke sini bakalan melongoh juga.
Semua yang ada di depan gue berasa sangat aesthetic. Dari ujung ke ujung berwarna cokelat kayu. Joglo? Mungkin inilah wujudnya.
Ingatan gue masih jelas. Dulu gue serasa tinggal di rumah yang mirip sama istana dan pekat sama budaya.
Harsanjaya. Itu seharusnya menjadi nama akhir gue. Tapi papa sama sekali gak nyelipin di sana. Padahal nama papa sendiri Daren Harsanjaya.
Tempat ini sangat luas, ada beberapa mobil terparkir di depan rumah ini. Kalau dipikir-pikir inimah mirip lima rumah dijadiin satu.
YOU ARE READING
LOVEIAN
RomanceHanya kisah percintaan dua anak manusia, Lovely dan Julian. Tentang bagaimana mereka saling berkenalan, terikat, menjauh lalu bersatu kembali. "Jadi gini, Love..." "Gabisa! Gue enggak bisa fokus nulis kalau kayak gini caranya kak Ian!" "Emang aku n...