14 || Heartbreak and Tears

675 134 69
                                    

Tidak seperti yang gue bayangkan sebelumnya. Perjalanan pulang kali ini rasanya berlipat-lipat lebih lama.

Gue berkenalan dengan wanita bernama Naomi yang sekarang duduk di sebelah tante Yasmine. Wanita itu sangat ramah, dia menanggapi apapun yang tante Yasmine katakan.

Tentu saja mereka ngobrol dengan bahasa Inggris, yah accent Britishnya ngebuat gue loading lama dan gak ngerti apa yang mereka bilang.

Om Daren yang menyupir sesekali menanggapi juga. Lalu kak Julian? Dia menyandarkan tubuh dan kepalanya di kursi, tak ikut dalam diskusi ini.

Suaranya sama sekali gak kedengeran. Dia pendiem banget. Sesekali gue dengar dia berdeham sebagai respon.

Gue? Sama.

Lima menit yang lalu om Daren mengusulkan untuk kita semua pergi ke restoran. Kak Julian menolaknya. Dia ingin segera sampai di rumah katanya.

Dan tante Yasmine pun mengiyakan. Dia bilang akan menyiapkan makan malam di rumah saja.

Perjalanan yang ditempuh kak Julian begitu jauh. Mungkin dia kelelahan. Gue yang bodoh karena nggak mikir sampai ke sana dan berharap ada obrolan panjang dan menyenangkan antara gue dan kak Julian.

"Lovely, kamu ikut makan malam di sini ya?"

"Enggak tante. Lovely mau pulang ke rumah," ucap gue waktu mereka turun dari mobil.

Gue enggak bisa terus ada di sini. Dan melihat kak Julian bersama wanita itu sangat sangat akrab hingga masuk ke dalam rumah dengan bergandengan tangan.

Gak sih lebih tepatnya kak Julian yang dibantu berdiri. Dia mungkin memang sangat lelah. Yah mungkin aja begitu.

Gue sejak tadi tak berhenti menggigiti bibir ini. Hati gue rasanya gak enak. Gue nggak mau lihat lagi. Pengen pulang aja.

Pada akhirnya gue tetap dipaksa ikut sama tante Yasmine. Lucu. Gue selalu nggak punya kuasa buat menolak wanita itu.

Udah nolak sekali tapi tante Yasmine selalu punya cara untuk membuat gue mengikuti keinginannya.

Masuk ke dalam rumah disambut figuran keluarga besar di ruang tengah. Gue berjalan sembari membantu om Daren menarik koper lumayan besar itu.

"Makasih ya Lovely."

"Sama-sama om."

"Julian kayaknya capek banget." komentar om Daren.

Gue setuju.

"Taruh di sini aja dulu, biar nanti om yang benerin. Berat."

Gue ngangguk-anggu nurut. Agak berat sih emang. Om Daren pergi setelahnya. Tante Yasmine juga udah di dapur.

Terus Naomi-Naomi itu ada dimana? Gue enggak melihat dia di sini

Kak Julian tentu saja ada di kamarnya. Jadi gue inisiatif pergi ke sana cuma buat mastiin aja.

Pintu kamar itu terbuka lebar. Kak Julian sepertinya emang lebih suka kalau pintu kamarnya terbuka dibanding ketutup. Beda banget sama gue. Soalnya ada si penganggu, bang Haikal sih.

Sayangnya apa yang gue lihat di dalam sana lagi-lagi menggores perasaan gue.

Kak Julian tertidur di atas ranjangnya. Lalu wanita bernama Naomi itu duduk di sebelahnya.

Mereka seperti tengah membicarakan sesuatu. Yang gue lihat tangan Naomi maju untuk mengusap wajah kak Julian. Sementara mata pria itu terpejam.

Detik itu juga hanya ada satu hal yang terlintas di benak gue.

LOVEIANWhere stories live. Discover now