49 || Perfect Happines

256 33 11
                                    

Beberapa Bulan Kemudian...

"Perut siapa yang makin bulet.."

"..."

"Perutnya Lovely.."

Itu gue nyanyi sih. Nadanya ya gitu cuma asal ceplos aja.

"Anak papa sama mama ngejek aku," Lovely mengadu ke papa dan mama.

Semua ketawa. Bercanda dia. Nggak mungkin Lovely marah karena gue selalu nyanyiin itu setiap waktu.

Kita semua sedang menikmati sarapan bersama.

Hari ini weekend. Lovely udah janjian sama mama mau bikin kue. Gue denger sih gitu.

Beneran bikin ternyata. Tapi Lovelynya malah gamau makan. Dia asik ngemilin roti tawar.

Padahal kue bikinan mereka enak loh. Ini aja sampai habis gue cemilin. Yah sembari mainin perut bulet gemas ini.

"Papa sama mama jadi pergi main golf lagi?"

"Iya habis ini. Harusnya tadi nggak makan dulu, kekenyangan papa."

Gue terkekeh. "Ya justru kenyang bisa bikin main bagus."

Papa sama mama emang akhir-akhir ini punya hobi baru. Bareng sama temen-temen mereka main golf.

Dulu sih cuma sesekali. Sekarang hampir tiap weekend pergi.

Gue nggak tau apa memang disengaja biar gue sama Lovely bisa berduaan di rumah gini.

Bahaya kalau gitu mah. Mending gue sama Lovely yang nyari hiburan di luar. Biarin papa sama mama istirahat santai di rumah.

Gue harus bertanya lain kali. Tapi papa sama mama emang selalu happy bawaanya kalau udah main sama temen.

Ya gimana sih kayak reuni kecil-kecilan antar teman gitu.

"Mau nonton film?"

"Mau!"

Gue mengajak Lovely untuk menonton. Bumil cantik itu masih sibuk membaca.

Bukan novel kali ini tapi buku-buku tentang kehamilan dan bayi. Rajin banget sumpah. Gue akuin kalau gue kalah.

Kita nonton di kamar biar bisa sambil bersantai ria. Televisi di kamar nggak segede di ruang tengah memang tapi ini cukup kok. Cukup karena cuma kita berdua yang menonton.

Sibuk memilih-milih, gue dan Lovely berakhir menonton film kartun. Meski bacaan gue berat, untuk urusan film gue lebih suka yang ringan-ringan.

Kalau buat Lovely jelas banget yang perlu dihindari adalah film horor.

Ngapain juga siang-siang nonton film horor.

"Hehe kok lucu banget."

Dengerin suara tawanya Lovely aja gue bahagia. Hiburan terbaik sih.

Duduk di ranjang berdua. Selimutan sampai ke pinggang. Dada gue digunakan sebagai sandaran kepala Lovely, lalu ada film yang menarik untuk dilihat.

Perfect weekend!

Lebih perfect lagi setelah nonton film sih gatau kita udah telanjang aja. Lupa siapa yang mulai duluan.

Yang pasti mahari masih di atas kepala, televisi juga masih nyala, AC pun nyala. Kita yang kepanasan.

"Kayaknya aku nggak akan kena baby blues karena yang jadi suami aku namanya Julian."

"Gitu ya?'

"Iya!" balasnya tegas.

Gue tertawa.

"Ayang nggak pernah marah sama aku. Kenapa?"

LOVEIANWhere stories live. Discover now