Glek!
Gue kesulitan menelan ludah gue sendiri. Tenggorokan gue rasanya gak bisa gerak.
Melihat tatapan laser yang Haikal kasih ke gue sudah cukup membuktikan kalau dia amat sangat marah dan gak setuju sama gue.
"Aku mau mengajak Lovely pergi ke Jogja, tante."
Begitu kata gue tadi. Sepertinya Haikal marah sama kalimat gue yang itu.
Lalu berubah syok waktu gue ngelanjutin dengan kalimat lagi.
"Aku sudah melamar Lovely. Tidak perlu acara pertunangan, aku ingin segera menikahinya."
Dah, singkat jelas padat bukan?
Itu yang membuat Haikal sama tante Tasya syok. Mereka tau gue sama Lovely berantem hebat.
Gue yakin Haikal pasti cerita ke mamanya soal gue yang berdebat sama Lovely di rumah ini.
Sekarang gue justru berlutut dan mohon buat mereka ngizinin bawa Lovely pergi ke Jogja tapi juga tentang pernikahan kita.
Malemnya gue udah bilang gitu ke mereka. Paginya gue langsung ngajak papa dan mama ke rumah Lovely.
Haikal sama mama Tasya kek orang gak tidur. Apa karena ucapan gue semalam? Sudah tentu mereka berpikir keras bukan?
Papa jelasin kondisi keluarga gue sama mama, Haikal, dan Lovely. Tentang dulu juga alasan mereka pindah ke sini terus juga papa cerita dia sempat nolak Lovely jadi menantunya. Gak lupa papa juga minta maaf.
Masalah kaya gini emang harus diselesaikan secepatnya sebelum kesalahpahamannya makin ruwet!
"Ian pasti akan menjaga Lovely di sana. Jangan khawatir, aku sendiri yang akan menghajarnya kalau dia sampai menyakiti putrimu, Tasya."
"Ian pasti bisa melakukan apa yang tidak aku bisa dulu. Dia yakin sekali bisa memperbaiki hubungan keluarga kami."
Papa dan mama bener-bener meyakinkan tante Tasya dan bang Haikal. Setelah percakapan yang lumayan panjang. Akhirnya mereka setuju.
Bukan apa-apa, gue tau banget kekhawatiran Haikal tentang adik perempuan satu-satunya.
Tante Tasya lebih lunak sama gue. Itu karena dia udah tau gimana gue. Sifat dan kelakuan gue.
Karena gue berkata akan selalu mempertanggung jawabkan semua tindakan dan ucapan gue. Dan gue gak akan pernah menghkianati kepercayaan tante Tasya.
Lagi pula gue ini kan cowok baik-baik. Begitu setidaknya di mata semua kecuali Haikal.
Dia kan nganggep gue cowok brengsek kek anjing. Yah perkara mau ngerebut adik tercintanya.
•••
Kepala gue digeplak keras sama Haikal. Buset tangannya ringan banget buat mukul kepala gue. Orang biasanya juga pakai tendangan itupun bercandaan doang.
Apakah ini awal dari permusuhan kita? Padahal selama ini gue nganggep dia bestie alias sahabat karib.
"Tarik lagi ucapan lo! Lo bercanda kan mau nikahin adik gue?!"
Masih aja belum kelar masalah ini. Haikal kek dendam banget dah gue mau nikahin Lovely.
Padahal dia selalu dukung hubungan gue dulu. Giliran mau serius gini direcokin mulu. Hhhh.
"Gue udah dari lama kepikiran! Lagian apa salahnya gue nikah sama adik lo?! Gue ini memenuhi kriteria sebagai suami yang baik."
"Pertama, keluarga lo banyak drama."
YOU ARE READING
LOVEIAN
RomanceHanya kisah percintaan dua anak manusia, Lovely dan Julian. Tentang bagaimana mereka saling berkenalan, terikat, menjauh lalu bersatu kembali. "Jadi gini, Love..." "Gabisa! Gue enggak bisa fokus nulis kalau kayak gini caranya kak Ian!" "Emang aku n...