44 || Daily Routine

314 44 8
                                    

Pagi ini gue sudah mulai bekerja seperti biasanya.

Lama banget liburan gue. Tapi nggak selama waktu gue pergi ke Jogja saat sebelum menikah itu sih.

Gue udah jadi karyawan tetap. Yey! Itu karena mbak Bunga memutuskan untuk keluar. Dia mau fokus merawat dan membesarkan anaknya.

Gue rajin banget selama beberapa hari ini karena butik penuh dengan pesanan gaun.

Gaun yang gue buat untuk kak Gigi dan juga gaun pernikahan gue. Setipe memang dan banyak banget peminatnya.

Siapa sangka bakalan meledak kayak gini?

Jadi gue banyak dapat klien baru yang rata-rata memang temen dan kenalan kak Gigi.

Bekerja di butik lagi tentu saja gue harus siap berhadapan dengan pak Arjuna yang sesekali datang.

Kita biasa aja. Hubungan kita mantan dosen dan mahasiawa. Malah gue rasa pak Arjuna cenderung menghindar.

Selain itu semua sudah kembali seperti semula. Yang berbeda cuma status gue juga cincin cantik di jari tangan gue.

"Hari ini kamu bekerja dengan baik seperti biasanya, Vely."

"Terimakasih bu. Berkat bu Anjani juga loh."

Gue tersenyum ke bu Anjani. Beliau memang love languange-nya memuji kali ya?

Seneng deh gue.

Gak nyangka. Gue yang dulunya manusia insecure-an bisa sampai di titik dapat pekerjaan yang layak dan sesuai passion.

Capek memang gue akuin tapi seneng. Jadi rasanya fifty-fifty. Capek yang membahagiakan itu nikmat.

Gue berniat mau pulang setelah pekerjaan gue usai. Betapa kagetnya gue melihat suami gue datang menjemput gue.

"Kok di sini? Jam kerja ayang udah selesai?"

Kak Ian ngangguk. Dia bukain pintu buat gue. "Aku dari rumah sakit langsung ke sini."

Gue baru inget juga, pagi ini kak Ian enggak pergi semobil sama papa mertua.

Gue lega bisa nyandarin punggung ke kursi. Pegel gue seketika hilang. Ah gue jadi berpikir harus punya bantal leher.

"Capek sayang?"

Kak Ian yang lihat gue merem sambil ngenakin posisi leher seketika bertanya.

"Sedikit..  tapi aku seneng banget bisa kerja lagi." gue tersenyum senang. "Kak Ian tau kan, ternyata ada lebih banyak pesenan gaun."

Blablabla. Gue cerita panjang kali lebar dan kak Ian setia mendengarkan sembari tangan dan matanya fokus mengendarai mobil. Sesekali dia noleh ke gue.

Gue juga gak lupa bertanya tentang pekerjaanya hari ini. Kak Ian menjawabnya lebih singkat dari yang gue duga karena dia lebih suka dengerin gue ngomong.

Cerewet banget gue kalau sama kak Ian mah.

"Oiya.. jangan lupa akhir pekan kita belajar mobil, Love. Aku sendiri yang ngajarin. Siap-siap ya?"

"Iya!" gue semangat.

Kak Ian sepertinya bakalan lebih tenang kalau gue bisa kemana-mana bawa mobil sendiri.

Hmm gak sabar gue belajar sama kak Ian. Dibanding sama bang Haikal mending sama kak Ian lah!

Soalnya kalau sama bang Haikal, baru lima belas menit aja gue udah diomelin satu setengah jam saking gak becusnya.

Ya namanya juga belajar kan ya! Dasar!!

•••

Akhir pekan yang gue tunggu akhirnya tiba.

LOVEIANWhere stories live. Discover now