38 || You Got It!

447 59 19
                                    

Semalam gue memang dicari oleh kakek. Bahkan dibantu beberapa orang rumah karena pria tua itu gak juga nemuin gue.

Pas ketemu tentu saja gue bilang dari kandang kuda. Kenyataanya gue malah nyasar ke sana. Mana gelap-gelapan lagi.

Untung gue bukan penakut seperti gadis imut yang gue kenal. Ayang gue. Hahaha.

Yah, lebih baik lah dari pada gue bilang kalau habis dari kamar Lovely. Orang gue aja sampai main petak umpet gitu karena Lovely takut ketahuan.

Jujur gue juga takut sih. Tapi begitulah, biasa aja setelah gue memikirkan ada banyak kesenangan yang banyak gue dapatkan.

Wow Julian, sejak kapan lo senakal ini?! Tanya gue ke diri sendiri.

"Ngapain lo malem-malem ke kandang kuda. Gila ya?"

Nah padahal kakek udah diem gak banyak nanya lagi. Tapi si Ethan lain, di sepertinya curiga ke gue.

"Mau mengakrabkan diri sama Budi." canda gue.

Ethan nyipitin matanya, seperti gak terima sama jawaban gue barusan.

"Ada barang gue yang ketinggalan di sana."

Untung aja sore tadi gue sama Ethan sempet lama di kandang kuda. Jadi gue punya alasan yang bagus buat nipu nih sepupu gue.

Gatau lah dia percaya apa enggak. Gue juga curiga sama kakek kalau dia cuma pura-pura gatau doang.

Semalem tuh gue dicari bukan buat diajak main catur melainkan kakek mau bilang kalau beliau mau ngajak gue pergi.

Dan terjawab sudah kemana kita pergi. Tempat kakek menghasilkan uang di usianya yang gak lagi muda.

Pabrik punya kakek tersebar di pusat Jogja. Oleh-oleh berupa pakaian, makanan, dan aksesoris kakek punya banyak bisnis ternyata.

Rasanya seperti gue diajak keliling Jogja. Harusnya gue ngajak Lovely pergi, tapi lagi-lagi kita dipisahkan gini.

Sebenernya gue juga nggak masalah. Yang bikin gue gak suka ninggal Lovely adalah adanya manusia kampret bernama Ethan itu.

Gue kesel sekaligus was-was sama tuh cowok bajingan. Gue emang selalu sensi tiap kali Lovely deket sama cowok lain selain gue

Meski sepupu gue sendiri sih.

Oke back to usaha kakek. Kebanyakan emang di bidang kuliner. Ada banyak banget makanan khas Jogja yang diproduksi di satu pabrik besar ini.

Bakpia, Yangko, Geplak yang namanya belum pernah gue denger sama sekali. Kebanyakan makanan kemasan yang memang tahan lama.

Gue juga baru tahu kalau kuda-kuda punya kakek itu cuma sebagian kecil karena beliau juga punya usaha sewa delman di sini. Wow!

Ah, gue jadi paham seberapa terkenal dan berduitnya kakek gue.

"Bapakmu ndak mau kakek suruh meneruskan salah satu bisnis ini. Dia malah tertarik jadi dokter." gitu kata kakek.

Gue cuma dengerin setiap kali dia bicara. Gak jauh-jauh dari papa pokoknya. Dengan sopan gue ngikuti langkah kaki kakek yang begitu pelan dengan satu tongkat di tangan kanannya.

"Sebenarnya kakek benci atau sayang sama papa?" baru gue berani bertanya.

"Benci karena dia anak pembangkang.
Tapi kakek lebih benci karena Daren ndak pernah balik seolah-olah ingin melupakan keluargannya dan ndak nganggep aku sebagai bapaknya." suara kakek kedengeran merajuk di akhir.

"Padahal bapakmu masih memakai nama kakek." nah kali ini kakek jadi sensi.

Daren Bagus Harsanjaya. Itu nama papa gue.

LOVEIANWhere stories live. Discover now