Happy Reading
***
"Lo kenal dia?" Zea memberi kode kepada adiknya agar melihat ke arah samping rumah mereka. Setelah melihat arah tunjuk kakaknya, Akbar terdiam sejenak sebelum akhirnya menganggukkan kepala.
"Serius? Lo yakin kenal dia?" tanya Zea masih tak percaya dengan jawaban adiknya.
"Ck! Iya."
"Kenalan baru tadi malam, kan?"
"Enggak, dia temen sekelas."
Zea membelalakkan kedua matanya kaget. Baru tahu ternyata gadis yang kemarin menyenggol motornya adalah teman satu kelas Akbar. Dan bodohnya lagi Akbar tidak memberitahunya tadi malam. Tahu begitu dia bisa melabrak gadis itu. Kenyataannya juga Zea baru tahu ternyata om-om semalam adalah orang tua si gadis itu. Astaga! Dunia begitu sempit untuk Zea yang suka tantrum.
"Dia yang nabrak motor gue anjir!"
"Apa??"
"Dia yang bikin motor gue kegores. Punya adek kok budek banget, itu telinga lo gak dibersihin, ya?!!"
"Udah lah, kejadiannya juga udah lewat. Sekarang lo anterin gue, udah telat nih. Bukannya lo juga ada ujian?" lerai Akbar menyadarkan Zea.
"Kenapa gak bilang dari tadi sih!? Cepetan naik!!" titah Zea langsung menghidupkan mesin motornya bersiap untuk berangkat sekolah. Gara-gara kejadian tadi, saat akan berangkat sekolah dan malah tidak sengaja melihat gadis kemarin tepat di samping rumahnya.
Akbar tidak lagi menanggapi karena dia tahu bagaimana sikap kakaknya jika dia ikut-ikutan larut dalam pembicaraan itu. Akan dipastikan mereka akan bolos absen sekolah.
Berbeda dengan Zea yang mengantarkan adiknya ke sekolah. Kini di samping rumah mereka tampak ada perdebatan kecil antara anak dan ayah.
"Papa 'kan sudah pernah bilang, Al, kalau Papa tidak sempat antar jemput kamu ke sekolah."
Pria berusia 35 tahun tampak berbicara dengan sang anak sambil kedua tangan dia masukkan ke dalam saku celananya. Stelan kantor sudah melekat rapi di tubuh bugarnya serta sepatu yang terlihat mengkilap.
"Ana juga pengen ngerasain diantar jemput, Pa," jawab Alana memasang wajah murung.
"Nanti Papa sewa sopir untuk antar jemput kamu."
"Ana gak mau sopir!"
"Al, kamu ngertiin posisi Papa dong. Sekarang kerjaan Papa banyak, Papa belum ada waktu untuk melakukan itu semua."
Alana terdiam, menahan kesedihan yang kian lama kian bertambah karena papanya tidak bisa diajak bicara. Karena setiap kali Alana berbicara, pasti akan ada perdebatan diantara mereka. Rasanya hidupnya terlalu monoton, dibiarkan begitu saja oleh papanya. Hanya mengandalkan uang yang entah sejak kapan itu tidak penting bagi Alana.
"Ya udah kalau itu mau Papa. Percuma Ana ngomong gitu, toh Papa juga gak pernah dengerin, kan? Ana udah berusaha ngertiin Papa, tapi, Papa gak pernah ngertiin posisi Ana. Andai Ana ikut mama ...."
"Alana, stop!! Sekarang kamu berangkat sekolah!! Papa gak mau kamu ngomong yang aneh-aneh apalagi bawa-bawa nama mama kamu." Tampaknya Haidar sangat tidak suka jika obrolan mereka disangkut pautkan pada mama Alana.
Pria yang bernama lengkap Haidar Abimana itu pun beranjak pergi, meninggalkan sang putri begitu saja. Perlahan mobil yang dia kendarai pun melesat laju meninggalkan pekarangan rumah yang masih terdapat Alana di sana. Gadis yang duduk di bangku SMP itu hanya bisa menatap rerumputan hijau yang tumbuh di halaman rumah barunya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Duda
RomanceSEASONS 1 CERITA DENGAN ALUR RINGAN!!! WELCOME TO SPESIALIS LAPAK HAPPY ENDING! ***** Pertemuannya dengan Alana ternyata membawanya menuju jurang penuh siksaan. Zea tak tahu kesalahan apa yang dia perbuat sampai-sampai harus hidup bertetanggaan den...