Happy Reading
Vote dulu ya biar aku gak OVT lagi
***
Melalui jendela kaca dengan gorden tersibak memperlihatkan pemandangan apapun yang berada di luar rumah. Termasuk pemandangan yang membuat tatapannya berubah sendu. Tidak ada yang bisa dia lakukan selain hanya menatap tanpa bisa menggapai. Saat ini jaraknya terlalu jauh untuk melangkah lebih dekat.
Pertanyaannya adalah sampai kapan? Sampai kapan dia berdiam diri?
''Aku udah selesai, Pa.'' Sebuah seruan berhasil membuat pria yang sedang melamun itu langsung tersadar. Dia menoleh, menatap putrinya yang sudah rapi.
Pria itu tersenyum tipis. Cantik. Dia baru menyadari jika putrinya itu sangat cantik. Sayangnya kecantikan itu diturunkan langsung dari perempuan masa lalunya. Sekelebat bayang masa lalu terlintas di pikirannya, namun tidak lama bayangan itu menghilang digantikan dengan bayangan lain.
''Ayo!'' ajaknya kemudian melangkah keluar diikuti oleh putrinya.
Keduanya memasuki mobil. Tak lama mobil itu bergerak menjauhi rumah berlantai dua yang akan mereka tinggalkan selama beberapa hari ke depan.
''Kalau kamu butuh sesuatu silakan minta tolong ke om kamu. Papa sudah bicara sama dia,'' ucapnya di tengah perjalanan, memecah keheningan sejak awal perjalanan.
Alana hanya mengangguk mendengar penuturan yang papanya sampaikan. Lagi-lagi dia ditinggalkan papanya. Alana tahu itu, karena urusan pekerjaan membuatnya sering ditinggal sendirian. Tapi, setidaknya sekarang hubungan mereka sudah membaik, tidak seperti dulu yang komunikasi saja mungkin hanya bisa dihitung melalui jari.
Mobil yang ditumpangi Alana perlahan melambat lalu berakhir berhenti begitupun dengan pengendara lain. Di depan sana lampu lalu lintas sudah berwarna merah.
Tangan Alana bergerak memencet tombol di sisi lengan kirinya dan seketika kaca mobil langsung terbuka. Haidar yang melihat itu tidak melarang, mungkin saja putrinya merasa pengap dan bosan. Begitu pun dengannya, oleh karena itu dia ikut-ikutan membuka kaca mobil di sebelahnya sehingga udara segar langsung menyeruak masuk memenuhi dalam mobil.
Namun, udara segar yang sedang bekerja di paru-parunya seketika berubah menjadi sesak ketika Haidar menoleh ke samping kanan. Pengendara sepeda motor itu berhenti tepat di sisi mobilnya. Dalam posisi kaca mobil terbuka, membuat Haidar bisa melihat dengan sangat jelas.
Penumpang sepeda motor itu menoleh ke arah kiri. Tatapannya jatuh tepat pada Haidar yang saat itu masih menatapnya lekat.
Degup jantung keduanya seketika berpacu cepat.
Raut wajah Haidar tanpa ekspresi, namun, netra matanya terlihat sayu penuh akan luka.
''Ze.'' Bibir Haidar bergerak tanpa menimbulkan suara.
Secepat itu dunianya berpaling. Secepat itu dunianya menemukan kehidupan di planet lain. Secepat itu?
Secepat itukah Haidar menyimpulkan bahwa Zea akan mendengar permintaan dan percaya padanya?
Zea memalingkan wajah. Tangannya refleks mengepal erat. Berusaha untuk tidak melihat Haidar lagi, tapi, sekarang mereka malah bertemu. Haidar melihatnya ketika dia sedang berboncengan dengan laki-laki lain.

KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Duda
RomanceSEASONS 1 CERITA DENGAN ALUR RINGAN!!! WELCOME TO SPESIALIS LAPAK HAPPY ENDING! ***** Pertemuannya dengan Alana ternyata membawanya menuju jurang penuh siksaan. Zea tak tahu kesalahan apa yang dia perbuat sampai-sampai harus hidup bertetanggaan den...