Happy Reading
Yang gak vote semoga cerita ini sad ending
***
Alana sudah menggelepar bak ikan kekurangan oksigen di dalam air. Gadis itu sudah berganti pakaian dan sekarang sedang menunggu makanannya tiba. Sudah 1 jam lamanya, tapi, tanda-tanda jika Zea sudah selesai memasak belum ada juga. Bahkan Alana mulai jengah saat mendengar suara tertawaan dari dapur. Siapa lagi kalau bukan sejoli yang tengah dimabuk mesra. Papanya juga, bukannya menemani dirinya eh malah gencar mendekati Zea.
Satu kata untuk papanya.
''Sinting!''
Umpatan itu tidak membuat Alana takut jika seandainya papanya marah. Toh memang kenyataan kalau papa Haidar itu sinting.
''Mas,'' tegur Zea ketika mendapati Haidar terus-terusan menempel padanya. Bahkan untuk bergerak saja terasa susah. Berulang kali menyingkirkan tangan Haidar yang melingkar erat di perutnya, tetapi, Haidar sangat keras kepala.
Haidar menumpukan dagunya di atas bahu Zea kemudian menyeruak maju berakhir membenamkan wajahnya di ceruk leher gadisnya. Tubuhnya semakin menempel dengan tangan semakin mengerat pula.
Zea mengedikkan sebelah bahunya karena merasa risih ditempeli melulu. Dia hanya takut Alana kembali memergoki mereka. Sudah cukup dua kali dan sama-sama kepergok saat kissing. Haidar benar-benar keterlaluan karena membuatnya berada dalam posisi sulit.
''Mau napas juga enggak sempat ini,'' keluh Zea.
Pria itu malah terkekeh, dia mengendurkan sedikit tangannya yang melingkar di perut Zea. ''Sudah bisa napas?'' Pertanyaan Haidar terdengar polos seperti oksigen.
''Sudah, tapi, jangan nempel kayak cicak di dinding. Aku butuh ruang gerak, Mas. Bisa-bisa ini semua gak bakalan selesai.''
''Cium dulu kalau mau lepas,'' pinta Haidar tidak tahu malu. Cium katanya? Gila saja pria itu.
Zea berdecak sebal menghadapi Haidar yang mendadak jadi bayi besar, ''Cium yang kayak gimana lagi, Mas? Tadi kan udah, lebih dari tiga kali malah,'' jelasnya agar Haidar tidak mendadak amnesia. Hari ini, pria itu sudah menciumnya lebih dari tiga kali. Lalu, dia minta ciuman yang modelan seperti apa?
Wajah Haidar menekuk masam. Tiba-tiba dia terdiam tanpa perlawanan. Zea yang merasakan keheningan itu hanya bisa mendengus kasar.
''Kenapa diam?'' tanya Zea heran. Sambilan itu dia bergerak pelan untuk mencicipi kuah lontong sayurnya. Hanya sajian simpel dan Zea memilih cara yang paling cepat. Dia tidak membuat nasi lontongnya, semuanya hanya diisi oleh sayur-sayuran.
Ke mana pun Zea melangkah, Haidar tetap memeluknya manja.
''Hmmm??'' ulang Zea berharap mendapat jawaban dari pria itu.
''Kamu jahat, gak sayang sama Mas,'' ucap Haidar memajukan bibir bawahnya ke depan, cemberut.
Tiba-tiba Zea meletakkan kasar sendok yang dia pegang karena baru saja selesai mencicip kuah lontong yang terasa sudah pas. Kemudian gadis itu melepas paksa tangan Haidar lalu membalikkan badannya menghadap pria itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Duda
RomansSEASONS 1 CERITA DENGAN ALUR RINGAN!!! WELCOME TO SPESIALIS LAPAK HAPPY ENDING! ***** Pertemuannya dengan Alana ternyata membawanya menuju jurang penuh siksaan. Zea tak tahu kesalahan apa yang dia perbuat sampai-sampai harus hidup bertetanggaan den...