Happy Reading
***
Langit yang cerah kini berganti dengan gelapnya malam. Bulan terlihat bersinar terang ditemani dengan bintang yang selalu berada di sisinya. Terkadang ada masanya bintang itu tidak muncul dengan suatu alasan yang mengharuskan bulan harus berada sendirian di ruang hampa yang begitu luas. Terkadang juga banyak bintang yang tersebar, namun tak ada bulan yang menyinari gelapnya langit malam.Sebagian orang menyukai keberadaan keduanya, namun sebagian mereka hanya menyukai salah satunya. Tapi, ini bukan hanya tentang bulan dan bintang. Terkadang, manusia memiliki banyak perumpamaan untuk mengungkapkan sesuatu.
Sebuah mobil hitam tampak memasuki halaman rumah. Tak lama seorang pria keluar, kemudian masuk ke dalam rumahnya yang tampak sepi. Tentu saja karena rumah itu hanya dihuni oleh dua orang."Papa baru pulang?"
Langkah kaki pria itu melambat saat suara seorang gadis mampir ke telinganya. Pertanyaan gadis itu hanya dibalas dehaman olehnya.
"Papa ke kamar dulu mau istirahat."
Tak ada lagi obrolan ataupun interaksi setelah. Masih beruntung mereka bisa mengobrol walau hanya sebentar dari pada tidak sama sekali.
Helaan napas Alana terdengar. Sudah terbiasa dengan perlakuan papanya yang terbilang cuek. Alana yang memutar ingatannya, mengingat kapan terakhir papanya memperlakukannya dengan manis. Ah rasanya lama sekali tidak dia rasakan. 2 tahun hidup bersama nenek dan kakeknya membuat Alana hanya mengetahui sedikit tentang perkembangan papanya.
Alana berbalik badan, berjalan memasuki kamarnya yang berada tepat di samping kamar papanya. Berada di dalam kamar sendirian membuat Alana merasa cepat bosan. Alhasil dia memutuskan untuk mengajak teman-temannya keluar.
Setelah berkemas, Alana keluar dari kamar dan menghampiri kamar papanya. Pintu itu dia ketuk sebanyak tiga kali. Tak lama kemudian pintunya terbuka.
"Ada apa, Al?" tanya Haidar menatap heran putrinya.
"Ana mau keluar sebentar, Pa, bareng temen-temen."
Sebelum menjawab, Haidar sempat melirik jam dinding di kamarnya yang menunjukkan pukul 19.00. Merasa masih awal dia pun mengizinkan Alana untuk pergi keluar.
"Jangan pulang larut," pesannya.
"Iya, Ana pergi dulu." Sambil membawa kunci motornya Alana pergi meninggalkan papanya sendirian di rumah.
Saat motor Alana baru keluar dari halaman rumahnya, bertepatan dengan itu Zea juga tampak menyalakan sepeda motornya, bersiap untuk pergi keluar.
"Zea pergi dulu, Bun," teriak gadis itu sambil memasang helm di kepalanya. Entah terdengar sampai ke dalam atau tidak, intinya Zea sudah berpamitan kalau dirinya akan berangkat, sebenarnya tidak perlu karena tadi sudah sempat memberitahu sedari awal.
Sambil bersenandung kecil Zea mengendarai motornya menuju sebuah cafe. Sore tadi dia janjian dengan Salwa untuk nongkrong sebentar sambil membahas kisi-kisi untuk ujian besok.
Mungkin membutuhkan waktu sekitar 10 menit untuk sampai di tempat tujuan. Setibanya di sana Zea langsung masuk ke dalam dan menemukan Salwa sedang fokus menatap laptopnya di meja paling pojok.
"Hai, udah lama?" Zea mendudukkan bokongnya di kursi berhadapan dengan Salwa. Tak lupa juga menyimpan tasnya di kursi kosong.
"Baru sampai juga, sengaja milih meja di pojok. Gak apa-apa, kan?"
"Gak apa-apa dong, malahan bagus."
"Gue udah mesen makanan, tinggal nunggu aja paling bentar lagi dateng."
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Duda
RomanceSEASONS 1 CERITA DENGAN ALUR RINGAN!!! WELCOME TO SPESIALIS LAPAK HAPPY ENDING! ***** Pertemuannya dengan Alana ternyata membawanya menuju jurang penuh siksaan. Zea tak tahu kesalahan apa yang dia perbuat sampai-sampai harus hidup bertetanggaan den...