30. HTS

15.5K 962 51
                                    

Happy Reading

Thank you for 300 Vote

Note: Jangan terlalu menghayati karena akan ada banyak bintang yang bertaburan di dalamnya.

***

Usai membayar beberapa buku pilihan Zea tadi, Haidar bergegas keluar dari gramedia. Dia melangkah tak tentu arah, sorot matanya terus memindai ke berbagai sudut tempat. Berharap menemukan Zea yang sedang duduk santai menunggu dirinya.

Haidar mendial nomor telepon Zea yang ternyata berdering, namun, tidak diangkat. Lama-kelamaan Haidar jadi gemas dengan gadisnya yang sedang ngambek. Bukannya merasa kesal, Haidar justru masih dibayangi rasa senangnya karena Zea merubah nama panggilan untuknya.

Mas Haidar-ku. Bibir Haidar terus bergerak kecil. Itu terlalu lucu! Haidar benar-benar tidak tahan. Bibirnya terus berkedut menahan senyum yang ingin sekali dia tunjukkan lebar kepada semua orang.

Sambil melangkah lambat, Haidar tidak henti-hentinya menelepon Zea. Sampai pada akhirnya netra mata menangkap sosok gadisnya tengah berdiri di pembatas kaca di sisi eskalator. Gadisnya terlihat melamun melihat orang-orang yang berlalu-lalang.

Sampai akhirnya Haidar mencoba mendekat, namun, seketika urung saat melihat beberapa remaja yang sengaja menghampiri Zea.

Seolah tersadar, Zea langsung menoleh. Dia menatap dua orang remaja laki-laki itu dengan tatapan penuh tanya. Seolah, ada apa?

"Sendiri aja?" tanya salah satu dari kedua remaja itu. Zea menebak jika usianya tidak beda jauh dengan dirinya. "Atau lagi nunggu temen?"

Zea melirik risih.

"Mau ditemenin keliling gak?"

"Gak usah," jawab Zea.

Laki-laki yang tadi terus mengajak Zea mengobrol hanya mengangguk sekilas. Dia menyandarkan sedikit tubuhnya pada pembatas kaca sementara temannya itu tetap setia menunggunya.

"Kebetulan dari tadi gue udah liat lo. Lumayan lama di sini sendirian. Gue pikir lo tersesat."

Zea tersenyum tipis. "Gue udah beberapa kali ke sini."

"Oh ya? Gue juga baru-baru ini ke sini. Eumm ... gue sedikit tertarik dengan lo. Boleh minta nomor WA lo? Mau PDKT." Remaja itu terkekeh pelan di ujung kalimatnya.

Zea tak lagi terkejut. Karena dia pernah mengalami hal yang serupa beberapa kali ini, di tempat yang sama. Bedanya sebelumnya dia bersama Salwa, sementara sekarang menghadapi sendirian.

Gadis itu mengalihkan perhatiannya. Memindai area sekitar. Alangkah terkejutnya dia saat melihat sosok Haidar yang berdiri tegap tak jauh dari tempatnya berada. Pria itu menatap dengan sorot mata tak terbaca.

"Kalau gak mau, kita bisa mutualan ig dulu. Siapa tau nanti cocok."

"Emm, maaf," ucap Zea pelan nyaris tak terdengar.

"Apa?"

"Eh? Enggak." Gadis itu tersadar. Kembali menatap cowok di depannya. Dia akui cowok itu memiliki pesona tersendiri. Namun, Zea sungguh tak tertarik. "Sorry, kayaknya gak bisa."

Perfect DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang