Happy Reading
Kencengin votenya!!!
***
''Berengsek!''
Bugh!
''Kenapa harus ada manusia sepertimu yang hidup di dunia ini.''
Bugh!
''Orang sepertimu tidak pantas untuk menginjakkan kaki di muka bumi ini. Sialan!''
Haidar seperti membabi buta memukuli wajah Biru, suami dari mantan istrinya. Biru tidak dapat menghindar dari serangan Haidar yang begitu cepat dan tidak menyisakan ruang untuknya membalas. Alhasil dia hanya pasrah menerima pukulan setiap pukulan dari Haidar. Wajahnya suda babak belur. Tidak ada yang melerai keduanya termasuk Elana sekalipun yang hanya bisa terisak lirih.
Perempuan itu menangis pilu ketika mengetahui fakta yang sebenarnya.
Biru terbatuk beberapa kali begitu Haidar mendorong tubuhnya sehingga jatuh terduduk di lantai. Pria itu meraup oksigen kasar. Tubuhnya terasa ngilu akibat amukan Haidar.
''Jangan melepaskan tanggung jawabmu dan malah mengkambing hitamkan orang lain atas apa yang menimpamu. Come on, jangan jadi laki-laki pengecut.''
Jari telunjuk Haidar menunjuk Biru yang belum juga bangkit dari posisinya. ''Kamu pengecut, Biru. Setelah meniduri istrimu sendiri, kamu malah merencanakan seolah-olah akulah pelakunya.'' Kepalang emosi, Haidar menendang tubuh Biru yang berada di bawahnya. ''Dia hamil. Bukannya memberitahumu, tapi, dia malah mengatakannya kepadaku dan parahnya lagi dia beranggapan bahwa janin yang ada di dalam rahimnya adalah hasil benihku. Kamu gila, kamu iblis, Biru.''
''Hamil?'' ucap Biru seperti gumaman yang masih didengar oleh Haidar.
Sekali lagi Haidar menendang tubuh itu. ''Tanya sendiri, bodoh!''
''El?'' Biru menatap Elana yang terduduk menekuk lututnya dan kepalanya bersembunyi di lipatan lengannya. Tubuh Elana bergetar, dia menangis sesenggukan. ''Kamu hamil?'' Biru merangkak mendekati Elana. Begitu tangannya menyentuh lengan Elana, secepat mungkin perempuan itu menepisnya.
Perlahan, Elana mengangkat kepalanya. Kedua matanya sembab itu terlihat jelas. Haidar yang melihatnya segera memalingkan wajahnya ke arah lain.
''Ceraikan aku, Mas,'' tutur Elana tanpa ada keraguan di hatinya.
Tubuh Biru tersentak. Matanya terbuka lebar. ''Cerai?''
Elana mengangguk.
''Bukannya kamu sedang hamil?''
''Aku memang hamil. Tapi, sepertinya aku tidak butuh siapapun di sampingku. Hidup sendiri lebih baik dari pada hidup bersama pria yang sudah melemparku seperti wanita murahan.''
Elana mendekati Haidar karena beranggapan janin yang ada di kandungannya adalah benih dari mantan suaminya. Tetapi, fakta yang baru diketahuinya membuatnya merasa malu karena sudah bersikap mengemis-ngemis. Dia merasa bersalah karena menarik pria itu ke dalam kubangan masa lalu.
Hamil kedua di usianya yang ke-33 tahun membuatnya gelisah. Usianya tidak lagi muda, dia merasa khawatir. Belum lagi akhir-akhir ini rumah tangganya sedang diterpa masalah. Hubungannya dengan Biru menjadi sedikit renggang. Beberapa faktor itu membuatnya bersikap bodoh.
Sikap Biru menurutnya sudah keterlaluan. Di malam itu memang Elana mabuk sehabis memergoki suaminya sedang asik berjoget di lantai dansa dengan banyak perempuan. Saat sadar, Elana masih mengingat jika terakhir kali dia bersama Haidar. Terakhir yang dia ingat hanyalah ketika Haidar membantunya mengantarkan ke kamar lalu setelahnya dia tidak ingat apa-apa lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Duda
RomanceSEASONS 1 CERITA DENGAN ALUR RINGAN!!! WELCOME TO SPESIALIS LAPAK HAPPY ENDING! ***** Pertemuannya dengan Alana ternyata membawanya menuju jurang penuh siksaan. Zea tak tahu kesalahan apa yang dia perbuat sampai-sampai harus hidup bertetanggaan den...