Happy Reading
***
Minggu pagi terasa berbeda dari biasanya. Kali ini terasa lebih berwarna. Ya, begitu. Tapi, sayangnya gadis yang semalam pulang ke rumahnya entah jam berapa itu masih bergulung dalam selimut tebal. Tidak ada yang membangunkannya karena hari pun masih terlalu pagi. Pukul 06.00.
Ponsel yang sejak tadi bergetar disusul suara notifikasi berhasil membuat tidurnya terganggu. Awalnya dia abaikan karena merasa pesan-pesan tersebut tidak terlalu penting. Namun, beberapa saat kemudian ponsel itu berbunyi menandakan ada panggilan masuk. Tangannya bergerak mencari keberadaan ponsel yang ternyata berada di dekat lututnya, bersembunyi juga di balik selimut.
Matanya menyipit seiring dengan kilauan cahaya.
"Hm." Gadis itu hanya berdehem ketika panggilan tersebut dia angkat. Sayangnya sampai sekarang dia tidak melihat siapa yang meneleponnya.
"Zea, Sayang."
Kedua mata gadis itu membelalak kaget. Rasa kantuk yang awalnya begitu berat kini langsung mengudara ringan. Refleks dia menjauhkan ponselnya dan melihat nama kontak tersebut.
Om Haidar.
"I-iya, kenapa?" sahut Zea gugup. Dia kontak duduk, rambutnya terlihat berantakan khas orang baru bangun tidur.
"Wake up, Baby. Saya ada di depan rumah kamu sekarang."
"What!!!??" Kali ini Zea dibuat terlonjak. Selimutnya sampai terjun ke bawah.
Terdengar suara kekehan pelan di seberang sana. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Haidar.
Zea dengan tingkah grasak-grusuk berlari menuju pintu. Ketika baru memegang gagang pintu, sahutan dari Haidar membuat dia mengurungkan diri untuk keluar dari kamar.
"Jangan lari-larian, Ze. Sekarang kamu mandi dan berpakaian santai. Saya tunggu di depan. Okey?"
"O-oke."
"Kamu tutup teleponnya."
"I-iya." Jari Zea bergerak memutuskan panggilan telepon. Lalu, tatapannya tertuju pada daun pintu yang tertutup rapat. Ya Tuhan! Pagi-pagi sekali Zea sudah dibuat senang jantung. Seharusnya dia senam pagi.
Sesuai perkataan Haidar tadi, sekarang Zea bergegas membersihkan diri. Setelah mandi dan berpakaian santai, gadis itu keluar dari kamarnya. Hari minggu tentu saja anggota keluarganya bersantai sambil melakukan aktivitas ringan. Apalagi ayah Ubay yang tentu saja libur dari bekerja.
"Ze," panggil Ayah Ubay yang terlihat duduk santai di ruang tengah.
Kebetulan saat itu Zea lewat di sana. Dia hanya menemukan sang ayah, tidak dengan bunda dan adiknya. Mungkin si Akbar belum bangun sementara bundanya berada di dapur menyiapkan sarapan.
Gadis itu menoleh. "Iya, Yah?"
"Di depan ada Haidar. Dia udah nunggu lama, tadi udah Ayah ajak masuk tapi dia gak mau."Zea mengangguk karena bingung juga mau menanggapi bagaimana. "Ya udah, kalau gitu Zea ke depan dulu. Zea pamit, Yah." Gadis itu berjalan menghampiri ayahnya dan memberikan satu kecupan di pipi. Tangannya melambaikan kecil yang juga dibalas oleh sang ayah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Duda
RomanceSEASONS 1 CERITA DENGAN ALUR RINGAN!!! WELCOME TO SPESIALIS LAPAK HAPPY ENDING! ***** Pertemuannya dengan Alana ternyata membawanya menuju jurang penuh siksaan. Zea tak tahu kesalahan apa yang dia perbuat sampai-sampai harus hidup bertetanggaan den...