Happy Reading
Jangan lupa vote!
***
Zea melangkah lunglai memasuki kamarnya. Satu hal yang Zea lupakan sampai saat ini adalah sahabatnya, Salwa. Zea belum mengecek ponselnya sejak bersama Haidar, mungkin banyak sekali pesan serta panggilan tak terjawab dari Salwa. Bodo amatlah, yang terpenting sekarang adalah kewarasan dirinya yang mendadak hilang saat itu juga.
Baru saja menyimpan tasnya di meja rias, Zea sudah kedapatan melompat secara tiba-tiba di kasurnya. Gadis itu menyembunyikan wajahnya di permukaan bantal. Detik itu kemudian.
''Aaaaaaaakkkhhh ...'' Gadis itu memekik kencang. Suaranya mampu diredam oleh permukaan bantal sehingga tidak terdengar sampai ke rumah pak RT. Paling-paling mentok didengar oleh Akbar yang berada di kamar sebelah.
''Sialan! Gue udah gak waras.'' Batin Zea merutuki dirinya sendiri.
Beberapa saat yang lalu Zea baru saja melakukan sesuatu yang membuatnya ingin sekali menghilang dari permukaan bumi ini dan tinggal sendirian di planet lain. Kali saja tidak ada yang melihatnya.
Beberapa menit melampiaskan teriakannya pada bantal, Zea kini mengangkat kepalanya. ''Zeyasha Adiva, lo bego banget sumpah.'' Tidak ada yang bisa Zea lakukan selain mengumpati dirinya sendiri. Dia menjambak rambutnya saking frustasinya. ''Apa yang lo lakuin, Zea? Lo nyium tetangga lo sendiri?''
Malu, salah tingkah, menyesal. Tiga kata yang bisa diungkapkan sesuai situasi gadis itu. Rasanya dia sudah tidak berani lagi menunjukkan wajahnya di hadapan pria itu. Zea ingin menghindar. Ingin sekali.
''Murahan banget bibir gue main kecap-kecup gitu aja!''
Akan tetapi, kejadian itu selalu terngiang-ngiang di pikirannya. Bahkan perutnya terasa dipenuhi oleh kupu-kupu yang beterbangan tak tentu arah. Dia mual, tetapi, bukan mual ingin muntah.
Gadis itu berbaring menelungkup sembari terisak pelan tanpa air mata. ''Gue harus apa sekarang? Malu banget kalau ketemuan.''
''Masa gue harus ngumpet tiap mau keluar?''
''Gak ada cara lain kah mau ngilangin rasa malu?'' lirihnya sedih.
Di balik rasa malu yang teramat, ada bagian dari organ tubuhnya yang selalu berdegup kencang tiap detiknya. Degupan itu berhasil membuat aliran darahnya terasa berdesir laju. Tidak ada yang bisa Zea lakukan selain menikmati irama jantungnya sambil melihat atap-atap langit kamarnya.
Di tengah kegalauannya saat ini, mendadak ponsel Zea berbunyi. Menandakan ada sebuah panggilan masuk yang belum dia ketahui itu siapa. Telepon dari nomor asing seketika masuk. Karena tidak tahu itu siapa, alhasil Zea hanya meliriknya malas sekaligus penasaran.
Dia kira penelepon itu salah alamat. Tapi, panggilan itu terus berlanjut. Sudah dua panggilan tidak terjawab dan ketika panggilan ketiga baru Zea angkat.
''Halo.''
''Halo, Sayang.''
Kening Zea mengernyit heran. ''Maaf, ini siapa?''
''Belum juga 24 jam tidak bertemu masa kamu sudah lupa.''
''Sepertinya anda salah nomor, Tuan,'' balas Zea.
''Loh? Tadi kamu sendiri yang memberikan nomor ponselmu ke saya.''
Hal itu membuat Zea semakin bertanya-tanya. Seharian tadi dia bersama Haidar dan seingatnya tidak pernah bertemu dengan seseorang apalagi sampai memberikan nomor ponselnya dengan percuma kepada orang asing. Itu bukan gaya kehidupan Zea.

KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Duda
RomanceSEASONS 1 CERITA DENGAN ALUR RINGAN!!! WELCOME TO SPESIALIS LAPAK HAPPY ENDING! ***** Pertemuannya dengan Alana ternyata membawanya menuju jurang penuh siksaan. Zea tak tahu kesalahan apa yang dia perbuat sampai-sampai harus hidup bertetanggaan den...