Satu diantara Dua

97 19 3
                                    

"A-aku...." Lidah Jimin nampak kelu, tak sanggup meneruskan ucapannya.

"Tak apa kalau kamu ga bisa menjawabnya sekarang, Jim," sergah Woozi cepat, "semoga lusa sebelum aku kembali ke Amerika, aku sudah bisa mendapatkan jawaban darimu."

Woozi pun bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan Jimin yg masih terpaku di tempatnya.

Tak berapa lama setelah Woozi meninggalkan coffee shop tersebut, Yoongi datang bersama Namjoon dan Hoseok.

Jin dengan isyarat matanya, memberi kode pada Yoongi.

Yoongi yg menangkap lirikan mata Jin, langsung mengarahkan pandangannya ke tempat Jimin duduk dan mengangguk.

Yoongi segera melangkahkan kakinya menghampiri Jimin, sementara Namjoon dan Hoseok bergabung dengan Jin, memberikan ruang untuk Yoongi dan Jimin.

"Jim?" panggil Yoongi lembut, "Are you okey?"

Jimin mengangkat wajahnya, mendapati sepasang mata teduh Yoongi yg sedang menatapnya.

"Hy-Hyung...." belum sempat Jimin menyelesaikan kalimatnya, tangisnya pun pecah.

Yoongi segera membawa Jimin dalam pelukannya, "Hei.... ada apa, hhmm...."

Yoongi mengusap lembut punggung Jimin yg sudah tergugu dalam pelukan Yoongi.

Jin segera menutup coffee shopnya dan kemudian mengajak Namjoon dan Hoseok untuk keluar dari coffee shop. Mereka bertiga pun meninggalkan Yoongi dan Jimin.

"Hyung..... bagaimana ini...." masih dalam tangisnya, Jimin bersuara.

"Apanya, Jim?" tanya Yoongi pelan.

"Woozi Hyung...." Jimin makin tergugu dalam tangisnya.

"Woozi kenapa?" tanya Yoongi lagi, "apa dia menyakitimu?"

Jimin menggeleng pelan, "tidak Hyung."

"Lalu kenapa?" lanjut Yoongi yg masih setia mengusap punggung Jimin.

Jimin melepaskan pelukannya dan menatap Yoongi. Matanya sembab dan hidungnya memerah karena tangisnya.

"Woozi Hyung," Jimin mencoba mengatur nafasnya, "dia tadi barusan kemari dan bertemu denganku."

"Lantas?" Yoongi mengusap airmata Jimin dengan pelan.

"Dia bilang, dia mencintaiku dan memintaku untuk menjadi pacarnya." Jimin kembali terisak.

Mata Yoongi mengerjap kaget, tak menyangka Woozi akan mengambil langkah secepat itu untuk mengungkapkan perasaannya pada Jimin.

"Lalu kenapa kamu menangis, Jim?" Yoongi menatap Jimin seraya tersenyum.

"Karena aku tak bisa membalasnya, Hyung." Jimin masih terisak.

"Kan kamu tinggal bilang perasaanmu yg sesungguhnya pada Woozi, Jim." Yoongi mengusap surai Jimin dengan lembut dan kembali mengusap airmata Jimin.

Jimin menggeleng, "aku ga sanggup mengatakannya, Hyung."

"Kenapa?" tanya Yoongi.

"Aku takut menyakitinya." jawab Jimin. Tangisnya sudah mulai mereda.

Yoongi mengulurkan minumannya, Jimin menerimanya dan meminumnya.

"Tapi bukankah lebih baik kamu mengatakan yg sebenarnya, Jim?" Yoongi kembali berkata, "lebih baik Woozi tau, kalau kamu tidak punya perasaan padanya. Daripada dia terus berharap perasaannya akan berbalas olehmu?"

Jimin terdiam mendengar perkataan Yoongi. Dia tau apa yg dikatakan Yoongi memang benar adanya, tapi dia tetap saja tak punya hati untuk menyakiti Woozi.

"Apa boleh Hyung bertanya sesuatu, Jim?" tanya Yoongi perlahan.

Jimin mengangkat wajahnya menatap Yoongi dan mengangguk.

"Kalau kamu tidak menyukai Woozi, apa ada orang lain yg kamu sukai?" Yoongi kembali bertanya.

Sesungguhnya Yoongi tak ingin menanyakan hal itu pada Jimin. Dia takut akan mendengar jawaban yg sama seperti yg Jimin katakan tentang perasaannya pada Woozi. Karena Yoongi pun telah jatuh cinta pada Jimin sejak pandangan pertama, sejak pertama kali mereka bertemu. Hanya dia tidak tau bagaimana perasaan Jimin padanya.

"Hyung.... aku...." mendadak lidah Jimin kembali terasa kelu.

"Bagaimana ini?" Jimin membatin, "apa aku harus mengatakan tentang perasaanku yg sebenarnya pada Yoongi Hyung? Bagaimana kalau ternyata dia tidak punya perasaan yg sama kepadaku?"

"Jim?" panggil Yoongi lembut, "apa aku boleh tau siapa orang yg kamu sukai?"

U Chose Me, Did U? (Yoonmin)Where stories live. Discover now