Woozi dan Jimin

90 15 2
                                    

Setelah hari itu, baik Yoongi maupun Woozi benar-benar berebut perhatian Jimin. Apapun mereka lakukan agar Jimin menangkap sinyal-sinyal ketertarikan si kembar padanya.

Jimin bukannya tidak paham, dia amat sangat paham malah. Tapi itulah yg akhirnya membuat Jimin berada dalam dilema.

"Jim?" panggil Jin yg melihat Jimin termangu di depan meja kasir.

Panggilan Jin membuyarkan lamunan Jimin, "nee Hyung?"

Jin mengkode Jimin untuk bergabung duduk dengannya.

"Apa yg kau pikirkan, Jim?" tanya Jin ketika Jimin sudah duduk dihadapannya.

Jimin menghela nafasnya sejenak, "aku bingung, Hyung."

"Tentang Yoongi dan Woozi?" tanya Jin kemudian.

Jimin mengangguk, "aku bukannya ga paham kalau mereka berdua tertarik padaku. Tapi aku kan ga bisa menerima keduanya Hyung dan aku juga tidak mau menyakiti salah satu dari mereka."

Jin menatap Jimin, "tapi diantara keduanya, apa kamu ada tertarik dengan salah satu dari mereka? Atau tidak?"

Jimin meremas-remas tangannya, "sejujurnya, aku sudah jatuh cinta sejak pandangan pertama dengan salah satu dari mereka, Hyung."

"Yoongi?" selidik Jin.

Jimin mengangguk.

"Tapi waktu Woozi datang pertama kali kemari, apakah kamu tau kalau itu Woozi dan bukan Yoongi?" Jin bertanya lagi, "karena sesungguhnya waktu itu Hyung mengira kalau Woozi itu Yoongi.

Lagi-lagi Jimin mengangguk, "walau mereka berdua kembar identik dan hampir sulit dibedakan secara fisik dan juga dari cara mereka berbicara, aku tetap bisa membedakan mereka, Hyung."

"Jinjja?" Jin mengernyitkan dahinya.

"Karena perasaan tidak bisa dibohongi Hyung," jawab Jimin, "dan rasa juga yg akan menjadi pembeda di antara mereka."

"Hhmm, bisa jadi Jim," sahut Jin, "mungkin karena aku menganggap Yoongi sebagai sahabat, makanya aku belum bisa membedakan keduanya."

Jimin tersenyum menanggapi perkataan Jin, "Karena aku ada rasa dengan Yoongi Hyung, makanya aku bisa membedakan mereka berdua, Hyung."

"Kamu benar Jim." Jin ikut tersenyum.

Tak lama pintu coffee shop pun terbuka, memunculkan sosok Woozi yg tersenyum melihat Jimin.

"Selamat datang.... eehhm...." Jin nampak menggaruk-garuk kepalanya yg tidak gatal, karena dia salah takut menyebut nama diantara Yoongi dan Woozi.

"Selamat datang, Woozi Hyung," sambung Jimin cepat, "mau pesan apa Hyung?"

"Nah tuh Jimin tau Hyung," goda Woozi ke Jin, "pesan hot black coffee ya Jim."

Jimin bergegas kembali ke meja kasir dan menyelesaikan pesanan Woozi. Setelah itu Jimin pun menyiapkan pesanan Woozi.

Sementara itu Woozi bergabung dengan Jin sembari menunggu pesanannya datang.

"Apa kabar Hyung." sapa Woozi sambil tersenyum.

"Hyung baik, Zi," balas Jin, "kamu dari mana? Apa tidak bersama Yoongi?"

Woozi terkekeh pelan, "aniyo Hyung, Yoongi Hyung masih ada urusan di kampus. Kalau aku abis jalan-jalan di mall tadi."

"Ah begitu rupanya." kata Jin.

Tak berapa lama Jimin datang membawakan pesanan Woozi, "ini pesanannya, Hyung. Selamat menikmati."

"Gomawo nee Jim," balas Woozi, "apa bisa kamu temanin Hyung sebentar?"

Jimin melirik Jin seolah meminta pendapat.

Jin hanya mengangguk dan tersenyum, "gapapa Jim, temani saja Woozi dulu, biar Hyung yg melayani customer."

Jin pun bangkit dari duduknya dan segera melayani customer lain yg juga baru datang:

Jimin pun mendudukkan dirinya di hadapan Woozi.

"Jim, apa boleh aku mengatakan sesuatu?" tanya Woozi dengan lembut sambil menatap Jimin.

Jimin hanya mengangguk, "tentu saja Hyung."

Woozi mengatur nafasnya sejenak, "aku tau ini sepertinya terlalu mendadak. Apalagi kita memang belum terlalu lama saling kenal."

Jimin terdiam, dia tau apa yg akan Woozi katakan selanjutnya.

"Tapi aku ga bisa membohongi perasaanku sendiri Jim." Woozi menatap Jimin.

"Maksud Hyung?" tanya Jimin pelan. Dia benar-benar takut akan kalimat Woozi selanjutnya.

"Rasanya aku jatuh cinta padamu sejak pertama kali kita ketemu, Jim." suara Woozi terdengar bergetar.

"Hyung...." Jimin tercekat tak mampu bersuara. Apa yg dia takutkan ternyata beneran terjadi.

"Ottoke...." batin Jimin, "apa yg harus aku lakukan."

"Aku menyukaimu Jim, eh bukan, aku mencintaimu Jim," sambung Woozi, "apakah kamu bersedia menjadi pacarku?"

Jimin masih membisu, dia benar-benar tidak tau harus berkata apa.

"Lusa aku harus kembali ke Amerika untuk menyelesaikan kuliahku disana Jim," terang Woozi kemudian, "apakah kamu bisa memberikan jawabanmu sebelum aku kembali ke Amerika?"

"A-aku....." Jimin mendadak gagu tak mampu meneruskan kalimatnya.

U Chose Me, Did U? (Yoonmin)Where stories live. Discover now