Hari ini Woozi akan kembali ke Amerika. Dari tadi Hoshi sudah setia menemani Woozi. Sementara Woozi berulang kali menelusuri seluruh bandara berharap menemukan sosok yg ia harapkan muncul sebelum dia pergi.
Tepat disaat Woozi mengedarkan pandangannya, matanya menangkap dua sosok yg amat sangat ia kenal. Hatinya mendadak membiru melihat pemandangan itu.
Sementara itu, dua sosok yg dilihat Woozi, nampak Yoongi dan Jimin berjalan dengan bergandengan tangan menuju tempat Woozi dan Hoshi berada.
"Hyuuunnggg...." teriak Hoshi yg setengah berlari menghampiri mereka berdua dan memeluk keduanya.
"Sudah lama, Shi?" tanya Jimin sambil tersenyum.
"Belum terlalu lama, Hyung." balas Hoshi.
"Woozi mana?" tanya Yoongi kemudian.
Hoshi menunjuk tempat Woozi berada dan Yoongo melihat Woozi melambaikan tangannya. Dari gurat wajahnya, Yoongi bisa memastikan kalau saudara kembarnya itu terkejut melihat kedatangan Yoongi dan Jimin.
Mereka bertiga pun segera menuju tempat Woozi.
"Hyung, kupikir kau ga bakalan datang." Woozi memeluk Yoongi.
"Kan aku dah bilang akan mengantarmu, nee." Yoongi mengusak rambut Woozi.
"Hyung, apa kabar?" sapa Jimin setelah Yoongi melepaskan pelukannya dengan Woozi.
"Baik Jim." jawab Woozi pelan.
Jimin hanya tersenyum simpul. Dia dapat merasakan betapa terlukanya Woozi melihatnya bersama Yoongi.
"Ehm, Yoongi Hyung," ucap Woozi kemudian, "apa boleh aku berbicara berdua saja dengan Jimin?"
Yoongi mengangguk, "Tentu saja, Zi."
Woozi pun mengajak Jimin sedikit menjauh dan meninggal Yoongi dan Hoshi disana.
"Sepertinya aku sudah tau jawabanmu, Jim." Woozi tersenyum getir menatap Jimin.
"Mianhe, Hyung," balas Jimin pelan, "aku tidak bermaksud menyakiti Woozi Hyung."
"Apa Yoongi lebih baik dariku?" tanya Woozi lagi.
"Mwo?" Jimin menatap Woozi dengan penuh kebingungan.
"Apa Hyungku lebih baik dariku? Dari segi apa? Dari segi fisik kami berdua sama, bahkan hampir tak ada bedanya. Lalu sebelah mana aku kalah dari Hyungku?" Woozi memberondong Jimin dengan begitu banyak pertanyaan membuat Jimin berjingkat karena kaget.
"Aniyo, Hyung.... aku...." mendadak lidah Jimin kelu.
"Aahhh, mungkin karena Yoongi Hyung yg pertama kali bertemu denganmu dibandingkan denganku, nee?" nada suara Woozi terdengar bergetar.
"Kamu ingat kata-kataku ya Jim. Mungkin kali ini Yoongi Hyung menang karena berhasil memilikimu. Tapi ingat satu hal Jim, aku tidak akan pernah melepaskan dengan mudah orang yg aku cintai. Suatu saat ketika aku sudah menyelesaikan kuliahku di Amerika, aku akan kembali ke Seoul dan mengambil kembali orang yg aku cintai, yaitu kamu, Park Jimin." Woozi mengucapkan semuanya dengan penuh berapi-api membuat Jimin bergidik ngeri mendengarnya.
"Woozi Hyung..." panggil Jimin pelan.
"Kau tak perlu mengatakan apapun lagi, Jim. Karena aku tak ingin mendengarnya. Tunggu aku kembali, akan kupastikan saat itu kau akan menjadi milikku sepenuhnnya." Setelah selesai mengatakannya, Woozi segera meninggalkan Jimin.
Setelah sampai di tempat Yoongi dan Hoshi yg masih asyik mengobrol, Woozi pun memotong pembicaraan mereka berdua, "Hyung, Hoshi, aku boarding dulu, sudah waktunya."
Lalu Woozi pun bergegas masuk ke dalam ruangan bandara untuk melakukan proses boarding, meninggalkan Yoongi dan Hoshi yg saling menatap penuh kebingungan.
Lalu Yoongi melihat ke tempat Jimin berada yg masih berdiri mematung dengan pandangan nanar menatap Yoongi.
"Hoshi, aku duluan ya." Yoongi pun pamit kepada Hoshi dan segera menghampiri Jimin.
"Baby?" Lembut Yoongi memanggil Jimin, "ada apa?"
Tanpa aba-aba, Jimin mulai terisak. Membuat Yoongi segera menggandeng Jimin mengajaknya meninggalkan bandara.
Hoshi hanya bisa menghela nafasnya menyaksikan pemandangan tersebut, "Kenapa Woozi Hyung begitu keras kepala dan semaunya sendiri?" gumam Hoshi yg kemudian ikut pergi meninggalkan bandara.
Yoongi membawa Jimin kembali ke apartemen Jin. Sepanjang perjalanan Jimin nampak terdiam dalam tangisnya. Yoongi hanya bisa menggenggam tangan Jimin sambil sesekali mengusap punggung tangan kekasihnya mencoba menenangkannya.
Setelah sampai di apartemen, baru saja pintu apartemen tertutup, Jimin menjatuhkan dirinya dalam pelukan Yoongi dan menangis tersedu-sedu. Kesedihannya begitu memuncak. Apa yg dia takutkan akhirnya terjadi juga. Dia sudah menyakiti hati Woozi.
"Hey baby..... what's wrong, hhmm...." Yoongi mengusap lembut punggung Jimin, membuat tangis Jimin sedikit mereda.
Dibawanya Jimin ke sofa di ruangan tersebut dan mendudukan Jimin disamping Yoongi.
"Sekarang cerita pada Hyung, ada apa sebenernya?" tanya Yoongi lembut sambil mengusap sisa air mata di pipi Jimin.
Lalu meluncurlah dari mulut Jimin tentang kejadian tadi dibandara bersama Woozi.
Hati Yoongi begitu terluka mendengar cerita Jimin. Dia sungguh tidak menyangka Woozi bisa berkata seperti itu kepada Jiminnya.
"Tolong maafkan Woozi, Jim," lembut Yoongi berkata, "mungkin dia hanya sedang kecewa dengan dirinya sendiri melihat kau memilihku menjadi kekasihmu."
Jimin menatap sendu Yoongi, "apa yg kutakutkan akhirnya terjadi juga Hyung. Aku sudah menyakiti hati Woozi Hyung."
"Tidak sayang," Yoongi menggenggam tangan Jimin, "tidak selamanya setiap keinginan Woozi harus dia dapatkan. Ada kalanya dia harus belajar menerima penolakan."
"Tapi Hyung....." Jimin kembali terisak.
"Ssshhh..... jangan menangis sayang. Hyung pastikan dia tidak akan bisa merebutmu dariku, karena kita saling mencintai." Yoongi membawa Jimin dalam pelukannya.
"Apapun yg terjadi nanti, aku pastikan, aku akan melindungi dan menjagamu, sayang." Yoongi mengecup lembut kening Jimin.
"Baby percaya kan akan kekuatan cinta kita?" tanya Yoongi lembut.
Jimin hanya bisa mengangguk.
"Kalau begitu, percayalah, apapun pasti kita bisa lalui bersama dengan kekuatan cinta kita sayang." Yoongi mengeratkan pelukannya. Dan lagi-lagi Jimin hanya bisa mengangguk
"Tapi aku takut Hyung." cicit Jimin pelan.
"Takut apa sayang?" tanya Yoongi.
"Aku takut kehilangan dirimu, Hyung. Aku takut Woozi Hyung akan melakukan apapun nanti untuk memisahkan kita berdua." Mata Jimin kembali basah. Kehilangan kedua orangtuanya saja sudah cukup membuatnya begitu terluka dan tenggelam dalam kesedihannya. Dia tidak bisa membayangkan apa jadinya jika dia kehilangan Yoongi nanti.
"Itu tidak akan pernah terjadi, baby." Yoongi tersenyum menatap Jimin, "Sayang percayakan sama Hyung dan kekuatan cinta kita?"
Jimin menggangguk.
"Kalau begitu, tidak ada yg perlu ditakutkan lagi sayang." Yoongi pun kemudian mencium lembut bibir Jimin yg segera dibalas Jimin. Mereka pun larut dalam berbagi kekhawatiran bersama sambil saling menguatkan satu sama lain.
YOU ARE READING
U Chose Me, Did U? (Yoonmin)
FanfictionYoongi dan Woozi adalah kembar identik yg amat sangat mirip satu sama lain sehingga sangat sulit untuk membedakan mereka berdua. Park Jimin, pemuda sebatang kara yg berjuang untuk bertahan hidup. Dia dicintai oleh si kembar dan harus memilih salah...