Jiyoon

105 19 2
                                    

Setelah pesawat pribadi Appa Min mendarat mulus di bandara Incheon, Jimin bergegas memasuki mobil yg memang sudah menunggunya dari tadi. Mobil langsung melaju membelah jalanan di Seoul menuju apartemen Yoongi.

Sesampainya di apartemen Yoongi, Jimin disambut pelukan hangat Jin dan Namjoon. Dengan isyarat tangannya, Jin menunjuk kamar Yoongi yg tertutup. Jimin mengangguk mengerti dan melangkahkan kakinya menuju kamar Yoongi. Sedangkan Jin dan Namjoon memilih meninggalkan apartemen Yoongi untuk memberikan ruang bagi Jimin dan Yoongi.

Di dalam kamarnya, Yoongi sedang duduk termenung di lantai. Tubuhnya disandarkan pada tempat tidurnya. Matanya menatap nanar ke jendela di depannya.

"Jimin sayang, sedang apa kamu disana?" gumam Yoongi pelan, "apa Woozi memperlakukanmu dengan baik?"

Bulir air mata tampak menggenak di pelupuk mata Yoongi dan tanpa bisa dicegahnya mengalir deras membasahi kedua pipinya, "aku kangen sekali padamu, baby." Yoongi terisak perlahan.

"N I miss u too, Yoongi Hyung." balas Jimin dengan suara bergetarnya. Jimin sekarang berada di ambang pintu kamar Yoongi. Dia begitu terpukul melihat keadaan Yoongi yg nampak begitu menyedihkan. Sungguh Jimin tak menyangka Yoongi akan sebegitu nelangsanya. Rasa bersalah kembali menyeruak dalam diri Jimin. Matanya ikut memanas melihat tubuh Yoongi yg begitu kurus.

"Astaga pasti aku sedang berhalusinasi sekarang," gumam Yoongi sambil terkekeh pelan, "bahkan aku sekarang seperti mendengar suara Jimin, padahal Jimin kan sekarang sedang bersama Woozi."

Yoongi tertawa sendiri merutuki halusinasinya, "sebegitunya kah aku merindukanmu, baby. Sampai-sampai aku seperti mendengar suaramu sedang menjawabku sekarang."

Jimin berjalan perlahan mendekati Yoongi, dia mendudukkan dirinya di dekat Yoongi. Tangannya terulur memegang pundak Yoongi.

Yoongi memejamkan matanya, "ya ampun, bahkan sekarang aku bisa merasakan tangan Jimin memegang pundakku," gumam Yoongi, "nampaknya halusinasiku semakin parah."

Jimin tak mampu menyembunyikan isakannya. Dia begitu terluka melihat keadaan Yoongi sekarang.

Mata Yoongi terbuka perlahan mendengar isakan di sampingnya. Reflek Yoongi menoleh kesamping, dan berjingkat kaget mendapati sosok Jiminnya yg sedang menangis di sebelahnya.

"Ba-baby?" suara Yoongi tercekat. Dia mengerjapkan matanya berulang kali, berpikir ini hanya halusinasinya saja. Tapi sosok Jiminnya tetap berada di situ dan tersenyum menatapnya dalam tangisnya.

"Yoongi Hyung," isak Jimin, "ini aku Hyung, Jiminmu."

Dengan sisa-sisa tenaga yg dia punya, Yoongi beringsut mendekati Jimin dan langsung memeluknya, "Baby.... astaga baby..... ini benar Jiminku?"

Jimin mengangguk dalam pelukan Yoongi, "Iya Hyung, ini aku, Jiminmu."

Tangis mereka pecah bersama. Yoongi mengeratkan pelukannya, "Baby..... babyku kembali..... Jiminku kembaliiii...."

Mereka semakin mempererat pelukan mereka, mencoba menyalurkan kerinduan di antara mereka.

Sampai Yoongi melepaskan pelukan mereka dan menatap Jimin, "baby, a-apa kamu bersama Woozi? Apa Woozi tidak marah melihatmu menemuiku?"

Jimin hanya menggeleng, "aniyo, Hyung."

"Ta-tapi... bukankah kalian sekarang....." Yoongi terdiam.

"Aniyo, Hyung, kami tidak pernah bersama sebagai sepasang kekasih," ucap Jimin, "a-aku tidak pernah bisa berhenti mencintaimu, Hyung."

"Baby...." Yoongi kembali memeluk Jiminndan mengecup lembut kening Jimin, "aku juga tak bisa berhenti mencintaimu, sayang. Aku hancur tanpamu, baby."

Ditatapnya wajah Jimin dan jari jemari Yoongi mulai menghapus airmata di pipi Jimin, "maafkan hyung, sayang. Hyung sama sekali tidak pernah berniat sedikitpun untuk menyakitimu, baby. Maafkan kebodohan Hyung malam itu."

Jimin tersenyum menatap Yoongi, "aku yg harusnya minta maaf, Hyung. Seharusnya aku lebih mempercayaimu."

"Aniyo, Baby," sergah Yoongi cepat, "kamu tidak salah, sayang. Hyung yg salah, tidak bisa mengontrol diri Hyung sendiri saat mabuk."

Jimin kembali memeluk Yoongi, "Hyung, tolong jangan begini lagi nee. Aku sedih melihat Yoongi Hyung seperti ini."

"Hyung janji, tidak akan begini lagi sayang," jawab Yoongi, "Hyung terlalu terpukul karena kehilanganmu, Jim. Hyung ga bisa hidup tanpamu, sayang."

"Hyung janji?" tanya Jimin menatap Yoongi.

"Hyung janji, sayang," sahut Yoongi, "asal kamu juga berjanji jangan pernah pergi meninggalkan Hyung, nee. Apapun yg terjadi mari kita selesaikan masalah diantara kita. okey?"

Jimin tersenyum dan mengangguk, "yes daddy...."

"Baby......" Yoongi terkesiap mendengar ucapan Jimin.

Jimin tergelak pelan melihat reaksi Yoongi.

"Saranghaeyo, my baby boy." Yoongi mencium lembut bibir Jimin.

"Nado saranghaeyo, Min Yoongi." Jimin membalas ciuman Yoongi dengan mesra.

Mereka berciuman cukup lama seolah ingin menyalurkan kerinduan diantara mereka, hingga Jimin memutus ciuman mereka, "apa adikku baik-baik saja, daddy?" mata Jimin mengerling menggoda Yoongi.

Yoongi tersentak kaget, libidonya mendadak bergelora. Entah tenaga dari mana, tiba-tiba Yoongi sudah membawa Jimin ke atas tempat tidur dan mengukung Jimin dibawahnya.

"What did u said, baby?" smirk nampak menghiasi wajah Yoongi, sementara Jimin menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Aigo......" Tangan Yoongi menyingkap kedua tangan Jimin, dan mendapati muka Jimin yg bersemu merah, menjadi pemandangan yg begitu menggairahkan bagi Yoongi sekarang.

"Apa adikku baik-baik saja, daddy?" ulang Jimin perlahan.

"Aish, my naughty baby boy," deru nafas Yoongi menyapu wajah Jimim, sebelum Yoongi melumat bibir Jimin, membuat Jimin mendesah, "aaaakkhhhh..... daddyyyy....."

"Adikku sudah sangat ingin bertemu denganmu, baby," ucap Yoongi seduktif di telinga Jimin, "bersiaplah....."

Jadilah malam itu mereka berdua menyalurkan hasrat mereka dengan penuh cinta ygvmenggelora di antara mereka berdua.

U Chose Me, Did U? (Yoonmin)Where stories live. Discover now