Rasa yg Tak Pernah Salah

95 19 3
                                    

"Jim..." panggil Yoongi lagi dengan lembut, membuat Jimin mengangkat wajahnya dan menatap Yoongi.

"Tak apa kalau kamu ga nyaman, kamu ga perlu menjawabnya, Jim." Yoongi tersenyum.

Jimin menggeleng pelan.

Yoongi kembali menatap Jimin, menanti ucapan Jimin selanjutnya.

Jimin nampak menghela nafasnya, mencoba mengatur kalimatnya yg seakan mendesak ingin dikeluarkan dari dalam mulutnya. Tapi suaranya seakan tak mau keluar.

Yoongi semakin tersenyum, "it's okey Jim, jangan dipaksakan nee. Mungkin kamu yg memang belum siap berbicara untuk saat ini."

"Apa Hyung marah padaku?" tanya Jimin pelan sambil menunduk, tak berani menatap Yoongi.

Yoongi terkekeh pelan, "aku tak akan pernah bisa marah padamu, Jim."

Mendengar Yoongi tertawa, membuat Jimin kembali mengangkat wajahnya, menemukan senyum menawan Yoongi.

"Bahkan sebenarnya, ada yg ingin aku pastikan padamu, Jim." sambung Yoongi lagi.

"Tentang apa Hyung?" tanya Jimin penasaran.

"Sebelum aku mengatakannya, aku harus melakukan sesuatu untuk memastikannya." Yoongi menatap teduh Jimin.

Dada Jimin mendadak bergemuruh hebat, dia sungguh takut Yoongi akan memintanya untuk memikirkan kembali permintaan Woozi agar menerimanya menjadi pacar Jimin. Karena bagaimanapun mereka berdua saudara kembar dan pastinya mereka berdua akan saling melindungi satu sama lain, bukan?

"Apa itu Hyung?" Jimin kembali bertanya.

Yoongi menghela nafasnya sejenak, mencoba mengumpulkan keberaniannya untuk mengatakan sesuatu pada Jimin.

"Apa aku boleh menciummu, Jim?" pelan Yoongi berkata, sambil berharap cemas akan jawaban Jimin atas permintaannya itu.

"A-apa?" Jimin nampak kaget mendengar permintaan Yoongi.

Yoongi mengangguk, "aku harus memastikan sesuatu, Jim."

"Dengan menciumku?" Jimin masih kaget mendengar perkataan Yoongi.

Yoongi kembali mengangguk, "iya Jim, itu juga kalau diizinkan. Kalau tidak juga tidak apa-apa, Jim."

Mata Jimin mengerjap-ngerjap menatap Yoongi, sungguh dia tidak habis pikir dengan permintaan Yoongi. Selain itu Jimin juga sedang sibuk mengatur debaran jantungnya yg semakin tak beraturan karena ucapan Yoongi.

"Mianhe, Jim, nampaknya aku banyak sekali meminta ya hari ini." Yoongi terkekeh pelan, mencoba menyembunyikan kegundahan hatinya. Sesungguhnya Yoongi ingin mencium Jimin agar dia bisa memastikan sendiri perasaan Jimin padanya, apakah sama dengan perasaan Jimin kepada Woozi atau malah sebaliknya.

Jimin hanya bisa menggeleng pelan, "aniyo, Hyung. Aku hanya terlampau kaget mendengarnya."

"Jadi?" sergah Yoongi.

Jimin menundukkan kepalanya tapi sambil mengangguk dan bergumam pelan, "boleh Hyung."

Walau Jimin bergumam sangat pelan, tapi Yoongi masih bisa mendengarnya, membuat Yoongi terlonjak kaget dari duduknya.

"Benarkah Jim?" tanya Yoongi lagi memastikan bahwa dia tidak salah dengar.

Jimin kembali mengangguk dan masih dalam posisi menunduk karena semburat merah suksea menjalari kedua pipinya.

"Jim?" panggil Yoongi lembut sembari mengangkat wajah Jimin yg sukses membuat Yoongi tersenyum mendapati Jimin yg tersipu malu.

"Lakukanlah, Hyung." Jimin menjawab dalam senyuman bulan sabitnya.

Jantung Yoongi mendadak berdegup sangat kencang. Didekatkan wajahnya ke wajah Yoongi hingga Jimin dapat merasakan deru nafas hangat Yoongi menyapu wajah.

Mata Jimim terbelalak ketika bibir Yoongi menyentuh lembut bibirnya dan menciumnya. Tak butuh waktu lama, Jimin pun membalas ciuman Yoongi dan memejamkan matanya, menikmati moment tersebut.

Mereka berdua berciuman dalam irama seperti musik yg mengalun indah dalam hentakan tempo yg begitu pas, tidak lebih tidak kurang, semua terasa begitu pas diantara mereka berdua.

Hingga Yoongi memutus ciuman mereka, membuat mata Jimin terbuka. Dia seperti kehilangan kehangatan yg menjalari sekujur tubuhnya akibat ciuman Yoongi. Membuat Jimin ingin merasakan ciuman Yoongi kembali.

Yoongi hanya tersenyum menyaksikan mata Jimin yg terbuka sesaat setelah Yoongi melepaskan tautan bibir mereka. Tangan Yoongi terulur mengusap bibir Jimin, membuat Jimin kembali memejamkan matanya, menikmati sentuhan tangan Yoongi di bibirnya.

"Gomawo, Jim," bisik Yoongi, "akhirnya aku menemukan jawaban yg aku cari selama ini."

"Jawaban apa Hyung?" heran Jimin bertanya pada Yoongi.

Yoongi kembali menatap Jimin, tangannya memgenggam erat tangan Jimin.

"Kali ini aku akan katakan tentang perasaanku padamu, Jim." ucap Yoongi.

Jimin balas menatap Yoongi dengan bingung.

"Sejak pertama kali aku berjumpa denganmu di coffee shop ini, aku telah jatuh cinta padamu, Jim," kata Yoongi yg masih menatap Jimin, "sejak hari itu rasaku semakin kuat padamu, membuatku ingin memilikimu seutuhnya menjadi milikku seorang."

Mata Jimin membulat sempurna.

"Park Jimin, I love you," lanjut Yoongi kemudian, "apa kamu bersedia menjadi pacarku? Menjadi milikku seorang?"

"Hyung...." Jimin masih terkaget-kaget mendengar pernyataan Yoongi padanya.

"Yes..." sambung Yoongi tersenyum.

"Nado saranghaeyo, Min Yoongi." Senyum bulan sabit Jimin mengembang sempurna di wajahnya. Hatinya sungguh bahagia mengetahui bahwa cintanya tak bertepuk sebelah tangan.

Yoongi spontan memeluk Jimin, "gomawo, baby. U make me the happiest person in the world."

Jimin hanya bisa mengangguk dalam pelukan Yoongi, pelukan yg memberikan rasa aman dan nyaman. Untuk pertama kali dalam hidupnya, Jimin merasa berada dalam pelukan orang yg tepat untuknya, yg bisa memberikan kenyamanan yg penuh dengan kehangatan yg dia butuhkan selama ini.

U Chose Me, Did U? (Yoonmin)Where stories live. Discover now