* sori, kelamaan ya g update! Sibuk mudik dan lebaran gaes 😁.
Btw, mohon maaf lahir batin untuk semua yang baca. 🙏
*Jangan lupa tekan bingung dan tinggalkan komentar kalian 😉
[]
Jatuh cinta dengan Haruto? Rasanya tuduhan itu kejam sekali untuk Yeona. Pasalnya, selama ini hatinya hanya tertambat pada satu nama, tentu saja Kim Junkyu. Junkyu sendiri dulunya adalah kakak kelas Yeona di sekolah menengah.
Katakan saja Yeona jatuh cinta pada pandangan pertama. Saat itu cuaca terik, namun Yeona yang harus membantu dagangan sang ibu ke salah satu pelanggan, membuatnya terlambat dan hasilnya Yeona dihukum berdiri di pinggir lapangan. Namun, tiba-tiba Junkyu berdiri di sampingnya Yeona ikut berdiri karena hukuman yang sama.
Peluh membasahi kening dan punggung, rasa haus yang melanda tenggorokan, sarapan yang belum terhidang, membuat Yeona agak limbung dan kehilangan keseimbangannya. Junkyu buru-buru menyambar tangan Yeona yang hampir saja mencium tanah lapangan.
"Hei, hati-hati!" seru Junkyu yang menatap Yeona penuh iba.
Junkyu sendiri merupakan bocah yang populer di sekolah. Selain orang tuanya yang kaya raya, Junkyu memiliki wajah tampan dan rupawan. Meskipun dia anak yang introvert, tapi tetap ramah pada semua siswa dan siswi di sekolah tersebut. Banyak keahlian Junkyu terutama dalam bermusik. Ia memiliki suara yang unik, juga bisa bermain piano. Kadang Junkyu mewakili sekolah untuk lomba-lomba tertentu. Hingga namanya juga dikenal bukan hanya disekolah tapi disekolah lain.
Sedangkan Yeona hanya perempuan sederhana, yang memiliki kecantikan natural. Yeona tidak pintar-pintar banget, juga tidak bodoh - bodoh banget. Setiap hari sebelum berangkat ke sekolah Yeona membantu ayah dan ibunya untuk membuka kios dan berjualan. Terkadang jika ada pesanan, Yeona akan mengantarkan lebih dulu, baru lanjut ke sekolah.
"Kamu belum sarapan ya?" tanya Junkyu tiba-tiba.
"Tidak biasa sarapan," jawab Yeona seadanya.
Sebenarnya bukan tidak biasa sarapan. Hanya saja, tidak sempat sarapan. Karena kedua orangtuanya harus bekerja mengolah bahan makanan untuk para pelanggan yang memesan sejak jauh-jauh hari. Sedangkan Yeona dan Junghwan harus pintar-pintar mengelola keperluannya sendiri, mandiri sejak kecil.
"Kamu pucat. Aku rasa kamu akan segera pingsan," ucap Junkyu lagi dengan mata yang menatap lapangan. "Aku izinkan saja ya?"
"Tidak perlu, aku ma—" tiba-tiba Yeona merasa sesak napas. "Aku bisa," tambahnya lagi.
Junkyu terkekeh dan menggeleng, "keras kepala. Kita lihat saja, dalam hitungan mundur, lima-empat-tiga-dua-sat-" belum juga selesai menghitung, dugaan Junkyu benar dan langsung menangkap tubuh Yeona yang terkulai lemas. "Tu. Hm—cuma kamu yang keras padaku."
Junkyu menggendong Yeona di punggung dan membawanya ke ruang kesehatan. Disana Yeona dibaringkan dan dirawat oleh dokter sekolah. Sedangkan Junkyu kembali ke kelas dengan perasaan cemas. Sejak saat itu Junkyu selalu menunggu Yeona di halte dekat sekolah untuk membersamai untuk sampai di sekolah. Meskipun harus dihukum, karena terlambat. Junkyu tidak masalah, yang penting Yeona tidak sendirian.
🐨🐨🐨
Pagi seperti biasanya, Yeona kembali sarapan sendiri. Lima menit yang lalu Junkyu sudah berangkat kerja lebih dulu. Kali ini Yeona membuat sarapan satu piring saja untuk dirinya sendiri. Baru semalam Junkyu berbaik hati untuk membantunya, pagi ini sudah asing kembali.
"Ruby, apa kamu tidak kesepian?" Yeona bicara pada kucing yang sedang ikut sarapan di pojok ruangan. " Aku kesepian, Ruby. Aku harus bertahan demi ibuku." Tanpa terasa air mata Yeona mengalir begitu saja. Hilang sudah selera makannya. Buru-buru ia meletakkan piring ke wastafel dan mencucinya.
Yeona bersiap dan seketika ia membeku tepat di depan pintu unitnya. "Ahh, iya. Bodoh sekali aku. Mobilku kan di kantor, bannya kempes. Kenapa aku ceroboh sekali." Bahu Yeona turun dan tiba-tiba malas untuk berangkat kerja.
Seandainya saja tidak ada rapat siang nanti, mungkin saat ini Yeona akan izin untuk bolos bekerja dengan alasan sakit. Dan seandainya saja ada pekerjaan yang lebih baik dari pekerjaannya saat ini, mungkin saja Yeona sudah keluar dari perusahaan itu.
Yeona berjongkok mengusap Ruby untuk sejenak. "Eomma berangkat ya, Sayang. Pulang nanti aku belikan cemilan dan vitamin. Jaga rumah dengan baik ya."
Wanita itu kembali berdiri dan memakai sepatu hak tingginya, keluar dari flat dan kembali terkejut dengan sosok tampan yang sudah berdiri di depan pintu sambil bersedakap.
"Lama sekali!"
"Doyoung! Kenapa tidak kasih kabar?" ucap Yeona yang masih terkejut.
"Junkyu Hyung yang minta aku menjemputmu. Mobilmu sedang dibawa ke bengkel oleh Hyung. Makanya dia berangkat pagi-pagi sekali. Ayo, cepat nanti telat. Aku harus ke gym pagi ini, sebelum kembali ke rumah sakit." Doyoung tidak memperdulikan rasa terkejut pada kakak iparnya itu. Dan memilih jalan duluan menuju lift.
Yeona menghela napas panjang dan tersenyum singkat. Penjelasan Doyoung barusan membuat wanita itu tidak enak hati. Junkyu membawa mobilnya ke bengkel? Perhatian itu membuat Yeona merasa teriris hatinya.
"Sudah sarapan? Bagaimana lukamu?" Doyoung membuka pembicaraan di dalam lift.
"Hm, sudah sarapan tadi. Kamu sudah?"
Doyoung mengangguk, "pisang."
"Hanya itu?"
"Aku harus menjaga tubuh ku untuk tetap terlihat bagus. Kakak belum jawab pertanyaan ku tadi," protes Doyoung.
"Lukaku sudah mendingan," dusta Yeona. Padahal masih meradang dan masih terasa panas.
"Bohong! Kenapa sih, Kakak itu suka sekali berbohong. Cobalah jujur untuk diri sendiri. Berbohong justru akan membuat mu rusak secara perlahan." Doyoung mengatakannya dengan suara lembut tapi menusuk. Pria itu pun langsung keluar dari lift, berjalan lebih dulu ke lobby.
Ucapan Doyoung barusan menohok Yeona hingga rasanya sesak. Mungkin ada benarnya apa yang dibilang Doyoung, kalau dirinya memang sudah rusak akibat kebohongan yang terus-menerus Yeona lakukan. Namun, hanya itu yang bisa Yeona lakukan untuk kebahagiaan ibunya dan Junkyu tentunya.
Di dalam mobil, Yeona hanya diam. Rasanya canggung karena ucapan Doyoung sebelumnya. Jadi, Yeona hanya memandang jalanan lewat jendela mobil.
"Jangan marah padaku, Kak. Mungkin kata-kata ku agak keterlaluan tadi. Tapi, kamu memang harus digituin, disentil sesekali supaya sadar. Bahwa kamu hidup itu bukan hanya untuk menyenangkan orang lain. Tapi, bahagiakan dirimu sendiri dulu, baru orang lain. Aku tahu, Kakak mencintai Junkyu. Tapi, apa Kakak sudah berpikir, selama ini Kakak mencintai diri Kakak sendiri atau tidak? Perasaan bisa saja berubah dalam hitungan detik. Kakak jangan terlalu memaksakan diri untuk sempurna untuk orang lain. Lakukan apa yang menurut Kakak benar. Pikirkan diri Kakak sendiri lebih dulu, itu jauh lebih baik. Jangan merusak diri sendiri hanya untuk mendapatkan pengakuan atau menyenangkan orang lain." Doyoung tersenyum manis dan lagi-lagi mengatakannya dengan lembut. "Sudah sampai, cepat Kakak turun, sebelum membuat ku lebih terlambat lagi."
Yeona tergagap dan memaksakan senyumnya. Ia tidak sadar kalau perjalanannya bisa begitu cepat. Entah apa yang ada didalam pikirannya tadi.
"Terimakasih, Dobby. Maaf merepotkan," ucap Yeona tulus.
"Tidak masalah. Yang penting bagiku, Kakak baik-baik saja. Jangan lupa, Lukanya diobati secara berkala," titah Doyoung.
Yeona mengangguk sekali dan turun dari mobil. Melambaikan tangan pada mobil Doyoung yang menjauh. Tanpa Yeona sadari bahwa banyak mata yang sedang menatapnya curiga.
"Kamu berkencan dengan putra kedua Ibu direktur Kim?"
[]
~ bersambung.
🌠
💎16.04.2024
©Lovegreene__
KAMU SEDANG MEMBACA
Save Our Marriage // 💎 Kim Junkyu ✅
FanfictionPublish : 9 Maret 2024 Finish : 9 September 2024 So Yeona hanya seorang perempuan yang mencintai suaminya, Junkyu. Pria yang pernah menjadi cinta pertama dan mungkin menjadi cinta terakhir baginya. Kehadiran Junkyu membuat Yeona mengerti akan warna...