Bab 27

232 29 5
                                    

"So Yeona! So Yeona!"

Ah ... Junkyu lupa kalau Yeona telah pergi. Pria itu membuka matanya dan kembali duduk di sisi ranjang dengan amat frustasi. Ia menatap ujung kakinya berharap semuanya hanya mimpi buruk. Sudah sebulan Junkyu seperti ini, seperti orang gila.

Tepatnya ketika akan pulang ke Korea, setelah Junkyu mengajak Yeona ke Jepang. Setelah menghabiskan waktu bersama di salah satu taman bermain. Mereka pulang ke hotel dengan membawa churros dengan isi coklat yang enak. Mereka juga sempat makan bersama. Masih menghabiskan malam bersama hingga pagi tiba.

Penyesalannya adalah kebodohan dirinya yang selalu tidur. Ia tidak tahu saat dirinya tertidur ternyata diam-diam Yeona merapikan barangnya dan pergi. Junkyu melihat cctv hotel dan melihat Yeona pergi dengan tergesa. Meninggalkan sepucuk surat berisikan,

'Kyu ... Maafkan aku harus seperti ini. Aku sungguh-sungguh mencintai mu. Itu sebabnya aku tidak bisa melihat mu sengsara. Jangan mencari ku, hidup lah dengan bahagia. Terimakasih untuk kebersamaannya. Aku pamit.'

Junkyu shock dan marah. Bagaimana tidak, jika seseorang yang sudah dianggap sebagai rumah untuk pulang, kini ikutan pergi. Hilang. Lantas, jika begini, Junkyu harus pulang kemana?

"Kamu sudah bangun! Ini aku bawakan teh hangat untuk mengurangi rasa pusing mu." Junghee dengan senyum santainya masuk ke dalam kamar Junkyu. Kamar dimana dulunya adalah milik Yeona.

Sudah seminggu Junkyu sakit, tidak masuk ke kantor dan lebih banyak diam di apartemen. Semenjak tahu Yeona pergi, Junkyu memaksa tubuh bekerja seperti robot. Bekerja tiada henti. Makan pun juga tidak berselera, hingga akhirnya tubuhnya memprotes dan tumbang.

Doyoung juga sudah beberapa kali memberikan infusan pada kakaknya. Adik yang baru saja mendapatkan mobil baru itu ikut menyesal karena pada akhirnya akan begini.

"Makasih," ucapnya lesu.

Junghee meletakkan cangkir teh di meja rias milik Yeona. Lantas, ia duduk di samping Junkyu yang masih menatap ke arah lantai. Tangannya ingin mengusap bahu Junkyu, namun urung.

"Kak, kamu mau sampai kapan seperti ini? Jelas-jelas perempuan itu sudah meninggalkan mu. Mungkin kamu tidak berarti baginya, makanya dia tega meninggalkan mu seperti ini." Junghee tersenyum miring.

Junkyu muak, sangat muak. Selagi Junghee bicara, beberapa kali Junkyu harus memejamkan matanya.

"Ayolah, Kak. Daripada meratapi wanita sialan itu. Mending kamu tunjukkan padanya bahwa kamu bahagia hidup tanpa dia. Masih banyak yang mencintaimu dengan tulus." Junghee mengubah posisi duduknya menjadi di depan Junkyu seperti orang yang sedang berlutut."Lihat aku, hmm! Apa kurangnya aku di matamu? Aku mencintaimu tulus sejak kita masih remaja. Bahkan aku rela mengorbankan banyak hal untuk mu, Kim Junkyu. Aku yakin, jika kita bersama, kita akan menjadi pasangan yang berbahagia."

Junkyu menatap Junghee sinis. "Justru karena Yeona tidak ingin aku sengsara makanya dia memilih pergi. Dia perempuan yang selalu memikirkan perasaanku. Selalu memikirkan kebahagiaan ku, tanpa dia sadari dia lupa memikirkan dirinya sendiri. Dia perempuan yang tulus dan rela berkorban hanya untuk kepentingan ku. Dengar aku, Kim Junghee... Sampai kapanpun, tidak ada yang bisa menggantikan dirinya di dalam hatiku. Jika dunia kiamat pun, aku akan tetap mencarinya." Junkyu berdiri, menabrak tubuh Junghee dan meninggalkannya sendirian.

Junghee mendengus kesal, mulutnya terbuka dan tertutup karena tidak mampu mengeluarkan kata-kata. Rencana sudah berhasil, tapi sikap Junkyu menggagalkannya.

"Aku tidak akan diam saja, Kim Junkyu!"

^°^°^°^°^

Meskipun badannya agak lemah, Junkyu tetap pergi ke kantor. Hanya itu satu-satunya cara untuk menyibukkan pikirannya dari sang istri. Jika diam saja, Junkyu malah lebih merasa sengsara. Memikirkan kemana Yeona dan keluarganya pergi.

Save Our Marriage // 💎 Kim Junkyu ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang