Bab 13

254 30 19
                                    

Setelah berbicara dengan ibu mertuanya, Yeona kembali ke kubikelnya dengan tubuh lemas dan gemetar. Jika saja yang tadi dihadapi bukan ibunya Junkyu, sudah pasti Yeona akan menjawabnya dengan lebih keras.

Mungkin karena perubahan sikapnya, membuat Karina dan Haruto tidak jadi mendekatinya, sampai jam pulang kantor usai.

Kini Yeona sedang bersiap-siap untuk bertemu Yoshi di kopi shop tidak jauh letaknya dari kantor. Ia juga membawa apa yang harus dibawa, ia akan mengembalikannya pada Yoshi, supaya tidak ada beban lagi.

Sendirian itu sebenarnya bukan masalah bagi Yeona. Justru kesendirian adalah temannya sejak ia masih di bangku sekolah. Dulu ia dijauhi karena bukan anak orang kaya. Makanya Yeona bekerja untuk menghasilkan uang dan memiliki teman. Karena baginya, ada uang ada teman.

Singkat cerita, keluar dari kantor dan berjalan sebentar sekitar 10 menit menuju ke kopi shop tempat dirinya janjian dengan Yoshi. Masih berada di luar toko, tapi Yeona sudah bisa melihat Yoshi dari jendela. Karena posisi duduknya Yoshi yang memang di dekat jendela.

Yoshi tersenyum dan melambaikan tangan pada Yeona. Yeona pun tersenyum dan masuk ke dalam, langsung menghampiri Yoshi.

"Apa kabar?" Sapa Yeona sambil mengulurkan tangannya.

"Aku baik. Yeona aku turut berbelasungkawa atas ayahmu," ujar Yoshi. "Kamu baik-baik saja sekarang?"

Yeona mengangguk beberapa kali, sembari menampilkan senyum manis. "Tentu."

Yeona memesan ice Americano, karena ia ingin menyegerakan mulutnya dengan rasa dingin dan pahit yang bersatu. Kalau ada Soju atau wine, mungkin ia lebih memilih salah satunya.

Setelah berbasa-basi, Yoshi pun akhirnya mengatakan sesuatu. "Aku senang akhirnya kalian menikah. Ternyata Junkyu benar-benar melakukannya."

"Melakukan apa?" tanya Yeona.

"Dulu sebelum Junkyu berangkat ke Amerika, dia pernah bilang padaku, kelak akan menikah denganmu. Ternyata hal itu beneran terjadi, padahal waktu itu aku rada tidak percaya juga sama dia." Yoshi tersenyum dan ada rasa takjub terpancar diwajahnya.

"Oh, Junkyu pernah sesumbar seperti itu ya," ucap Yeona lagi tapi dengan nada suara lesu.

"Eh, bukan sesumbar kok. Junkyu bilangnya sungguhan. Aku yang tidak percaya, karena saat itu kita kan masih sekolah." Yoshi sepertinya panik.

Yeona tertawa melihat Yoshi yang panik. Rasanya lucu, seperti melihat anak kucing yang ketakutan.

"Oya, Yoshi, aku ingin mengembalikan ini padamu." Yeona menyerahkan paperbag berisi hadiah kelulusan. "Aku belum memakainya. Masih lengkap," lanjutnya.

Kening Yoshi berkerut dalam. "Apa ini?" Perlahan Yoshi mengeluarkannya lantas menutup mulutnya dengan tangan. "Eoh?"

"Aku tidak layak mendapatkan itu darimu. Rasanya terlalu mewah dan membuat ku agak terbebani. Harusnya aku tidak menerimanya," jelas Yeona.

Kening Yoshi semakin berkerut, kepalanya meneleng ke kiri. "Tapi ini sebenarnya bukan dariku. Yakin kamu sudah melihat semua isinya?" tanya Yoshi penasaran. Karena jika Yeona melihatnya, harusnya Yeona tidak mengembalikannya pada Yoshi. "Aku ini hanya perantara saja sebenarnya."

"Maksudnya gimana? Aku sudah lihat semuanya, kok. Ada parfum dan barang mewah lainnya," jelas Yeona lagi. Kini keningnya yang berkerut.

Akhirnya Yoshi terkekeh. "Astaga Yeona, aku yakin kamu belum melihat semuanya kan? Karena kalau iya, kamu pasti mengembalikan kotak ini ke Junkyu, suamimu. Bukan ke aku."

"Hah!"

Yoshi meletakkan kotak itu diatas meja. Membukanya dan mengeluarkan isinya. Parfum, dan pernak pernik lainnya pun berserakan diatas meja. Yeona menatap bingung. Lantas, mengeluarkan busanya dan membuka penutupnya lagi. Ternyata kotak tersebut ada 2 tingkat, hanya saja ditutup busa. Di bagian bawah ternyata ada surat dan kalung perak dengan bandul kepala koala kecil.

Save Our Marriage // 💎 Kim Junkyu ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang