Bab 7

272 34 10
                                    

Yeona kini kembali berhadapan dengan Haruto dan Karina. Di samping Yeona duduk Jeongwoo yang menatap bingung. Yeona melirik ke Haruto dan Karina secara bergantian.

"Eiy, kalian ini kenapa saling menatap? Tidak ada yang mau bicara? Filmnya 20 menit lagi segera dimulai," ujar Jeongwoo.

"Ya! Yeona-ssi, kamu tidak ingin mengatakan apapun pada ku?" tanya Karina dengan nada ketus.

"Aku juga," timpal Haruto.

Jeongwoo menoleh ke Yeona dengan wajah seriusnya bersatu dengan kebingungannya. "Kamu melakukan apa pada mereka?"

Yeona menghela napas panjang, memejamkan mata singkat dan kembali menatap kedua sahabatnya.

"Aku harus menjelaskan apa sama kalian? Aku saja bingung," ucap Yeona. "Kalian minta kejelasan yang mana?"

"Semuanya. Sikapmu berbeda pada Bu direktur, seolah kamu tahu kalau beliau sakit. Dan—hubungan mu dengan kedua Kim itu apa? Kenapa bisa-bisanya kamu menamai kontak putra kedua Kim dengan sebutan 'adik ipar'. Kamu nggak sedang halu kan, Yeona?" Cecar Karina.

"Se-sebenarnya uhm... Aku pernah bertemu Ibu Kim saat ibuku dirawat di rumah sakit. Makanya aku tahu kalau Ibu Kim sakit asma. Kim Doyoung juga yang menjadi dokter ibuku. Soal kontak di ponsel, aku juga tidak tahu kenapa namanya seperti itu. Karena Junghwan suka sekali dengan Doyoung. Mereka akrab sekali. Jadi aku menamainya adik ipar." Yeona tersenyum kikuk, berharap kedua sahabatnya percaya.

"Junkyu?" sela Haruto.

"A-ada apa dengannya?" Yeona berpura-pura seperti orang bodoh.

"Junkyu menatapmu berbeda, Yeona. Kalian seperti ada hubungan spesial yang ditutupi. Cara Junkyu bicara dan menatapmu seperti orang yang sedang jatuh cinta. Seperti pria yang sedang melindungi pujaan hatinya. Aku tahu itu, karena aku juga pria dan merasakan itu juga kepada wanita yang aku cintai," jelas Haruto.

Yeona menarik napas dalam-dalam sambil menyunggingkan senyumnya. Otaknya berputar memikirkan apa yang harus ia katakan pada teman-temannya.

"Ka—kalau itu aku tidak tahu, Ruto-ssi. Aku menganggapnya biasa—" ucapan Yeona terhenti.

"Baiklah. Tidak apa-apa. Semua sudah jelas kan. Ayo, filmnya sudah mau mulai." Haruto bangkit tanpa mendengar lagi alasan Yeona. Hatinya tidak enak, terlalu memaksa kehendak pada Yeona.

Sebenarnya yang mau menonton film di bioskop hanya Jeongwoo dan Karina. Tetapi, Haruto tiba-tiba juga ingin menonton bersama Yeona. Setidaknya mencari kesempatan untuk melakukan pendekatan dengan Yeona selain di jam kerja.

Duduk mereka di dalam bioskop pun berpasangan. Seharusnya Haruto senang, tetapi entah mengapa sejak kejadian di kantor, perasaannya selalu saja gelisah. Melihat sikap Yeona ke keluarga Kim yang tidak biasa. Begitupun sebaliknya.

"Yeona, kamu mau popcorn?" bisik Ruto.

Yeona yang menoleh, refleks memundurkan kepalanya. Karena jarak wajah mereka yang begitu dekat, sampai Yeona pun merasakan hembusan napas Ruto yang berbau mint segar.

"A-ehm, bo-boleh," jawabnya gugup.

'sialan, kenapa aku jadi gugup gini!' batin Yeona.

Haruto mengangguk dan segera berdiri beranjak dari duduknya. Film segera dimulai, namun lampunya belum dimatikan secara total. Dengan langkah pasti, menuju konter popcorn, Haruto tidak bisa menahan senyumnya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Save Our Marriage // 💎 Kim Junkyu ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang