Bab 33

204 22 3
                                    

Angin yang berhembus kencang, awan mulai menggelap, gemuruh seolah mendramatisir kekacauan yang sedang berlangsung. Di atas gedung tinggi, di atap perusahaan milik mendiang ayahnya, Doyoung menatap lampu-lampu kota dan lalu lalang lalu lintas malam hari.

Air matanya yang tidak berhenti sejak pengakuannya dengan sang ibu. Bahwa dirinya lah yang telah tega membunuh ayah kandungnya sendiri. Bertahun-tahun lamanya Doyoung menyembunyikan semuanya sendirian. Seolah ia tidak tau apa-apa dengan yang telah terjadi.

Rasa cemburunya pada sang kakak, membuatnya menjadi sosok yang jahat. Doyoung harus mengalah dengan anak haram yang telah dilahirkan oleh ibunya sendiri. Meskipun dari rahim yang sama, seharusnya Doyoung yang berhak atas kasih sayang yang sempurna dari kedua orangtuanya. Namun yang terjadi justru sebaliknya. Doyoung seperti anak haram di dalam keluarga tersebut. Dipandang pun tidak.

Sedangkan ayahnya yang selalu menyebut nama Yeol, membuat Doyoung geram. Karena dirinya tau bahwa sang ibu sangat mencintainya. Namun, justru ayahnya selalu menyebut nama wanita lain. Yang terakhir belakangan Doyoung mengetahui kalau Yeol yang dimaksud sang ayah adalah ibu kandungnya Yeona si kakak ipar.

Doyoung mengetahui fakta tersebut karena menemukan foto yang sangat usang di laci meja kerja yang dulunya milik ayahnya. Entah apa yang membawa Doyoung harus menggeledah kamar dan ruang kerja milik ibunya. Padahal niat awalnya Doyoung hanya ingin mampir. Tidak! Ia ingin memastikan buku harian milik Junghee.

Namun, apa yang ingin dipastikan? Kalau sudah jelas dirinya lah yang membunuh ayahnya sendiri, Kim Junho.

Doyoung tersenyum lalu terbahak-bahak dengan Air mata yang masih terus saja membasahi pipinya.

"AKU MELAKUKANNYA! AKU MEMBUNUHNYA!" teriakan Doyoung menggema bersama suara gemuruh dari langit. Satu persatu air hujan pun turun membersamainya.

Pria yang terkenal layaknya pangeran dan tidak pernah marah itu pun masih tertawa seperti orang gila, air matanya saruh dengan tetesan air hujan. Doyoung seperti manusia yang berbeda malam ini. Ia menumpahkan segala kekesalannya dan amarahnya bahkan kekecewaan pada alam. Karena ia sendiri tidak tau harus bersandar pada siapa.

Hingga akhirnya ia jatuh berlutut dan menangis sejadi-jadinya, bertumpu pada semen yang tergenang oleh air hujan.

Ponselnya sejak siang bergetar terus, tapi ia mengabaikannya. Ia tau jika bukan Junkyu yang menanyakan kabar ibunya, paling sejawatnya yang ingin memastikan soal operasi ke-2 ibunya.

Tiba-tiba saja mata Doyoung silau oleh sinar yang memancar langsung ke arah wajahnya yang masih membungkuk di lantai.

"Siapa disana? Sedang apa kamu?"

Doyoung melindungi matanya dari sinar senter yang diarahkan kepadanya.

"Ya! Jawab! Siapa disana?" Pria berjubah hujan membawa senter dan tongkat di tangan satunya datang menghampiri Doyoung. Hingga jarak satu meter. "Siapa kamu? Sedang apa disini?" tanyanya lagi.

Perlahan Doyoung menurunkan tangannya dan menatap nanar ke arah pria berjubah yang merupakan tim keamanan gedung yang sedang patroli.

"Aku ... K-i-m Doyoung," ucapnya. Mulutnya kemasukan air hujan yang sangat segar.

"E-eoh! Kim Doyoung putra kedua Kim?" Pria berjubah itu langsung mendekati Doyoung dan memastikan dengan jelas. "Eoh, benar kamu. Ya Tuhan ... Tuan Doyoung sedang apa disini. Mari saya bantu berdiri." Pria itu langsung membantu Doyoung untuk berdiri dan membawa Doyoung masuk ke dalam gedung.

Doyoung menurut saja, dadanya sesak,  kakinya lemas, tubuhnya lelah dan kepalanya sakit.

"Tuan Doyoung sedang apa di sana? Bukankah Anda menjaga Ibu Presdir di rumah sakit?"

Save Our Marriage // 💎 Kim Junkyu ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang