Bab 35

212 23 1
                                    

Kalau kalian pikir ucapan Junkyu itu benar soal Somi sudah bertaubat dan mau menerima Yeona sebagai menantu. Sepertinya kalian harus mencari cerita lain.

Somi tetap kekeh dengan pendiriannya yang tidak menyukai Yeona. Bukan apa-apa, bagi Somi , melihat Yeona sama saja seperti melihat wajah mantan kekasih mendiang suaminya. Meskipun masa lalu, tapi kenyataannya waktu tidak bisa mengubah perasaan itu. Hanya membuatnya terpaksa untuk terbiasa saja.

Makan malam bersama di keluarga Kim, membuat Yeona lebih banyak diam. Bukan karena takut dengan Somi. Hanya saja Yeona tidak ingin berdebat apapun. Karena bagaimana pun, Somi tetaplah ibu mertuanya.

Dibawah meja makan, tangan Junkyu mengusap paha Yeona dengan lembut. Menguatkan sang istri yang ternyata perkiraannya salah. Junkyu juga merasa tidak enak pada Yeona.

"Bagaimana perusahaan?" Tanya Somi lebih kepada Junkyu dibandingkan ke Doyoung.

"Semua masih berjalan dengan lancar. Meskipun beberapa waktu lalu, saham turun drastis. Tapi, syukurlah semua bisa kembali seperti semula," jelasnya.

"Syukurlah. Perusahaan itu jangan sampai bangkrut atau runtuh. Aku susah payah membangun perusahaan itu dengan mengorbankan banyak hal."

"Bu ... Semua orang tau itu kok. Sekarang Ibu fokus pada kesehatan Ibu saja. Perusahaan biar menjadi urusan Hyung," protes Doyoung pada sang ibu yang masih saja memikirkan perusahaan.

Junkyu meletakkan sendok dan sumpitnya. "Kamu tidak berminat untuk urus perusahaan, Doy?" tanyanya penasaran.

Doyoung menggeleng cepat, "merepotkan. Aku lebih suka ada di rumah sakit. Bertemu dengan banyak orang yang berbeda. Memiliki cerita yang berbeda setiap harinya."

"Biarkan Doyoung di rumah sakit menjalankan apa yang seharusnya ia jalani. Kamu, Jun, fokus pada perusahaan," titah Somi.

Junkyu menghirup napas berat dan mengangguk sekali. Untuk sementara, apa yang ia rencanakan harus ditunda dulu.

"Kak Yeona , kehamilan mu kalau aku tidak salah hitung, mungkin sudah 8 Minggu?" Doyoung menebak.

Yeona mengangguk dan tersenyum. "Benar, Doy."

"Hm, dari mana kamu tau, Doyoung. Yang suaminya itu kamu atau Junkyu!" Somi mengatakannya dengan ketus. Tanpa memandang ke arah Yeona ataupun kedua putranya.

"Bu!" Seru Junkyu.

Somi tidak menanggapi sikap tidak suka dari Junkyu. Ia terus menikmati makanannya tanpa merasa bersalah sama sekali.

Yeona yang keadaannya lebih sensitif dari sebelumnya, memang merasa sedih dan kesal. Rasanya ia ingin sekali melempar piring bekas dirinya makan ke arah wajah ibu mertuanya. Namun, tidak ia lakukan. Karena menurutnya, Somi hanya sedang melampiaskan kemarahannya di masa lalu kepadanya. Karena Somi tidak mendapatkan cinta yang tulus dari mendiang suaminya.

Junkyu menggenggam tangan Yeona dan meremasnya pelan, menatap cemas ke arah Yeona. Junkyu tau, meskipun Yeona tersenyum, tetapi senyumnya itu hanya sebuah keterpaksaan demi membuatnya tenang. Yeona masih saja seperti itu, memikirkan perasaan Junkyu tapi menyampingkan perasaannya sendiri.

Sisa makan malam itu mereka habiskan dalam keheningan. Hanya berisik dari suara sumpit dan mangkuk yang beradu meramaikan suasana malam itu.

"Aku sudah selesai, Kyu," ucap Yeona yang merasa kenyang. Lebih tepatnya hilang selera makan. Jika, dipaksa pun yang ada akan keluar lagi.

Junkyu tersenyum, "Bagus. Makanannya sudah habis setengah. Mau minum teh hangat atau susu hangat?" tawarnya.

Gelengan kepala Yeona menjadi jawabannya. Yeona memang tidak selera untuk minum apapun lagi. Yang ia inginkan saat ini adalah pergi dari ruangan itu sesegera mungkin.

Save Our Marriage // 💎 Kim Junkyu ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang