Bab 12

247 32 15
                                    

* Cerita pengantar tidur kalian ya guys ✌️😄

[]

"Mau berangkat sama-sama?" tawar Junkyu setelah kembali pulang ke apartemen.

"Tidak usah. Aku berangkat sendiri saja, masih ada yang harus aku lakukan." Yeona sengaja tidak menatap suaminya, saat merias wajahnya dengan makeup.

Junkyu menghela napas, "Kita sarapan bersama kalau gitu."

Setelah pintu tertutup, kini Yeona yang menghela napas berat dan panjang. Air matanya hampir tumpah lagi, namun buru-buru ia kibaskan dengan kedua tangannya. Karena tidak ingin riasan matanya luntur akibat air mata dan harus menata ulang.

Ini hari pertama Yeona masuk kerja setelah 3 hari izin berduka. Berduka atas kematian sang ayah, juga akan berduka untuk perpisahannya dengan Junkyu. Ya, sebentar lagi.

"Setelah ini kamu akan bebas, Kyu," ucap Yeona pada pantulan dirinya di depan cermin.

Padahal hari ini juga Yeona sengaja tidak membuat sarapan. Karena memang tidak selera untuk sarapan sendiri, juga tubuhnya masih menolak makanan yang masuk. Sejak ayahnya meninggal, Yeona sering memuntahkan makanan yang masuk ke dalam tubuhnya. Bukan karena sengaja, melainkan lambungnya seolah menolak terisi.

Junkyu sudah siap dengan sarapan diatas meja. Ia hanya menghangatkan makanan yang dibawanya dari rumah ibunya Yeona. Dengan lengan kemejanya yang dilipat sampai siku, membuat urat ditangannya lebih menonjol.

Yeona masih saja selalu takjub melihat keindahan tangan Junkyu. Bagi Yeona, Junkyu adalah mahakarya indah dari Tuhan. Apa yang ada pada Junkyu itu indah. Seperti warna pelangi, cerah dan ceria.

"Kenapa diam saja, ayo sini duduk," ajak Junkyu yang menyadari Yeona sedang menatap ragu. "Sudah lama kita tidak sarapan berdua."

Yeona duduk di sebrang Junkyu, kembali menjauhkan dirinya dari sang suami. Lalu, mereka makan dengan fokus masing masing.

"Aku lihat kamu membawa kotak hadiah kelulusan yang diberikan Yoshi. Mau diapakan?" Junkyu menatap teduh sang istri yang sejak tadi diam dan menunduk.

"Uhm, itu. Aku ingin mengembalikan. Kami sempat tukeran nomer handphone. Dan beberapa waktu lalu, Yoshi bilang ingin bertemu. Tetapi aku belum ada waktu," jelas Yeona.

"Boleh aku minta nomornya?"

Yeona mengangkat wajahnya. Menatap Junkyu yang menadahkan tangannya. "Kamu mau apa? Aku tidak pernah mengganggu hubungan mu dengan Junghee. Jadi, tidak usah ganggu Yoshi." Yeona menyelesaikan sarapannya, lalu berlalu begitu saja masuk ke dalam kamar.

Junkyu menelan salivanya, mengulum bibir, menurunkan tangannya. Ia melanjutkan sarapannya lagi sampai habis. Setelah itu ia juga merapikan meja makan dan mencuci piring bekasnya juga bekas sarapan Yeona yang tidak habis tadi. Ketika selesai, Junkyu berjalan ke kamar Yeona.

"Ayo berangkat sama-sama." Junkyu kembali menawarkan.

Yeona menggeleng pelan, "duluan saja. Aku masih agak lama." Tanpa menoleh ke Junkyu.

Tidak bisa berbuat apa-apa lagi, Junkyu juga hampir terbiasa tertolak oleh istrinya sendiri. Jadi, ia pun memilih keluar lebih dulu tanpa bertanya lagi ataupun pamit pada Yeona.

Sebenarnya untuk Junkyu sendiri, mendapatkan informasi tentang Yoshi itu sangat mudah. Sebenarnya ia meminta nomor telepon Yoshi pada Yeona bukan untuk mengusik Yoshi. Mana mungkin Junkyu akan melakukan hal itu pada sahabatnya sendiri. Yeona hanya salah paham. Mungkin masih sensitif dengan kedukaan sang ayah.

Save Our Marriage // 💎 Kim Junkyu ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang