WARNING‼️
-Karya ini adalah murni hasil dari imajinasi absurdnya Author
-DILARANG PLAGIAT BAIK KESELURUHAN, MAUPUN SEBAGIAN DARI ISI CERITA INI‼️
-Panggil aja aku Grace yaa ☺️
-Seluruh adegan dalam cerita ini hanyalah FIKSI atau KARANGAN BELAKA. Tidak ada sangkut pautnya dengan dunia nyata idol yang dijadikan visual disini
-Dimohon untuk TIDAK terbawa suasana kepada para idol yang dijadikan visual di dalam cerita ini! Apalagi sampai dibawa-bawa ke bubble atau media sosial pribadi idol. JANGAN ya, sayang-sayangkuuuu! Kita halu bareng-bareng dan nikmatin ceritanya aja disini, okay? ❤️
SELAMAT MEMBACA ❤️
(Direkomendasikan sambil dengerin lagu Nadin Amizah - Sorai)
---------------------
Pada kenyataannya, kehadiran yang paling dibutuhkan di dunia yang terkadang memecut ini adalah keutuhan keluarga.
Sayangnya, tak semua orang beruntung memiliki rumah untuk pulang, dan tak semua orang memiliki tempat untuk sekadar berteduh dari kerasnya kehidupan yang menguras banyak peluh.
Sebab, dunia memang terkadang tak memiliki belas kasihan.
"Assalamu'alaikum."
Dengan langkah yang gontai, dan baju yang basah karena keringat, menjadi saksi perjuangan dalam menjalani hidup.
Abinara Madana, adalah sulung dari tujuh bersaudara. Mas Abi-begitu biasa ia dipanggil oleh adik-adiknya- bekerja sebagai seorang cleaning service di salah satu pusat perbelanjaan. Disaat pemuda seusianya sedang gencar-gencarnya menikmati manis dan kinyis-kinyisnya percintaan, Mas Abi harus mati-matian memeras keringatnya, demi tanggung jawabnya menjadi peran pengganti orang tua.
"Wa'alaikumussalam. Mas, kok malem banget pulangnya? Tumben." tanya Raga yang tengah mengangkat jemuran di teras.
Raga Anjana, adalah anak kedua sekaligus adik pertama dari Mas Abi. Raga bekerja sebagai pekerja paruh waktu di salah satu rumah makan sebagai pencuci piring. Selain itu, Raga juga berperan layaknya seorang ibu jika berada di rumah. Raga harus rela membagi waktunya untuk bekerja, dan juga mengurusi rumah. Terlebih lagi, si bungsu yang masih membutuhkan perhatian lebih.
"Susah angkot, Ga. Anak-anak kemana?" tanya Mas Abi ketika masuk ke dalam rumah. Rumah yang mereka huni, adalah satu-satunya harta peninggalan orang tua mereka. Sebuah bangunan yang sebenarnya kurang layak di sebut rumah. Hanya sepetak, dan memiliki satu kamar tidur saja. Bahkan, jika ingin ke kamar mandi, mereka harus rela berbagi di kamar mandi umum.
Beruntung, ada Mas Abi di dalamnya. Sosok manusia pekerja keras, yang siap menjadi atap dan penyangga untuk melindungi keenam adiknya.
"Sapta sama Kara tuh di kamar udah tidur. Kayaknya, sama Dika juga, deh. Kalau Sena sama Jantera, tadi Raga liat keluar barengan gitu." jawab Raga.
"Nggak ada bilang apa gitu ke kamu?"
"Nggak ada, Mas."
Mas Abi menghela napas berat. "Mereka tuh nggak kembar, tapi kelakuannya sama aja deh."
Raga terkikik mendengar Mas Abi yang seperti itu. Mas Abi adalah orang yang penyabar. Tapi, tidak jika sudah berhadapan dengan Sena dan Jantera. Belum lagi jika Dika ikut bergabung.

KAMU SEDANG MEMBACA
IN THE END ✔
Teen FictionKatanya, rumah itu akan terasa hidup jika di dalamnya lengkap dan hangat. Lalu, bagaimana dengan tujuh bersaudara ini? Abinara Madana, tidak pernah menyangka jika kehidupannya yang pertama kali di dunia ini, ia tak hanya harus menjadi anak sulung. N...