55. Mas Sudah Pulang

1.1K 170 20
                                    

SELAMAT MEMBACA ❤️

---------------------

●○•♡•○●

"Meski sejuta senja
aku menangis merindukan bayanganmu

Namun, hidupku harus terus berjalan
dengan hati;

Rela... "

(Shanna Shannon - Rela)


●○•♡•○●

Sesuai kesepakatan semuanya, Mas Abi dikebumikan di kampung tempat tinggal mereka. Lebih tepatnya, satu komplek pemakaman dengan ibu mereka. Perlahan, jasad Mas Abi mulai diturunkan ke liang lahat. Tempat peristirahatan terakhir dari segala permasalahan duniawi.

Sapta, Dika, dan Sena turut ke bawah mengantarkan kakak tercinta mereka. Namun, Jantera benar-benar tidak bisa berbuat banyak. Jantera dan Kara lebih banyak menangis. Sungguh, kepergian Mas Abi adalah pukulan paling hebat bagi Jantera.

Jantera masih ingat bagaimana bapak meninggalkannya dulu. Dan pelukan yang selalu terbuka untuknya, adalah pelukan Mas Abi. Dan kini, pelukan paling hangat itu hanya meninggalkan dingin yang gigil dalam jiwa Jantera.

"Aku gagal banget jadi adik, Mas," gumam Jantera.

Perlahan, tubuh Mas Abi benar-benar sudah tidak terlihat lagi. Tanah itu terus menerus menimbun jasad seseorang yang paling dicintai itu. Sena, Dika, dan Sapta pun hanya bisa menatap raga Mas Abi yang kini benar-benar tak lagi ada.

Sena mendekati Jantera, kemudian memeluknya. Selama ini, Jantera itu terkenal paling tegas, paling dingin, dan paling jutek kalau sudah berhubungan dengannya. Namun, kali ini Sena melihat sisi lain dari kakaknya itu. Jantera berhati lembut. Bahkan, terlalu lembut.

Sapta terus menatap kosong ke arah liang lahat yang semakin lama, semakin tertutup oleh gundukan tanah. Di dalam sana, ada Mas Abi yang sebentar lagi akan ditinggalkan sendirian. Mas Abi, tidak akan pernah lagi ikut pulang. Mas Abi, tak akan lagi terlihat raganya di rumah.

Untuk selama-lamanya.

Dika yang melihat Sapta terus-terusan diam pun merangkulnya, lalu memeluknya tanpa sepatah kata pun. Kata-kata "sabar ya, Dek" rasanya tidak akan pernah berguna jika diucapkan.

Bahkan, kehadiran Dafi dan Savio pun tidak mampu mengembalikan pikiran Sapta pada kenyataan yang ada.

Sapta masih terus bergeming dalam pelukan Dika. Sapta membalas pelukan kakaknya itu. Tapi, jiwanya masih tetap hampa. Bahkan, mungkin selamanya akan tetap seperti itu.

"Ta ..."

Sebuah suara pada akhirnya menarik kembali Sapta pada kenyataan. Suara yang selama ini ingin Sapta dengar. Sapta melepaskan pelukannnya dengan Dika, kemudian menoleh ke arah sumber suara.

"Ta, ini gue."

"Rik?"

Melihat siapa yang datang, membuat kaki Sapta rasanya melemas. Entah apa yang kini Sapta rasakan. Semuanya terasa campur aduk. Sebelum akhirnya, Sapta merasakan sebuah pelukan menyapa tubuhnya.

IN THE END ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang