Bekerja sebagai penjaga istal bukanlah hal yang mudah, apalagi bila kuda-kuda yang ada di sini merupakan kuda-kuda terbaik yang jadi tunggangan keluarga kerajaan. Seorang senior Biba yang bekerja lebih lama darinya pernah memberitahu Biba bahwa, "Meskipun kau hanya seorang penjaga kandang kuda atau pembantu rendahan yang pekerjaannya mencuci taplak meja, begitu kau menginjakkan kakimu di istana, maka kau sudah meletakkan hidupmu di atas meja taruhan. Satu kesalahan kecil dan kau akan mendapatkan lehermu di bawah pisau guillotine."
Biba bekerja di istal istana sejak tiga tahun yang lalu saat usianya baru menginjak empat belas. Tidak butuh banyak waktu baginya yang tumbuh di pedesaan untuk beradaptasi dengan pekerjaan semacam ini. Memberi makan, membersihkan kotoran, dan memandikan kuda, Biba telah melakukannya ratusan kali sejak ia kecil.
"Lihatlah rumput-rumput yang segar ini. Rupanya musim semi sudah benar-benar tiba." Pria ini bernama Frank. Meskipun usianya jauh lebih tua daripada Biba, dia baru saja bekerja di sini sekitar musim panas tahun lalu. Lagaknya yang suka petantang-petenteng itu kerap kali membuat Biba kesal. Dia senang menyuruh Biba ini dan itu hanya karena Biba lebih muda darinya.
"Kerja bagus," kata Frank sambil menepuk-nepuk pundak Biba. "Aku yakin kau akan mendapatkan liburan yang menyenangkan setelah menyelesaikan semua pekerjaan ini dengan baik."
"Itu hari ini," sahut Biba.
"Hm?"
"Liburku mulai hari ini."
Frank terlambat menyadari bahwa ada sebuah tas besar dan selapis jaket yang menutupinya di dekat kaki Biba. Pemuda itu mungkin baru berencana menggunakan jaketnya saat perjalanan nanti. Bagaimana pun juga musim dingin sudah berakhir, tidak begitu terasa dingin sekarang.
Frank berdehem. "Hari ini? Kau sudah dapat ijin?"
"Iya."
Biba menyunggingkan senyum. Bibirnya yang terkatup itu bergerak-gerak sedikit setiap kali dia merasa senang akan sesuatu. Tangan Biba menunjuk pada tumpukan rumput di dekat pintu masuk istal. Ekspresi wajahnya seolah mengatakan bahwa rumput-rumput itu adalah pekerjaan Frank sekarang.
"Aduh!" Frank tiba-tiba memegangi perut buncitnya. "Aduduh! Sepertinya aku salah makan kemarin."
"Frank?"
Tangan Frank melambai-lambai pada Biba. "Aku harus segera pergi ke toilet. Biba, aku bisa mengandalkanmu, kan? Kau pasti tahu, kuda-kuda ini tidak boleh terlambat diberi makan!"
Biba belum sempat mengatakan apa-apa dan Frank sudah hilang dari pandangannya. Sambil menghela napas panjang, Biba meletakkan tasnya di tempat aman, lalu bergegas mengangkat rumput-rumput itu masuk ke dalam istal.
"Selalu seperti itu," Biba menggumam. "Kalau aku jadi petugas administrasi, akan ku potong gaji Frank tua itu sampai habis sama sekali."
Kuda-kuda terbaik kerajaan.
Biba rasa itu julukan yang cocok untuk kuda-kuda ini. Mereka makan semua rumput terbaik yang bisa didapatkan dan perawatan terbaik bahkan harga samponya lebih mahal daripada upah Biba per bulan. Bukan hanya kuat, kuda-kuda ini kabarnya juga dapat berlari dari Navity sampai ke Karassas dalam waktu enam jam saja.
Kemudian, di antara semua yang terbaik itu, tentu saja selalu ada yang lebih baik lagi.
Kuda hitam milik putra mahkota ini diberi nama Frederick.
"Bahkan namamu terdengar lebih keren daripada punyaku." Biba meletakkan rumput di depan kandang Frederick sambil menggerutu.
Berbicara soal putra mahkota, Biba belum pernah bertemu dengannya sama sekali selama tiga tahun dia tinggal di istana. Namun, Biba tahu wajahnya. Dia pernah melihat sosok putra mahkota saat ada pawai sekitar enam bulan lalu di ibukota. Putra mahkota naik di atas Frederick dengan pedang panjangnya yang tersampir di punggung. Waktu itu kerumunannya sangat ramai, jadi Biba hanya mampu melihatnya sekilas saja dengan bersusah payah.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE CRIMSON SAGA | TXT ft. ENHYPEN
FanfictionSetelah Si Merah menelan habis seluruh desa dan menjadikannya yatim piatu, Biba berusaha melanjutkan hidup yang damai demi mengabulkan doa terakhir ayahnya. Akan tetapi, sekali lagi Biba dihadapkan pada kematian, lalu selamat hanya untuk bertemu den...