Setelah Rui Xi menyelesaikan ceritanya, semua orang beralih menatap Shun Xi. Ekspresi wajah mereka seolah-olah kompak mengatakan, "Apa semua itu benar?"
Shun Xi mengangkat bahu. "Dia mencuri uangku. Kalian tidak tahu berapa banyak uang yang seharusnya ku dapatkan dari mengantar pipa-pipa itu."
"Lalu, yang terjadi dengan Induk Semang?" tanya Rui Xi menuntut.
"Induk Semang menyukai opium, jadi aku memberikannya. Sebagai imbalan, dia membiarkanku melakukan apa pun yang ku suka di rumah bordil. Aku bisa mendapatkan kamar yang bagus untuk kita berdua, makanan, bahkan benda-benda lain yang kau butuhkan seperti buku dan mainan."
Mata Rui Xi memicing. "Termasuk menyuruhnya menjilat kakimu?"
"Oh, kau melihat bagian itu juga." Shun Xi melebarkan kipasnya untuk menutupi setengah wajahnya, lalu melirik ke arah lain. "Itu hanya kesenangan pribadi, tidak perlu terlalu dipikirkan."
"Bagaimana bisa aku tidak memikirkannya?! Kau tidak melihat seperti apa rupamu waktu kau melakukannya."
"Memangnya seperti apa?" Suara Shun Xi mendadak menjadi berat. Biba cukup tahu diri untuk menyingkir saat Shun Xi berjalan mendekati Rui Xi. "Katakan padaku seperti apa rupaku di matamu. Apa cukup untuk membuatmu lari ketakutan? Baiklah, dulu kau takut, tapi apakah kau masih takut padaku? Lihat, sekarang aku bahkan harus mendongak untuk menatap wajahmu. Kau bukan anak kecil lagi, Rui Xi. Aku tidak pernah meminta apa pun padamu sebelumnya, tapi bolehkah aku minta kau pulang? Setidaknya untuk membayar semua uang yang telah ku keluarkan selama aku membesarkanmu."
"Kau benar-benar sudah gila. Kau menagih hutang pada adikmu sendiri sekarang?"
Salah satu sudut bibir Shun Xi naik. "Ku kira aku bukan kakakmu lagi."
Ketika kedua kakak beradik itu sedang beradu sengit, sebuah gelembung berwarna kebiruan melayang mendekati Kai. Kai mengulurkan tangannya untuk menangkap gelembung itu dan begitu gelembungnya pecah, dia langsung berseru, "Kita tidak punya waktu untuk ini! Rui Xi, Trisha dalam bahaya!"
Tanpa menunggu penjelasan, Rui Xi segera pergi meninggakan mereka. Sementara yang lain sedang kebingungan, Biba memerintahkan Kai untuk menemani Rui Xi kembali. "Antar dia."
Kai berubah wujud menjadi seekor serigala besar bewarna kelabu dan dengan cepat mengejar Rui Xi. Dia menggigit baju Rui Xi, lalu melemparnya ke punggung sebelum melaju kencang menuju tempat persembunyian para bandit.
Di kamp bandit yang ternyata berada tidak jauh dari sana, Razen menyeret Trisha ke tengah-tengah. "Lihatlah, semuanya! Inilah yang akan kalian dapatkan kalau kalian mengkhianati kepercayaanku!"
"Razen!" Rui Xi berteriak. "Lepaskan Trisha!"
"Ini dia sang pengkhianat. Keputusan yang tepat untuk menyuruh Donpa membuntutimu. Dia mengirimkan pesan ini padaku." Razen menunjukkan secarik kertas kecil—pesan yang biasa diikatkan di kaki burung. "Katanya kau bersekongkol dengan pangeran baru itu."
Kai dalam wujud serigala yang menggeram juga menarik perhatian Razen. "Serigala itu juga tidak mungkin serigala biasa."
Trisha yang berada di antara tangan Razen menjerit, "Rui Xi, pergilah! Jangan pikirkan aku, akhh!"
"Kakak!"
Razen mengeratkan pegangannya ke leher Trisha sebelum menekan pisaunya ke pinggang wanita itu. "Kau yang tidak mendengarkan peringatanku, Rui Xi."
Slap!
Tepat sebelum pisau itu menghasilkan luka yang lebih dalam, seutas anak panah berbalut plasma biru melesat dan jatuh ke samping Razen. Perhatian Razen teralihkan untuk menemukan pangeran tak dikenal yang pernah Donpa ceritakan sedang menarik busur di salah satu dahan pohon.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE CRIMSON SAGA | TXT ft. ENHYPEN
FanfictionSetelah Si Merah menelan habis seluruh desa dan menjadikannya yatim piatu, Biba berusaha melanjutkan hidup yang damai demi mengabulkan doa terakhir ayahnya. Akan tetapi, sekali lagi Biba dihadapkan pada kematian, lalu selamat hanya untuk bertemu den...