Chapter 36 - Rougee (2)

95 20 15
                                    

Biba membuka mata lagi masih di bawah langit-langit batu yang sama seperti terakhir kali. Mulutnya bergumam lirih, "Kenapa aku masih belum mati?"

"Bukankah aku sudah mengatakannya berulang kali? Kau hidup seperti namamu."

Biba menoleh ke samping. Pria yang menyelamatkannya kemarin ada di sana, duduk bersila sambil memperhatikannya dengan amarah yang terpatri jelas di wajahnya. Tangan kanannya dibungkus dengan kain basah. Olesan herba hijau tampak mengkilap di beberapa bagian kulitnya.

Melihat keadaannya, Biba merasakan sedikit rasa bersalah. Meskipun dengan sekuat tenaga, Biba berusaha menyangkalnya.

Lagipula, Biba tidak pernah minta diselamatkan.

"Aku tidak tahu musibah macam apa yang kau alami," kata Yuvgen. "Tapi membunuh dirimu sendiri tidak akan menyelesaikan apa pun. Melihatmu masih hidup setelah semua hal yang kau lalui, mungkin seseorang atau beberapa orang atau bahkan langit dan bumi tidak menginginkanmu mati. Mereka semua mendoakan keselamatanmu, jadi jangan mengkhianati harapan mereka dengan mati begitu saja."

"Kau tidak tahu apa-apa tentangku," sahut Biba.

"Memang." Yuvgen mengendikkan bahu. "Biar ku tebak. Kau kehilangan orang tuamu?"

Biba tidak menjawab dan hanya memberikan Yuvgen lirikan tajam.

"Sahabat baikmu?"

Biba masih diam.

"Keduanya?"

Biba tetap tidak mau bersuara.

Yuvgen melipat tangan di dada. "Yah, siapa pun itu, ku pikir mereka adalah sekumpulan idiot yang bersedia mengorbankan nyawa demi menyelamatkan seseorang yang bahkan tidak memiliki keinginan untuk bertahan hidup."

"Beraninya kau menghina mereka!" seru Biba. "Berhenti bicara seolah kau mengetahui segalanya!" 

Biba hendak menerjang Yuvgen dengan sekepal tinju, tapi dia terhenti oleh sesuatu yang menahan pergelangan kakinya; sepasang rantai.

"Apa maksudnya ini?"

"Untuk mencegahmu melakukan tindakan bodoh lagi. Secara garis besar, gunung ini adalah tempat yang berbahaya. Kau bisa jatuh kapan saja meskipun kau tidak menginginkannya. Hitung-hitung sebagai pengaman untukmu juga."

Napas Biba memburu. Amarah yang naik dalam dirinya terasa begitu menyesakkan dada. Dia ingin sekali menonjok wajah menyebalkan Yuvgen. Namun, rantai yang menahan kakinya membuatnya tidak bisa menjangkau posisi pria itu.

"Kau melakukan hal yang tidak berguna," desis Biba.

Biba sama sekali tidak memiliki keinginan untuk melanjutkan hidup. Dia tidak punya apa pun yang tersisa, entah itu keluarga, teman, bahkan dirinya sendiri.

Biba si penjaga istal seharusnya sudah mati saat dituduh meracuni kuda putra mahkota dan Biba sang pangeran juga seharusnya sudah mati saat putra mahkota melemparnya ke dalam jurang. Dari sudut mana pun Biba melihatnya, selalu putra mahkota yang menempatkan hidupnya di ujung tombak.

Mungkin, kalau Biba memang mau mati, haruskah dia kembali padanya?

"Biba, dengarkan aku, kau—"

Yuvgen langsung menghentikan kalimatnya tatkala dia melihat Biba hanya diam dengan mulut terkatup rapat. Tatapan mata Biba terlihat penuh tekat.

Dengan gerakan cepat, Yuvgen segera memegangi kepala Biba dan berusaha membuka mulutnya. Dia memasukkan tangannya ke dalam mulut Biba untuk mencegah agar Biba tidak menggigit lidahnya sendiri.

"Sialan, kau!" Yuvgen mengumpat keras begitu dia merasakan bahwa lidah Biba sudah terluka dan berdarah di dalam sana. "Bisakah kau melakukan sesuatu yang lain selain mati?! March! March, bantu aku!"

THE CRIMSON SAGA | TXT ft. ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang