Chapter 32 - Escape

77 20 23
                                    

"Kau yakin benar ini tempatnya?"

"Mata-mata duke muda tidak akan memberikan informasi yang salah," jawab Kai.

Kai bersama Theo dan Rui Xi menyusup masuk ke dalam istana untuk mengeluarkan Biba dari penjara. Cerita-cerita mengerikan tentang bagaimana kejamnya putra mahkota menyiksa Biba membuat mereka tidak tahan menunggu lebih lama.

Hanya masalah waktu sampai Biba benar-benar menyerah.

Saat Kai menceritakan apa yang terjadi pada Biba dan Keluarga Campbell, Theo sangat murka. Terlebih lagi, dia juga dapat kabar kalau Biba tertangkap dan sedang menjalani penyiksaan di penjara. Theo sungguh hampir pingsan karena darah yang naik ke kepalanya.

Theo tidak marah pada siapa-siapa. Dia hanya marah pada dirinya sendiri karena tidak bisa mencegah semua tragedi ini terjadi.

"Kita harus melakukannya secepat mungkin," peringat Theo pada Kai dan Rui Xi.

Bisa dibilang cukup mudah bagi dua penyihir dan seorang mantan bandit untuk masuk ke area istana yang penjagaannya sedikit melemah akibat keributan soal pemberontakan beberapa waktu lalu. Mereka juga beruntung karena penjara istana berada tidak jauh dari komplek istana Biba sehingga mereka bisa merancang rute pelarian paling ideal mengingat mereka sangat familiar dengan tempat itu.

Penjara istana merupakan tempat di mana anggota keluarga kerajaan dan bangsawan yang telah melakukan dosa besar dihukum. Keluarga Campbell sebelumnya juga ditahan di sini. Letaknya ada di bawah tanah. Dingin dan lembab tanpa sinar matahari.

"Ini yang terakhir," ujar Rui Xi setelah ia selesai mengurus beberapa orang penjaga. "Rupanya rumor bahwa banyak petugas penjara yang berhenti adalah benar. Sedikit sekali orang di sini."

"Di mana selnya?" tanya Theo.

Kai menggeleng. "Aku tidak tahu. Mata-mata kita bilang putra mahkota mengganti sel Biba setiap hari."

"Biba! Biba!"

Mereka mengelilingi penjara itu sambil memanggil nama Biba, berharap Biba akan menjawabnya. Namun, lorong-lorong gelap yang diterangi oleh sedikit obor itu hanya diisi oleh kesunyian. Theo pikir orang paling waras pun bisa jadi gila bila dia tinggal di tempat semacam ini dalam waktu yang lama.

Tidak ada angin yang berhembus, senyap, dan tanpa cahaya. Tempat ini memang tidak dibuat untuk ditinggali oleh manusia.

Ketika Rui Xi berjalan mendekati sel paling ujung, hidungnya mencium sesuatu yang tak menyenangkan. "Sialan. Dia ada di sini!"

Setelah Rui Xi membuka kunci sel dan menemukan Biba yang meringkuk di atas tumpukan jerami bersama selembar kain yang telah kotor oleh darah, Rui Xi langsung membalikkan badan untuk membuang isi perutnya. Dia tidak tahu seberapa parah mereka telah menyiksa Biba hingga ia berakhir dalam keadaan seperti itu.

Rui Xi bahkan tidak yakin apakah itu benar-benar Biba bila bukan dari rambut bergelombang dan mata birunya yang terbuka sedikit.

Warna hitam dari kekuatan penyembuhan Biba menyelimuti hampir seluruh jengkal kulitnya. Luka bakar di beberapa tempat dan sayatan di tempat lain. Rui Xi juga menyadari bahwa mungkin sebagian lengan Biba telah dikuliti.

Theo membungkus badan lemah Biba dengan kain putih yang sangat halus. "Tolong tahan sebentar, Biba. Kami akan menyelamatkanmu."

Kai segera menggendong Biba di punggungnya dan kembali menyusuri lorong-lorong untuk kabur dari penjara. Selama itu, Biba sama sekali tidak bersuara, dia bahkan mungkin sudah tidak bisa membedakan keadaan di sekitarnya.

Baru setelah Theo meminumkannya sebuah ramuan, Biba mulai bisa melihat dengan jelas wajah teman-temannya yang mulanya kabur dan berbayang.

"Aku kira kalian adalah ilusi," ujar Biba lemah.

THE CRIMSON SAGA | TXT ft. ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang