Aula dengan sebuah singgasana berhias kristal-kristal merah itu dipenuhi oleh suara-suara beradu yang kian memudar, hampir-hampir seperti desisan.
Rowan, pemimpin tunggal Kerajaan Rougesierre, memijit-mijit pangkal hidungnya sebelum menghembuskan napas panjang. Rapat kali ini sepertinya bakal tiada akhir. Tidak ada kesepakatan yang akan tercapai bila setiap orang memiliki pendapat yang berbeda diiringi dengan alasan yang kuat untuk mendukung pendapat-pendapat itu.
"Yang Mulia, saya rasa akan lebih baik bila kita menerima permintaan ini sehingga tidak akan terjadi pertumpahan darah. Bukankah keputusan yang paling bijak adalah yang melibatkan lebih sedikit nyawa yang terbuang dalam prosesnya?" usul seorang pria kurus dan tinggi yang berdiri di sisi kanan.
"Apa yang Anda katakan, Tuan?!" seru pria berbadan kekar di sebelah kiri. "Menyerahkan wilayah pada negara lain bukanlah tindakan patriotik!"
"Dia benar. Bila kita memberikan wilayah pegunungan pada mereka, tidak akan ada cukup tempat untuk rakyat Rougesierre tinggal," balas Rowan. "Lagipula apa bagusnya bagi saudaraku untuk memiliki seluruh pegunungan untuk dirinya sendiri?"
"Yang Mulia, Anda tahu bahwa itu bukan hanya sekedar pegunungan—"
"Ekhem!"
Laki-laki yang menyinggung soal pegunungan itu langsung menghentikan kalimatnya. Suasana di ruangan itu mendadak terasa canggung.
Rowan melirik utusan Tearvale yang berdiri di sudut. Keberadaannya di sana benar-benar membuat mereka tidak bisa menyampaikan pendapat dengan leluasa.
Rowan bergumam, "Ini sulit."
Sejumlah tambang batu sihir telah ditemukan di wilayah pegunungan milik Kerajaan Rougesierre. Berita itu entah bagaimana sampai ke telinga raja Tearvale yang juga adalah kakak kandung Rowan; Damian.
Batu sihir merupakan batu yang memancarkan energi sihir murni. Batu itu dapat digunakan sebagai sumber energi atau dalam skala lebih kecil, dapat ditempa menjadi benda-benda ajaib yang dapat membantu pekerjaan para penyihir dan menambah kekuatan mereka.
Pertumbuhan jumlah penyihir di Tearvale kabarnya tengah mencapai puncak. Kerajaan Tearvale membutuhkan batu-batu sihir itu untuk meningkatkan kemampuan penyihir-penyihir mereka. Oleh sebab itulah Raja Damian mengirim utusan dan meminta pegunungan itu secara cuma-cuma dari Rowan dengan dalih ikatan persaudaraan.
Meskipun masih belum ada penyihir yang ditemukan di antara orang-orang Rougesierre— sehingga mereka tidak membutuhkannya—Rowan mana mungkin menyerahkan tempat tinggal penduduknya begitu saja, bahkan bila itu untuk kakaknya sendiri.
"Tuan utusan, bisakah Anda meninggalkan kami untuk membicarakan masalah ini?"
"Tentu saja, Yang Mulia. Tapi mohon diingat bahwa menolak permintaan raja kami artinya adalah perang dan saya berharap Anda sekalian tidak mengambil keputusan yang gegabah." Utusan Tearvale itu membungkuk, memberikan Rowan seulas senyum miring, sebelum meninggalkan ruangan dengan dagu terangkat.
"Bagaimana laki-laki kecil itu bisa begitu sombong? Kerajaan kita tidak berada di bawah kaki mereka!" gerutu si pria besar.
Laki-laki kurus di sebelah kiri tadi berlutut di depan singgasana Rowan. "Yang Mulia, saya mengerti Anda telah membesarkan pasukan Anda untuk menjadi pejuang yang kuat dan tangguh. Namun, bila akhirnya kita harus menghadapi kekuatan raja Tearvale kita tidak punya kesempatan."
"Kita punya kesempatan."
Seorang wanita berpakaian hitam dan riasan gelap memasuki ruangan dengan langkah percaya diri. Di belakangnya, beberapa orang wanita berbagai usia mengikuti, menundukkan kepala di balik tudung jubah berwarna senada.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE CRIMSON SAGA | TXT ft. ENHYPEN
FanficSetelah Si Merah menelan habis seluruh desa dan menjadikannya yatim piatu, Biba berusaha melanjutkan hidup yang damai demi mengabulkan doa terakhir ayahnya. Akan tetapi, sekali lagi Biba dihadapkan pada kematian, lalu selamat hanya untuk bertemu den...