Lima lantai pada restoran itu dua di antaranya difungsikan sebagai tempat menginap dan Shun Xi menyewakan seluruh lantai untuk tamu-tamunya. Sebenarnya Shun Xi sempat mengajak rombongan Biba mampir ke distrik hiburan kebanggaannya, tapi pedang Hansel yang terhunus di depan lehernya sudah cukup untuk memberitahu Shun Xi bahwa jawabannya adalah 'tidak'.
"Padahal tempat itu sangat cantik," gumam Shun Xi sambil memandangi distrik hiburan dari balkon.
"Maaf saja, ya. Hansel adalah suri tauladan bagi seluruh bangsawan muda di Tearvale. Kau tidak bisa mengharapkan orang sepertinya untuk menginjakkan kaki di tempat seperti itu."
Shun Xi menoleh sedikit untuk menemukan Biba menghampirinya dengan gaun tidur berwarna putih. Dia mengalihkan pandangannya sebentar pada tungkai panjang Biba yang kurus sebelum kembali menatap jalanan Luo di bawah sana.
"Pekerjaan apa yang kau lakukan sebelum menjadi pangeran?" tanya Shun Xi.
Biba sedikit terperanjat. "Penjaga istal. Bagaimana kau mengetahuinya?"
"Setiap orang menyimpan kisah hidup mereka pada tubuhnya," jawab Shun Xi tanpa melihat ke arah Biba. "Telapak tangan kasar ahli pedang, otot tebal penjual daging, bau herba dari pedagang obat, dan seorang pangeran biasanya tidak sekurus dirimu. Kau memiliki kulit yang sedikit kering, sepertinya baru-baru ini kau mendapat cukup perawatan dan berhenti lagi untuk suatu alasan. Seburuk apa pun seorang pangeran diperlakukan, tidak akan sampai ada kalus di lututnya."
Biba buru-buru menutup lutut kanannya yang terasa tebal karena keseringan menyentuh tanah keras. Dia terbiasa meletakkan lututnya saat menyiangi rumput atau membersihkan kandang. Sepertinya kerja kerasnya selama bertahun-tahun meninggalkan bekas di tubuhnya.
Biba berdehem untuk mengalihkan pembicaraan. "Apa kau sedang berpikir? Apa keberadaanku di sini mengganggumu mengambil keputusan?"
"Sedikit banyak."
"Aku tidak akan bicara apa-apa. Aku hanya butuh udara segar," kata Biba lalu mengambil tempat di sisi lain balkon.
Keduanya tidak bersuara. Masing-masing tenggelam dalam lautan pikiran mereka sendiri-sendiri.
Sebenarnya, udara malam di Luo tidak jauh berbeda dengan Weinross. Namun, berada di kota asing membuat Biba mendadak rindu rumah. Bukan kamarnya di istana, melainkan kamar sempitnya di rumah Jeff atau mungkin Biba merindukan rumah kecilnya di Desa Rye.
Kalau boleh jujur, Biba sudah tidak tahu lagi yang mana yang bisa dia sebut rumah. Dia merasa semuanya sudah hilang sejak waktu yang sangat lama.
"Sebenarnya kami lahir dari rahim yang berbeda."
Shun Xi tiba-tiba bercerita. Biba tidak meminta, tapi dia juga tidak keberatan untuk mendengarnya.
"Kau dan adikmu?"
Shun Xi mengangguk. "Sebelum menjadi selir, ibunya adalah dayang ibuku. Dia meninggal saat melahirkan anaknya, jadi ibuku merawat anak itu bahkan memberikannya sebuah nama."
Mungkin mata Biba terlalu terpaku pada jalanan Luo—terutama distrik hiburan yang terang di malam hari, jadi dia tidak menyadari ada sebuah pipa panjang dalam genggaman Shun Xi yang mengeluarkan asap tipis pada salah satu ujungnya. Pemuda itu mengangkatnya, lalu menghisapnya sebentar sebelum menghembuskan napas beraroma manis.
"Setahuku benda itu hanya boleh dipakai oleh orang dewasa," kata Biba menunjuk pada pipa di tangan Shun Xi.
Shun Xi tertawa kecil. "Pengetahuanmu tidak berlaku di sini." Dia menyodorkan pipanya pada Biba. "Mau mencobanya?"
Biba menggeleng cepat.
"Kau akan memintanya padaku suatu hari nanti."
Mereka hanya bertemu hari ini, tapi entah mengapa Biba merasa dia bisa memahami Shun Xi. Biba bisa merasakan betapa besar bebannya dan berapa banyak kesulitan yang dia alami hingga membentuk dirinya yang sekarang ada di sini. Usia hanyalah angka dan itu berlaku untuk Shun Xi. Kalau usia dihitung dari banyaknya pengalaman, mungkin pemuda ini sudah berusia puluhan tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE CRIMSON SAGA | TXT ft. ENHYPEN
Fiksi PenggemarSetelah Si Merah menelan habis seluruh desa dan menjadikannya yatim piatu, Biba berusaha melanjutkan hidup yang damai demi mengabulkan doa terakhir ayahnya. Akan tetapi, sekali lagi Biba dihadapkan pada kematian, lalu selamat hanya untuk bertemu den...