Chapter 31 - Torture

75 22 17
                                    

Biba merasa dia pernah ada di situasi ini sebelumnya.

Saat Biba mengingatnya lagi, semua kekacauan dalam hidupnya dimulai dengan adegan yang sama pula. Hari ketika Biba disiksa habis-habisan oleh putra mahkota agar dia mengakui bahwa dia telah meracuni kudanya, Biba memang seharusnya sudah mati. Bila dia mati, Hansel mungkin tidak harus berakhir seperti itu.

Air dingin yang disiramkan padanya membuat Biba terbangun sepenuhnya.

"Kenapa kau tidak kabur?" Ascelo mengajukan sebuah pertanyaan yang juga ingin Biba tanyakan pada dirinya sendiri. "Kalau kau mau, kau bisa menghanguskan tali itu dengan drop, bahkan membunuh semua penjaga di sini, tapi kau tidak. Mungkinkah kau kehilangan kemampuanmu mengendalikan drop?"

Benar. 

Semenjak Biba menyaksikan kematian Hansel entah berapa hari yang lalu, Biba sama sekali tidak bisa mengeluarkan drop. Dia sudah mencobanya berulang kali, tapi tetap gagal. Itu membuat Biba jadi bertanya-tanya apakah dirinya benar-benar memiliki darah keluarga kerajaan atau tidak.

"Aku ingin mendengar pengakuan darimu tentang pemberontakan di Karassas."

"Aku tidak tahu apa-apa."

Ascelo menjambak rambut Biba ke atas. "Tidakkah kau merasa déjà vu? Bukankah kita sudah pernah melakukan ini? Kau tidak bosan? Keluarga Campbell telah mengakuinya dan mereka bilang kau tidak ada hubungannya. Kau pikir aku akan percaya dengan itu?"

"Tentu saja kau tidak akan percaya karena kau sendiri yang melakukannya, bukan? Pemberontakan itu hanyalah sandiwara yang kau buat! Bahkan anjing di jalanan pun tahu kalau kau yang salah, bukan mereka!"

"Ku ajari kau sesuatu." Ascelo melangkah menjauhi Biba. "Pemberontakan hanya punya pemenang dan pecundang. Tidak ada benar dan salah. Tidak peduli apa pun tujuanmu, kalau kau kalah, maka semuanya akan berakhir untukmu."

Biba tidak mengira itu akan datang padanya. Dulu, tidak sampai sejauh ini.

Ketika Ascelo mengambil sebuah jarum besar dari meja di dekatnya, sekujur tubuh Biba gemetar. Emosi yang telah mati sejak dia melihat Hansel dipenggal kini tumbuh lagi dalam dirinya.

Biba merasakan ketakutan.

"Syaratnya adalah aku harus menjagamu tetap hidup."

Pakaian Biba dilepas. Ascelo mengarahkan jarum itu ke dekat tulang rusuk Biba. Rasa sakit yang luar biasa mendera Biba begitu jarum besar itu menembus kulit dan dagingnya.

Ascelo menusuk Biba dengan gerakan pelan dan hati-hati sambil menghindari organ vitalnya. Setelah ia selesai di satu titik, maka dia akan berpindah ke titik yang lain menggunakan jarum dengan ukuran berbeda.

Darah yang mengalir dari lubang-lubang di badan Biba menggenangi tempat duduknya hingga menetes ke lantai penjara. Itu adalah siksaaan yang menyakitkan tapi juga sangat sunyi. Biba tidak sudi berteriak di depan iblis ini, jadi dia mengeratkan giginya. Dia sama sekali tidak tahu kalau hal yang dia lakukan justru membuat Ascelo semakin kegirangan.

"Seperti itu, aku senang melihatmu seperti itu," kata Ascelo. Tangannya yang penuh darah meraih wajah Biba dan mengusapnya sebentar. "Aku sempat berencana untuk membawamu ke sisiku, tapi kau malah berulah. Bukankah aku sudah memperingatkanmu?"

Sambil menatap Ascelo tajam, Biba menggeram. "Seakan-akan aku mau memihak seseorang yang tidak bisa menghargai nyawa manusia. Membunuh pasti terasa menyenangkan untukmu!"

"Tidak. Itu bukan kesenangan." Ascelo menggeleng pelan. "Aku membunuh untuk mengeliminasi semua hal yang menghalangiku dan berpotensi menghalangiku."

"Tapi orang-orang Karassas tidak punya salah apa-apa padamu!"

THE CRIMSON SAGA | TXT ft. ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang