Chapter 18 - Brother (3)

142 32 22
                                    

Setelah mendengar nama Rui Xi dari Biba, Shun Xi tidak berpikir panjang lagi. Tepat saat pagi tiba, dia mengekori rombongan itu dengan langkah mantap. Shun Xi tidak lagi memakai pakaian berwarna terang yang menyilaukan mata, tapi kipasnya masih di tangan dan pipanya masih menggantung di sisi pinggangnya. Dia juga membawa sesuatu yang dibungkus kain panjang di punggungnya entah apakah itu.

"Bukankah dia terlalu muda untuk jadi seorang pecandu?" tanya Hansel dengan suara lirih.

"Itu hanya pipa berisi tembakau biasa," jawab Biba. "Dia memang terlihat seperti seorang remaja, tapi jiwanya mungkin sudah kakek-kakek."

"Kau serius tentang hal ini?"

"Sangat serius."

"Krugefeller?"

Di sisi lain, Shun Xi dan Theo sedang tenggelam dalam topik percakapan yang berbeda.

"Ya."

"Penyakit apa itu?" tanya Shun Xi.

"Kau tidak tahu apa itu krugefeller?" Theo mulai menjelaskan, "Itu penyakit yang disebabkan oleh parasit yang membusukkan daging. Kulit pengidapnya akan berkerut dan berwarna ungu, terkadang muncul benjolan besar berisi nanah dan berbau busuk. Sejauh ini masih belum ada obatnya, jadi krugefeller tergolong dalam penyakit yang tidak bisa disembuhkan."

Shun Xi terlihat berpikir sebentar. "Bukankah ciri-cirinya sama dengan penyakit kulit anggur?"

"Ah! Ku rasa itu adalah sebutan lain untuk krugefeller."

"Kalau penyakit itu ku rasa masih bisa disembuhkan," kata Shun Xi ringan. Dia tidak tahu kalau kata-katanya cukup untuk membuat jantung Theo sempat berhenti untuk sesaat.

"Apa katamu? Bisa disembuhkan?"

Shun Xi mengangguk. "Memang prosesnya akan cukup lama karena melibatkan berbagai teknik pengobatan dan banyak sekali herbal, tapi itu bukan sama sekali tidak bisa disembuhkan. Aku tahu beberapa tanamannya. Hanya saja, aku bukan ahli akupuntur. Aku punya beberapa kenalan di Yuhan—ibukota kami—yang cukup berpengalaman menangani penyakit ini."

Theo melemparkan pandangannya pada Biba yang sama-sama tertegun dengan penjelasan Shun Xi. 

Biba menyunggingkan senyum. "Firasatku tidak salah rupanya."

"Memangnya siapa yang mengidap penyakit ini sampai kalian serius begitu? Jangan bilang Rui yang sakit?!" tanya Shun Xi.

"Bukan," jawab Theo. "Kakaknya yang mengidap penyakit ini, cukup parah sampai tidak bisa berjalan. Rui Xi bergantung pada kawanan bandit yang menyediakan obatnya dan tidak bisa pergi ke mana-mana karena kakaknya tertinggal di sana."

"Kakak?!" pekik Shun Xi. "Kakaknya siapa? Rui? Kakaknya itu cuma satu dan itu aku!"

"Begini saja, bagaimana kalau kau bertemu dengannya dulu?" kata Biba berusaha menenangkan. Shun Xi itu agak sedikit sensitif bila menyangkut adiknya. "Kami juga tidak tahu bagaimana cerita lengkapnya."

Perjalanan kembali ke wilayah timur dari Kota Luo memakan waktu seminggu karena hujan mengguyur selama sehari semalam pada hari ketiga yang memaksa mereka harus berhenti sejenak. Terlalu berbahaya untuk berjalan di gunung saat tanah sedang basah dan licin.

Selama itu, Biba dapat melihat bagaimana Shun Xi tampak gugup dan antusias di saat yang sama. Dia dan adiknya berpisah dalam keadaan tak baik, bertemu lagi setelah sekian tahun pasti akan terasa sangat canggung.

Dan Biba sedikit menyesal karena dia merasa telah memanifestasikannya.

Ketika dua kakak beradik itu berdiri berhadapan, keduanya sama-sama mematung di tempat. Entah apa yang menahan kaki mereka untuk tidak memeluk satu sama lain. Suasananya berat dan aneh. Rasanya mirip seperti saat Biba pertama kali satu kereta dengan Ethan. Mereka tidak tahu harus berkata apa dan tidak yakin harus melakukan apa.

THE CRIMSON SAGA | TXT ft. ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang