DUA PULUH TUJUH

13 2 0
                                    

Terima kasih,
untuk kamu yang sudah peduli

Afan sudah sampai di rumah Aza. Sebelumnya Adyan sudah mengirimkan alamat rumah Aza pada supirnya. Mendengar ada suara mobil Adyan berjalan keluar dari kamar Aza, segera menjemput adeknya.

Adyan membawa Afan masuk ke rumah Aza. Adyan berjalan ke arah Meesha. "Permisi tante, aku bawa adik aku kesini karena Aza kangen sama dia, nggak mau makan kalau nggak ada adik aku" ucap Adyan.

"Oh, nggak papa nak, adek kamu lucu juga" ucap Meesha. Adyan tersenyum "kalau gitu aku permisi ya tante" pamit Adyan. "Iya nak" balas Meesha singkat.

Adyan membawa adiknya ke kamar Aza. "Kak, kamarnya kak Aza dimana ?" Tanya Afan. "Itu dia kamarnya" jawab Adyan dan Afan memberi anggukan.

Mereka sudah sampai di depan kamar Aza. Afan mengetuk pintu terlebih dahulu.

Tok...

Tok...

Tok...

"Assalamualaikum kak Aza" salam Afan.

"Waalaikumsalam adik" ucap Aza dengan senyum lebarnya.

Afan berjalan kearah Aza dan langsung memeluknya "Afan kangen banget loh sama kakak" ucap Afan. "Kakak juga kangen banget sama kamu" balas Aza.

"Kamu sekolahnya gimana ?" Tanya Aza. "Dia tambah nakal lah" jawaban Adyan. "Ehh, kakak enak aja, aku mah baik, nggak kayak kakak" timpa Afan.

"Kak Adyan kalau ngomong suka sembarangan ya, Fan" ucap Aza melirik Adyan. "Iya kak, dia juga suka marahin aku dirumah, nyuruh-nyuruh, banyak deh pokoknya" adu Afan.

"Udah ngadunya, mending adik aku yang paling gemes ini bujuk kak Aza biar dia makan, soalnya manja banget" ketus Adyan. "Ehh! Siapa juga yang manja" elak Aza.

"Afan suapin kak Aza aja ya, soalnya kak Adyan nggak peka jadi cowok" ucap Afan lalu menyodorkan sendoknya ke mulut Aza. "Ehh, nggak boleh ngomong gitu, siapa sih yang ngajarin ngomong gitu ?" Tanya Aza. "Dia" balas Afan singkat sambil menunjuk Adyan dengan senyum tengilnya.

"Lo jangan ajarin sembarangan ya sama adek gue, kalau mau ngajarin tuh yang baik-baik" Aza memberitahu. "Eh, kamu ngapain malah nunjuk kakak, gue nggak ngapa-ngapain" elak Adyan.

"Mending lo makan aja, sakit kuping gue denger lo ngomong nggak ada abisnya" ujar Adyan. "Serah kita dong, ya nggak, Fan" ucap Aza menaikkan alisnya dan mengadu ces dengan Afan. Keduanya tersenyum penuh kemenangan.

"Ehh! Satu lagi lo jangan seenak jidat sama adek gue, lakuin sewajarnya. Afan, kalau kak Adyan macem-macem lapor aja sama kakak" ucap Aza.

"Okey kak" sambil menaikkan tangannya berbentuk O.

"Kak makan lagi ya" ucap Afan. "Apa sih yang nggak kalau Afan yang minta" balas Aza dan mendapat senyuman lebar dari Afan.

Aza sudah selesai kegiatan makannya. Ia segera meminum obat.

"Tunggu! Lo beneran sakit atau cuman pura-pura, perasaan dari tadi cerewet banget" ujar Adyan. "Enak aja kakak ngatain kak Aza pura-pura sakit" timpa Afan.

"Iya tuh fan, kak Adyan suka gitu sama kak Aza" adu Aza pada Afan.

"Anak kecil nggak boleh ikut campur urusan orang dewasa" kata Adyan.

"Nggak papa dek, selagi kamu bener jangan takut sama siapa-siapa" balas Aza untuk Afan. Afan menaikkan tangannya berbentuk O "okey kak"

Hari sudah malam. Ayah Aza sudah berada dirumah setelah bekerja dari pagi. Ayahnya langsung bergegas masuk ke kamar karena informasi yang ia dapatkan siang tadi, bahwa putrinya sedang jatuh sakit.

AZAREETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang