20

4.1K 408 46
                                    

Jinyoung sedang memakan kacang dan duduk di sofa dengan santai, dia mendengar seseorang memasuki rumah Yeri yang membuatnya meliriknya. Dia melihat Yeri sedang murung dan melewatinya dan membuat Jinyoung berdiri untuk menghentikannya.

"Ada apa dengan wajahmu itu?"

Yeri menatap Jinyoung dengan kesal, dia tidak mengatakan apapun dan langsung menepis tangan Jinyoung yang sedang memegangnya dengan kasar.

Jinyoung tidak ingin kalah, dia mengejar Yeri dan menarik tangannya lagi "Apa kau tuli? apa yang terjadi denganmu? apakah seseorang mengganggumu?"

Yeri melotot menatap Jinyoung dengan marah "Ya! kau adalah orangnya!"

Lalu dia mendorong tubuh Jinyoung dengan kasar. Jinyoung melihat Yeri akan memasuki kamarnya, dia berhenti di depan Yeri dan menghalangi pintu kamarnya.

"Katakan! apa yang membuatmu marah seperti ini?" kata Jinyoung menatap Yeri.

Yeri mengerutkan dahinya "Bisakah berhenti untuk mencaritahu apa yang terjadi denganku? apakah kau membutuhkan pekerjaan lain untuk membuatmu sibuk?"

Jinyoung menghembuskan nafas "Seharusnya kau beruntung memiliki sepupu sepertiku. Darimana kau bisa mendapatkan sepupu yang peduli denganmu hah?"

Yeri tersenyum sarkas "Sayangnya aku tidak merasakan kesenangan dengan itu" lalu dia mendorong tubuh Jinyoung ke samping dengan kasar "Pergilah!"

"Tidak, aku tidak akan pergi sebelum kau mengatakannya kepadaku" Jinyoung menahan tubuhnya untuk menghalangi Yeri.

Yeri semakin kesal, dia mengacak rambutnya dan berteriak dengan marah di depan Jinyoung "Fuck! aku membencimu!"

"Lisa? pasti kau seperti ini karena Lisa, benarkan?" Jinyoung menebak menatap Yeri.

"Tutup mulutmu! aku ingin memasuki kamarku! berhenti menghalangiku!" Yeri membentaknya.

"Apa yang sudah Lisa lakukan kepadamu?" Jinyoung bertanya mengabaikan marahnya Yeri.

Yeri menendang kaki Jinyoung dengan keras yang membuat Jinyoung meringis kesakitan "Dasar sialan! kenapa kau selalu menggangguku seperti ini?"

"Aish! kenapa tenagamu seperti pria" Jinyoung mengeluh dan mengelus kakinya karena sakit.

"Sebelum aku membunuhmu disini, sebaiknya kau pergi karena kau sudah menambah rusaknya moodku!" kata Yeri melotot.

"Setelah ini kau akan berterimakasih kepadaku" kata Jinyoung memutar matanya.

Yeri mengangkat satu alisnya "Lucu. Pergilah! aku tidak ingin mendengar lelucon darimu lagi"

Jinyoung mulai kesal, dia membuka ponselnya dan menunjukan sesuatu kepada Yeri yang membuat Yeri membelalakan matanya karena terkejut.

"Ap- apa maksudnya ini?" Yeri bertanya dengan gugup melirik Jinyoung.

Jinyoung tersenyum tipis dan memasukan ponselnya lagi ke dalam saku "Bagaimana? kau sudah puas?"

Yeri terdiam sebentar sebelum berkata "Bagaimana bisa kau dekat dengannya?"

"Apa yang membuatku susah untuk melakukan apapun?" Jinyoung bertanya dengan sombong.

Yeri berdecih "Cepat katakan, apa yang sudah kau lakukan?"

Jinyoung tersenyum tipis melewati Yeri "Lisa akan menceraikan Jennie"

Yeri menatap punggung Jinyoung dan terkejut, dia melangkahkan kakinya dengan cepat untuk menyusul Jinyoung "Apa? berhenti bercanda denganku. Katakan yang sebenarnya!"

Jinyoung melirik Yeri "Aku sedang tidak bercanda. Apakah bukti pesan dengan Mrs. Manoban belum membuatmu merasa puas?"

"Tapi, apa yang sudah terjadi? bukankah mereka bisa menikah karena persetujuan dari orang tuanya?" Yeri bertanya dengan penasaran.

HURTS - JENLISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang