Seokjin menghentikan mobilnya di pinggir sungai, dia tidak mengatakan apapun dari awal membawa Jennie sampai berhenti disana. Jin melirik Jennie yang masih menangis menyandarkan kepalanya di kaca dengan wajah yang sudah berantakan.
Jennie sedang menyesali semua yang terjadi, bagaimanapun dia tidak akan pernah bisa menghentikan atau menghapus semua masalah yang terjadi saat ini. Dia bahkan menjadi takut untuk bertemu dengan Lisa, karena dia tau, jika Lisa bertemu dengannya Lisa pasti langsung menceraikannya, seperti apa yang sudah ayahnya katakan.
Dia bahkan masih belum sadar jika sepupunya yang dari tadi membawanya karena Jennie sama sekali tidak meliriknya, dia hanya melamun dengan tatapan kosong ke arah depan bersama tangisannya.
Setelah membiarkan Jennie menangis, Jin membasahi bibirnya dan berkata "Tidak ada manusia yang hidup tanpa memiliki dosa, semua orang memilikinya. Berhenti menangis dan menyesalinya, kau hanya perlu memperbaiki semuanya"
Jennie yang mendengarnya dia langsung menghentikan tangisannya, perlahan matanya menoleh ke arah sepupunya yang tidak meliriknya.
"Percuma jika kau lari dari masalah yang sudah terjadi tetapi kau tidak berusaha untuk memperbaiki, seumur hidupmu kau akan di hantui dengan perasaan bersalah ini" lanjutnya mulai melirik ke arah Jennie.
Jennie masih tidak merespon, dia hanya menatap Jin dan mencoba untuk mencerna semua kalimat yang sudah keluar dari mulut Jin untuknya.
"Jen, jika kau hanya diam dan menangis seperti ini, apa kau pikir kau tidak akan kehilangan semuanya? kau akan kehilangan semuanya! termasuk perkataan maaf dari keluargamu"
".. Aku tau apa yang sudah kau lakukan sangat mengecewakan. Tetapi, apakah kau yakin akan membiarkan semuanya pergi meninggalkanmu? termasuk Lisa?"
Jantung Jennie mulai berdebar dengan kencang ketika Jin mengatakan kalimat tersebut. Dia tidak ingin kehilangan seseorang yang mencintainya dengan tulus seperti Lisa.
Melihat ekspresi Jennie membuat Jin melanjutkan "Tinggalkan apa yang akan membuatmu kehilangan semuanya termasuk Kai. Walaupun sampai detik ini aku tidak pernah mengerti kenapa kau bisa mencintainya tetapi kau harus meninggalkannya karena dia tidak akan pernah bisa membahagiakanmu, kau bisa memegang semua perkataanku"
Jennie menelan salivanya sebelum berkata "Aku sudah kehilangan Lisa.."
"Darimana kau mengetahuinya? Paman Kim?" tanya Jin menatap Jennie.
Jennie mengulum bibirnya dan mengangguk pelan dengan sedih.
Jin menggelengkan kepalanya "Apa Lisa sudah membicarakannya denganmu?"
Jennie langsung menatap mata Jin dan menggelengkan kepalanya untuk merespon.
"Lalu kenapa kau mempercayainya? kau harus mendapatkan komunikasi dengan istrimu, karena yang berumah tangga denganmu adalah Lisa, dan yang bisa membuat keputusan seperti itu hanya Lisa, bukan ayahmu karena Lisa istrimu" kata Jin menjelaskan dengan tenang.
Jennie tidak mengatakan apapun, dia hanya terdiam dan merenungkan semua perkataan dari Jin.
Jin menghembuskan nafasnya dengan lelah "Hanya karena ayahmu meminta Lisa untuk menceraikanmu dan kau tidak akan mencegahnya? apa karena selama ini cintamu sudah habis untuk Kai?"
Jennie langsung menggeleng dengan cepat dan mengerutkan dahinya "Tidak! aku mencintai Lisa, oppa. Sungguh, aku mencintainya"
"Ini yang membuatku tidak mengerti dengan jalan pemikiranmu. Kau mengatakan bahwa kau mencintai Lisa, tetapi kenapa kau menghianatinya?" Jin bertanya mengerutkan dahinya.
Jennie menghembuskan nafas perlahan "Sebelum aku menikah dengan Lisa, aku sudah memiliki hubungan dengan Kai. Aku yakin, kau sudah mengetahui cerita ini dari keluargaku. Dan setelah aku menikah dengan Lisa, aku masih mencintai Kai karena aku pikir hanya Kai satu satunya cintaku dan aku yakin bahwa hubunganku dengan Lisa tidak akan pernah sedekat pasangan pada umumnya, karena kita menikah tanpa adanya rasa cinta. Ternyata dugaanku salah.. setelah menikah ternyata Lisa selalu berusaha untuk mencintaiku.. dia berusaha untuk membuatku jatuh cinta kepadanya dan selalu menghargaiku sebagai istrinya"
KAMU SEDANG MEMBACA
HURTS - JENLISA
Teen FictionKhusus pembaca yang memiliki mental yang kuat dan siap untuk emosi setiap saat, selamat membaca teman teman.