"Lisa keterlaluan, dia membuang Somi dan memintanya untuk tinggal di hotel. Dia bahkan lebih memilih Jennie dari pada saudara kandungnya sendiri" Nyonya Manoban mengatakan dengan kesal karena terlalu marah dengan apa yang sudah dia dengar dari Somi.
"Bibi tenang, kita belum mendapatkan jawaban dari Lisa tentang apa yang sudah terjadi. Aku mengenal Lisa bahkan kau lebih mengetahuinya, dia tidak mungkin melakukan hal tersebut jika tidak memiliki alasannya" Mina mencoba untuk menenangkan ibu Lisa yang sedang emosional di depannya.
Nyonya Manoban menoleh ke arah Mina dengan mata memerah "Apapun alasannya itu bukan hal yang benar! Seharusnya Lisa tidak melakukan hal kotor seperti itu! kenapa kau masih membelanya?"
Mina membuang nafas untuk menenangkan dirinya dan berkata dengan lembut "Aku tidak membelanya, aku hanya ingin mendapatkan titik terang dari kejadian ini. Kita baru mendengar keluhan dari Somi, bukankah kita seharusnya mendengar dari keduanya?"
"Mina, kau jangan berpikir bodoh seperti apa yang sudah Lisa lakukan. Kau harus lebih mengutamakan saudara kandungmu dari pada orang lain di hidupmu! Apapun yang Lisa lakukan kepada Somi, tentu saja itu tidak benar. Aku hanya menyianyiakan waktu dan energiku disini, kau tidak bisa membantuku sama sekali" kata Nyonya Manoban lalu pergi meninggalkan ruangan kerja Mina dengan langkah terburu buru karena menahan rasa kesal di hatinya.
Mina yang sudah mendengar semua ucapan ibu Lisa dia hanya menggelengkan kepalanya dan membuang nafas sambil terduduk dengan gusar di kursi putarnya.
Dia memegang kepalanya dan sedikit memijatnya "Orang tua tetap orang tua, aku tidak bisa memberikan nasihat apapun kepadanya" katanya dengan lelah.
Lalu kedua matanya melirik ponsel yang masih terkunci dan tidak memiliki notifikasi yang sedang dia tunggu. Mina mengambil ponselnya sambil berkata "Lisa masih belum membalas pesanku, aku yakin dia sedang sibuk. Seharusnya, aku tidak terlalu ikut campur dengan masalah ini jika bukan ibunya yang memintaku untuk membantunya"
Setelah bergumam dengan diri sendiri, Mina langsung memasukan ponselnya ke saku dan berdiri untuk melanjutkan pekerjaannya.
___
Nana merasa sedikit tidak nyaman. Dia beberapa kali memainkan kakinya saat sedang duduk menunggu bosnya datang. Ini adalah pertama kalinya dia rasakan, dia bahkan tidak berani menatap mata semua orang yang dia rasa sedang memperhatikannya.
Nana berusaha untuk fokus dengan dokumen yang sudah dia siapkan di tangannya. Tetapi telinganya terkadang mendengar beberapa bisikan yang sulit dia dengar karena mereka mengeluarkan suara yang sangat kecil.
Dia terkejut ketika seseorang menepuk bahunya dan langsung mengelus dadanya "Gosh!! kau mengejutkanku"
Mingyu tertawa "Maaf, aku hanya ingin memastikan keadaanmu. Apa kau baik baik saja? aku lihat, kau tidak seperti biasanya"
Nana mencuri pandang sebentar untuk melihat orang orang yang berada disana lalu menatap Mingyu kembali sambil tersenyum "Aku baik baik saja, aku hanya sedikit tegang karena bos belum datang"
Mingyu mengangguk dan menatap jam tangan di tangannya "Mungkin Ceo Manoban terjebak macet. Jangan banyak berpikir, kau asisten yang hebat. Meskipun Ceo Manoban tidak bisa hadir, kau selalu mendapatkan proyek dengan presentasimu"
Nana tersenyum malu saat dia menunduk dan menatap mata cantik Mingyu "Kau terlalu berlebihan. Biasanya aku tidak bersaing dengan orang orang hebat seperti ini, jadi hal ini wajar untukku"
Mingyu tersenyum lembut dan mengelus pundak Nana "Sudah jangan berpikir pesimis, aku yakin Ceo Manoban akan datang"
Nana hanya meresponnya dengan tersenyum saat Mingyu meyakinkannya dan kembali duduk ke tempat duduknya. Tidak lama dari pembicaraan antara dia dengan Mingyu, Lisa memasuki ruangan itu yang membuat semua orang terdiam dan keadaan jadi hening yang membuat Nana dan Lisa mengerutkan dahinya karena merasa bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
HURTS - JENLISA
Teen FictionKhusus pembaca yang memiliki mental yang kuat dan siap untuk emosi setiap saat, selamat membaca teman teman.