Dengan perasaan yang campur aduk di hatinya, Lisa membuka pintu rumahnya dan memasukinya dengan senang, karena setelah kekacauan yang sudah dia lakukan di luar rumah, akhirnya dia akan menemui obat penenangnya yaitu menemui istrinya, Jennie.
Dia mengerutkan dahinya saat melihat ruangan dapur lampunya tidak menyala. Jennie tidak mungkin belum pulang, kan? dia buru buru melangkah dengan cepat menuju kamar mereka untuk mencari istrinya.
Dengan perasaan yang cemas dia membuka pintu kamar dan mencari Jennie disana. Dia tidak melihat kehadiran Jennie, Lisa langsung pergi menuju toilet dan tetap tidak menemukan istrinya. Setelah dia mencari ke kamar tamu dan di seluruh ruangan, dia tetap tidak melihat Jennie disana.
Lisa merasa cemas, dia melirik jam dinding yang menunjukan pukul satu malam. Dia membawa ponselnya dan langsung menghubungi nomor Jennie. Sambil memainkan bibirnya dengan tidak karuan, dia tidak mendapatkan jawaban setelah menghubungi Jennie berkali kali. Dia khawatir, dia sangat takut Jennie terluka atau Jennie mendapatkan masalah.
Lisa langsung menuju ruangan kerjanya yang ada di rumahnya dan membuka laci melihat jadwal yang di miliki oleh Jennie. Dia tidak memiliki jadwal apapun, kenapa Jennie tidak ada disini?
Saat dia akan menghubungi orang tua Jennie, tiba tiba tangannya terhenti ketika mendengar ada suara mobil di depan rumah mereka. Dengan cepat Lisa langsung melihatnya lewat jendela. Dia melihat Jennie baru saja turun dari mobilnya sendirian dan masuk ke rumah mereka.
Lisa yang melihatnya merasa lega, dia langsung lari dari ruangan kerja dan turun untuk menemui Jennie. Ketika Jennie sudah membuka pintu, tiba tiba dia di kejutkan dengan Lisa yang langsung memeluknya seperti seseorang yang akan kehilangan kelinci kecilnya.
Jennie mengerutkan dahinya untuk mencoba memproses apa yang Lisa lakukan kepadanya. Dia mendengar suara deru nafas Lisa yang tidak karuan. Jennie tidak berontak atau menghentikan Lisa, dia diam mematung ketika Lisa memeluknya dengan erat.
Lisa melepaskan pelukannya dan memegang kedua bahu Jennie untuk menatap matanya "Syukurlah kau pulang, aku senang melihatmu"
Jennie menatapnya dengan bingung, dia menatap mata Lisa yang sedang berkaca kaca menatapnya. Merasakan tubuh Jennie yang dingin, membuat Lisa menuntunnya untuk duduk di sofa dan membiarkan Jennie duduk disana, sementara Lisa langsung menuju dapur untuk memberikan Jennie air yang hangat.
"Ini, badanmu terlalu dingin, kau harus memanjakannya dengan air hangat jangan sampai kau terkena flu" kata Lisa duduk di sebelah Jennie.
Jennie tidak menolak, dia memang butuh kehangatan untuk suhu tubuhnya, dia membawa gelas dari tangan Lisa dan meminumnya. Lisa yang melihatnya langsung mengelus rambut Jennie dengan penuh kasih sayang. Melihat Lisa yang memperlakukannya dengan baik membuat Jennie bertanya
"Apa yang kau lakukan? kenapa kau seperti ini?"
Lisa menghentikan gerakannya, dia menatap Jennie "Apa?"
Jennie mengerutkan dahinya "Ini, kenapa kau memperlakukanku seperti ini? apa kau sedang merencanakan sesuatu?" katanya dengan curiga.
Lisa menggeleng lalu menatap Jennie dan tersenyum dengan lembut "Karena kau istriku, aku harus menjagamu dengan baik"
Jennie tidak bertanya lagi setelah mendengar jawaban dari Lisa. Dia melihat Lisa menatapnya dengan penuh cinta ke arahnya. Dengan perlakuan Lisa yang seperti ini membuat Jennie merasa tidak nyaman, dia berdiri dari sana dan akan pergi menuju kamarnya tetapi Lisa memegang tangannya yang membuat Jennie menoleh.
"Mau kemana?" tanya Lisa.
"Kemana lagi? apa kau pikir aku akan bermain di jam seperti ini?" jawab Jennie mengejek.
KAMU SEDANG MEMBACA
HURTS - JENLISA
Teen FictionKhusus pembaca yang memiliki mental yang kuat dan siap untuk emosi setiap saat, selamat membaca teman teman.