25

4.1K 501 77
                                    

"Omong kosong apa yang kau bicarakan?" Rosè mengangkat satu alisnya menatap Lisa yang sedang merebahkan tubuhnya sambil menutup matanya dan masih bisa mendengarkan suaranya.

Lisa mengangkat kedua bahunya "Mungkin.." katanya dengan keraguan di bibirnya.

Rosè menggelengkan kepalanya dan mulai membuka bajunya untuk menggantinya dengan piyama "Jangan konyol, sebelum kau menyetujui pernikahan dengannya. Aku sudah memintamu untuk berpikir, tetapi kau mengatakan bahwa kau akan tetap menikahinya dan akan mencintainya" lalu dia mengancingkan bajunya sambil melirik Lisa "Bahkan sejak awal aku melarangmu untuk setuju dengan perjodohan ini tetapi kau tidak mendengarkanku. Lalu, kenapa sekarang kau mengatakan hal bodoh seperti itu? apakah kau menyesal karena Jennie masih memiliki kekasih? bukankah kau sudah mengetahuinya?"

Lisa mulai membuka matanya sambil menatap langit atap "Awalnya aku pikir ini tidak akan memberatkanku.. tetapi kenapa setelah aku mengetahui semuanya, ini membuatku sakit dan ragu untuk bertahan"

Rosè mengerutkan dahinya dan mulai duduk di dekat Lisa "Semuanya? apa yang kau maksud?"

Lisa terdiam sebentar untuk membasahi bibirnya lalu dia melirik Rosè "Kai sudah mengambil start terlebih dahulu sebelum aku"

"Karena itu?" Rosè bertanya menatap mata Lisa.

"Hmm" kata Lisa mengangguk dan mulai duduk untuk bisa menatap Rosè dengan nyaman. Dia menghembuskan nafas perlahan lalu berkata "Aku pikir, Jennie tidak akan melakukannya"

Rosè tertawa tidak percaya lalu menatap Lisa "Ya tuhan.. aku pikir kau tidak sebodoh ini. Apa yang kau harapkan dari hubungan mereka yang lama? apa kau pikir mereka hanya menonton, membaca buku bersama, melakukan makan malam dan memasak di dalam apartemen?"

Lisa menatap Rosè lalu mengangguk.

"Bodoh!" kata Rosè tertawa lalu menatap Lisa dengan serius "Kau pikir istrimu siapa? dia Jennie. Jennie Kim, siapa yang tidak mengenalnya? Lisa, istrimu sangat cantik, kau pikir Kai akan bisa diam jika berada di dekatnya?"

Lisa tidak menjawab dia hanya menatap Rosè dan mendengarkan penjelasannya.

"Dan mungkin, jika aku yang berada di posisi kau, aku akan bermain dengan Jennie hampir setiap malam" katanya yang membuat Lisa melotot dan akan menamparnya tetapi Rosè menahan tanganya.

"Bercanda! maksudku ya, mungkin. Lisa, bukankah kau mengatakan bahwa Kai adalah cinta pertama Jennie? aku yakin, Kai tidak mudah untuk mendapatkan Jennie, banyak hal dan perjuangan yang sudah dia lakukan untuk meluluhkan hatinya, sampai dia bisa membuat Jennie berada di tangannya dan membuat dia mencintainya. Lisa, kau harus tau, jika perempuan adalah mahluk perasa dan mudah peka, mungkin ada banyak hal yang sudah Kai lakukan sehingga Jennie bisa mencintainya"

"... Jika seseorang sudah mencintainya bahkan sangat mencintainya, apapun akan dia lakukan. Karena cinta itu antara memberikan dan mendapatkan. Mereka sudah memulai hubungan dari masa sekolah, dan cinta mereka bahkan tidak pernah pudar yang membuat Jennie rela menutupi hubungannya untuk bisa bertahan dengan Kai meskipun dia sudah menikah denganmu. Jika Jennie sudah melakukan usaha gila seperti itu, apa kau pikir dia tidak akan memberikan apapun?"

Lisa masih tidak menjawab, dia malah semakin sakit menatap Rosè untuk tetap mendengarkan.

Rosè membuang nafasnya dan menggelengkan kepalanya menatap Lisa "Jangan menyalahkan orang yang sedang jatuh cinta atau mengkritiknya. Karena dia akan tetap menutupi telinga dan matanya"

Lisa mengerutkan dahinya "Jadi, maksudmu apa yang sudah di lakukan oleh Jennie, itu hal yang wajar?"

Rosè mengangguk "Apa kau masih tidak menerimanya?"

HURTS - JENLISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang